Review

Info
Studio : IFI Sinema
Genre : Action, Drama
Director : Krishto Damar Alam
Producer : Adi Sumarjono
Starring : Adipati Dolken, Aliando Syarief, Jefri Nichol, Giulio Parengkuan, Widika Sidmore, Tio Pakusadewo

Minggu, 12 Februari 2017 - 21:06:01 WIB
Flick Review : Pertaruhan
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 2740 kali


Setelah sebelumnya menjadi produser bagi film-film Indonesia seperti Coklat Stroberi (2007) dan Tarzan ke Kota (2008), Krishto Damar Alam melakukan debut pengarahannya melalui Pertaruhan yang naskah ceritanya ditulis oleh Upi – yang baru saja meraih sukses besar lewat My Stupid Boss (2016), Sebagai sebuah debutan, Alam harus diakui mampu menampilkan filmnya dengan ritme pengisahan yang tepat, kualitas produksi yang meyakinkan sekaligus berhasil menghadirkan penampilan prima dari jajaran pengisi departemen aktingnya yang diisi nama-nama seperti Tio Pakusadewo, Adipati Dolken, Aliando Syarief, Jefri Nichol dan Giulio Parengkuan. Film ini, sayangnya, kemudian harus takluk terhadap lemahnya penulisan naskah cerita yang akhirnya membuat Pertaruhan gagal untuk tampil untuk menjadi sebuah drama yang lebih mengesankan.

Pertaruhan berkisah mengenai empat orang bersaudara, Ibra (Dolken), Elzan (Nichol), Amar (Syarief) dan Ical (Parengkuan). Sepeninggal ibu mereka yang meninggal dunia ketika melahirkan Ical, keempat pemuda tersebut tinggal bersama ayah mereka, Musa (Pakusadewo), yang bekerja sebagai seorang petugas keamanan di sebuah bank. Ketiadaan sosok wanita dalam kehidupan mereka membuat hubungan Musa dan keempat anak laki-lakinya berjalan kurang harmonis. Ibra, Elzan dan Amar lebih memilih untuk menjalani kehidupan sesuai dengan apa yang mereka inginkan daripada mengikuti keinginan sang ayah untuk mendapatkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Ical – yang saat ini masih bersekolah – menjadi satu-satunya harapan Musa untuk tumbuh menjadi seorang pria dengan kehidupan yang lebih baik dari dirinya. Sayangnya, Musa suatu hari didiagnosa dokter menderita sebuah penyakit yang akan mematikan jika tidak ditangani secara serius. Merasa tertekan karena ketiadaan biaya pengobatan ayah mereka, Ibra, Elzan dan Amar akhirnya memutuskan untuk melakukan perampokan sebuah bank. Sebuah keputusan yang nantinya akan merubah jalan kehidupan mereka semua.

Mereka yang sebelumnya telah mengenal sutradara sekaligus penulis naskah, Upi, melalui film-filmnya seperti Realita Cinta dan Rock’n Roll (2005), Radit dan Jani (2008) serta Serigala Terakhir (2009) jelas akan merasa cukup familiar dengan garis penceritaan yang dirangkai Upi untuk Pertaruhan. Seperti ketiga film tersebut, Pertaruhan juga menampilkan kisah mengenai sekelompok pemuda yang berusaha untuk tumbuh dewasa sekaligus menemukan jati diri mereka dalam kerasnya kehidupan yang harus dihadapi dalam kesehariannya. It’s a decent and relatable theme so yeah why not, right? Namun, pengulangan tema yang dilakukan oleh Upi sayangnya juga harus mengikutsertakan kesalahan yang pernah dilakukan pada film-film sebelumnya: kebingungan untuk mengolah konflik yang telah terbangun pada paruh pertama cerita sehingga akhirnya membuat paruh penceritaan selanjutnya hadir dengan konstruksi cerita yang berantakan.

Pertaruhan sebenarnya dimulai dengan cukup baik. Sebagai seorang sutradara, Alam berhasil memperkenalkan karakter-karakter dan konflik awal filmnya dengan intensitas penceritaan yang terjaga dengan rapi. Drama yang tercipta – baik dari sisi drama antar karakter sebagai bagian dari sebuah keluarga yang bermasalah maupun kisah masing-masing karakter dalam menghadapi keseharian mereka – tampil cukup mengikat meskipun sama sekali tidak pernah terasa benar-benar istimewa. Ketika konflik utama dalam film ini muncul barulah penceritaan Pertaruhan secara perlahan keluar dari jalur pengisahan yang layak menuju dramatisasi yang, sejujurnya, seringkali terasa sangat menggelikan. Lihat saja bagaimana naskah cerita Pertaruhan bercerita tentang rencana ketiga karakternya untuk merampok sebuah bank. Atau ketika salah satu karakter dikisahkan berusaha untuk menjadi sosok yang lebih relijius. Atau kisah romansa dari karakter Amar yang seringkali hadir dengan penggalian cerita yang terlalu dangkal. Alih-alih berhasil dalam memberikan sentuhan emosional, rentetan adegan tersebut justru membuat kualitas penceritaan Pertaruhan terpuruk semakin dalam.

Beruntung, Alam berhasil mendapatkan kualitas penampilan yang kuat dari jajaran pengisi departemen akting filmnya. Pakusadewo jelas tidak perlu dipertanyakan lagi. Penampilannya sebagai sosok ayah yang memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan emosional dengan anak-anaknya berhasil ditampilkan dengan baik tanpa pernah terasa berlebihan. Jajaran pemeran muda film ini juga mampu mengimbangi penampilan Pakusadewo, khususnya penampilan dari Dolken, Syarief dan Nichol. Selain mampu menyajikan chemistry yang kuat untuk para karakternya, ketiganya juga mampu tampil bersinar dalam menghidupkan setiap karakter yang mereka perankan. Sayang memang untuk melihat naskah cerita Pertaruhan gagal untuk diolah dengan lebih baik. Padahal, dengan potensi penampilan yang kuat dari para jajaran pemerannya, film ini jelas memiliki kesempatan untuk menjadi sajian yang lebih kuat.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.