Review

Info
Studio : Marvel Entertainment/Kinberg Genre/Hutch Parker Entertainment/The Donners’ Company
Genre : Action, Drama, Sci-Fi
Director : James Mangold
Producer : Hutch Parker, Simon Kinberg, Lauren Shuler Donner
Starring : Hugh Jackman, Patrick Stewart, Boyd Holbrook, Stephen Merchant, Dafne Keen

Kamis, 02 Maret 2017 - 20:20:34 WIB
Flick Review : Logan
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 2136 kali


Merupakan film ketiga yang berkisah tentang karakter Wolverine setelah X-Men Origins: Wolverine (Gavin Hood, 2009) dan The Wolverine (James Mangold, 2013), Logan melanjutkan kisah perjalanan sang karakter utama (Hugh Jackman) dengan latarbelakang cerita yang kini berada di tahun 2029. Dengan usianya yang semakin menua, Logan tidak lagi tampil segarang seperti penampilannya dahulu sebagai Wolverine. Ia, bersama dengan seorang mutan lain bernama Caliban (Stephen Merchant), kini tinggal di perbatasan Meksiko sambil merawat Charles Xavier (Patrick Stewart) yang, juga karena usianya yang telah lanjut, hidup sebagai sosok pria pikun yang sering tidak mampu mengontrol kekuatannya. Suatu hari, Logan didatangi oleh seorang perawat bernama Gabriela (Elizabeth Rodriguez) yang meminta agar Logan mengawal seorang anak perempuan bernama Laura (Dafne Keen) ke sebuah lokasi yang disebut sebagai Eden. Tidak ingin terlibat dalam sebuah permasalahan baru, Logan memilih untuk menolak permintaan tersebut. Namun, Charles Xavier memaksa Logan untuk mau menerima keberadaan Laura dan mengungkapkan bahwa Laura juga adalah seorang mutan. Logan masih bersikeras dengan pendapatnya hingga kemudian seorang pria bernama Donald Pierce (Boyd Holbrook) datang dan mencoba untuk merebut paksa Laura.

Logan bukanlah sebuah film yang memiliki warna penceritaan yang serupa dengan film-film lain yang berada dalam barisan seri film X-Men. Tidak ada efek khusus spesial yang bombastis atau adegan ledakan yang akan menggetarkan pengeras suara atau karakter-karakter dengan kekuatan super yang mengenakan pakaian ketat dan berlarian kesana-kemari untuk menyelamatkan (atau menghancurkan) dunia. Diadaptasi secara bebas dari komik Old Man Logan karya Mark Millar dan Steve McNiven oleh Mangold yang kembali bekerjasama dengan penulis naskah The Wolverine, Scott Frank, serta Michael Green (Green Lantern, 2011), Logan adalah sebuah film yang berkisah secara intim dan personal tentang karakter utamanya. Mangold juga menempatkan ceritanya pada latarbelakang lokasi Meksiko yang panas dan kering serta deretan adegan penuh kekerasan yang digarap dengan nuansa pengisahan yang begitu kelam. Bahkan, mungkin akan lebih mudah untuk mengira bahwaLogan adalah sebuah western layaknya No Country for Old Men (Ethan Coen, Joel Coen, 2007) daripada sebagai sebuah film yang berada dalam seri film X-Men.

Dengan durasi penceritaan yang mencapai 137 menit, Mangold dengan leluasa menjabarkan deretan konflik yang harus dihadapi karakter-karakternya. Ritme pengisahan yang dipilihkan Mangold juga berhasil mencegah penonton untuk merasakan kebosanan – meskipun kadang cukup melelahkan untuk mengikuti pengisahan panjang yang dihadirkan. Sentuhan kebrutalan yang menghiasi banyak adegan Logan juga dieksekusi secara berkelas. Bukan hanya sebagai unsur kekerasan untuk menonjolkan kejantanan film namun turut menjadi elemen krusial dalam pengisahannya. Dalam satu adegan, katiga karakter utama film dikisahkan bertemu dengan sebuah keluarga yang menawarkan mereka makan malam dan tempat bermalam. Adegan tersebut terasa bagaikan sebuah sumber air di kegersangan gurun ketika Mangold mengeksekusinya dengan penuh kelembutan, keceriaan dan menjadi antitesis bagi keras dan brutalnya pengisahan Logan.

Sebagai sebuah film yang intim dan personal, Mangold jelas tidak ragu untuk melucuti kepribadian karakter utama filmnya: satu sosok pria dengan kisah kejayaan di masa lalu yang kini tampil begitu rapuh akibat dimakan usia serta konflik yang harus ia hadapi melawan dirinya sendiri. Jelas, hal ini memberikan Jackman kesempatan untuk menampilkan kekuatan aktingnya sebagai Logan jauh lebih dalam dan emosional dari apa yang pernah ia tampilkan selama berperan sebagai Logan/Wolverine pada film-film X-Men sebelumnya. Tentu, seperti karakter yang ia perankan, Jackman kini jauh terlihat lebih tua daripada ketika ia pertama kali memerankan karakter tersebut 17 tahun yang lalu. Meskipun begitu, tidak dapat disangkal Jackman masih memiliki kharisma yang sama (atau malah lebih) kuat dengan kharisma yang selalu ia tampilkan sebagai Logan/Wolverine. Karakter Logan/Wolverine yang diperankan Jackman adalah salah satu karakter pahlawan super terbaik yang pernah ditampilkan di sepanjang sejarah sinema Hollywood. Dan penampilan Jackman dalam Logan semakin menegaskan posisi tersebut. Jelas akan sangat sulit untuk melepaskan imej Jackman dari karakter Logan/Wolverine di masa yang akan datang.

Stewart juga kembali memerankan karakter ikoniknya sebagai Charles Xavier dalam film ini. Seperti halnya Jackman, Stewart juga mampu memberikan kedalaman emosional yang lebih kuat bagi karakternya. Jalinan chemistry yang kuat antara dirinya dan Jackman semakin membuat hubungan antara kedua karakter yang mereka perankan terlihat begitu alami dan meyakinkan. Kualitas departemen akting Logan juga mendapatkan dukungan penampilan akting yang solid dari Holbrook yang berperan sebagai karakter antagonis utama. Penampilan aktris muda Keen juga tidak lantas terkesampingkan oleh penampilan kuat pada lawan mainnya yang jauh lebih senior. Pada berbagai kesempatan, Keen menjadi sumber sentuhan emosi utama bagi film ini. Penampilannya bersama Jackman dan Stewart yang mewarnai hampir setiap adegan film juga tampil begitu dinamis. Sentuhan kualitas yang membuat Logan tidak hanya mampu tampil berbeda dengan rekan-rekan film sepantarannya namun juga berhasil mendukung film ini untuk menjadi salah satu film pahlawan super terbaik yang pernah disajikan Hollywood. 

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.