Menjadi film pertama arahan Ben Affleck setelah filmnya, Argo (2012), memenangkan Best Picture di ajang The 85th Annual Academy Awards sekaligus menjadi film kedua Affleck yang merupakan adaptasi dari novel milik Dennis Lehane setelah Gone Baby Gone (2007), Live by Night mengisahkan perjalanan hidup dari seorang pria bernama Joe Coughlin (Affleck) yang merupakan putra dari seorang kapten di Kepolisian Boston, Thomas Coughlin (Brendan Gleeson). Namun, berbeda dari sang ayah, Joe menjalani sebuah kehidupan yang jauh berbeda. Setelah kekasihnya, Emma (Sienna Miller), diculik dan dibunuh oleh seorang gangster bernama Albert White (Robert Glenister), Joe kemudian berusaha membalaskan dendamnya dengan bergabung bersama kelompok mafia Italia pimpinan Maso Pescatore (Remo Girone) yang menjadi rival Albert White. Bersama dengan kelompok tersebut, karir Joe sebagai sosok penjahat yang disegani mulai meningkat dan bahkan mulai mampu menyaingi berbagai usaha yang dimiliki Albert White. Namun, ketika Joe dan rekan bisnisnya, Dion Bartolo (Chris Messina), gagal untuk menjalankan sebuah tugas dari Maso Pescatore, usaha sekaligus kehidupan keduanya mulai mendapatkan ancaman.
Jika La La Land (Damien Chazelle, 2016) terasa sebagai sebuah penghormatan pada film-film musikal klasik Hollywood, maka Affleck sepertinya berusaha untuk menjadikan Live by Night sebagai sebuah film drama aksi yang memiliki atmosfer seperti film-film klasik Hollywood bertema sama. Sebuah usaha yang tidak mengecewakan. Affleck berhasil mengumpulkan talenta-talenta berkelas yang mampu memberikan filmnya tampilan Amerika Serikat di tahun 1920-1930an yang terlihat begitu autentik. Tata sinematografi arahan Robert Richardson juga turut membantu dengan tata musik karya Harry Gregson-Williams semakin mendorong penonton untuk tenggelam kembali ke atmosfer lingkungan di era tersebut. Penata gambar, William Goldenberg, yang sebelumnya juga bekerjasama dengan Affleck dalam Gone Baby Gone dan Argo, berhasil menghadirkan pengaturan gambar yang mampu menjaga intensitas ritme penceritaan film. Live by Night secara mudah terlihat sebagai sebuah film crime drama klasik berkat deretan keberhasilan departemen produksi tersebut.
Sayangnya, di saat yang bersamaan, Live by Night tidak mampu ditunjang dengan penceritaan yang lebih efektif. Affleck, yang selain bertugas sebagai seorang aktor dan sutradara juga bertanggungjawab pada penulisan naskah film ini, entah kenapa seperti kehilangan fokusnya dalam merangkai jalinan kisah yang lebih kuat bagi karakter-karakternya. Live by Night seringkali berusaha untuk menyampaikan begitu banyak kisah dan karakter namun gagal untuk memberikan pengembangan sekaligus penggalian yang mencukupi agar kisah dan karakter tersebut dapat tersaji lebih lugas. Hal ini yang menyebabkan Live by Night terasa begitu overload akan kisah dan karakter namun tetap terasa kosong secara emosional. Tak satupun dari cerita yang tersaji dalam film ini mampu tampil dengan pengisahan yang maksimal.
Ketiadaan dukungan naskah yang mampu menghadirkan kisah dan karakter secara lebih kuat inilah yang juga menjadi penyebab penampilan dari pengisi departemen akting film yang sebenarnya diisi oleh nama-nama dengan talenta akting yang sangat menjanjikan kemudian terasa terbuang dengan percuma. Lihat saja nama-nama seperti Elle Fanning, Chris Cooper, Zoe Saldana, Sienna Miller, Messina dan Gleeson terasa jauh dari kesan efektif penampilannya di sepanjang pengisahan Live by Night. Penampilan Affleck sebagai karakter sentral film juga seringkali terasa kurang meyakinkan daripada berhasil dalam mengikat perhatian penonton untuk terus mengikuti pengisahan filmnya. Hasilnya, Live by Night lebih sering terlihat sebagai tribut untuk film-film crime drama klasik Hollywood lewat penampilannya daripada terasa menjadi sebuah film crime drama klasik baru yang akan mampu diingat dan memberikan kesan mendalam kepada para penontonnya.
Rating :