Review

Info
Studio : TriStar Pictures
Genre : Drama, War
Director : Ang Lee
Producer : Simon Cornwell, Stephenson Cornwell, Marc Platt, Tom Rothman, Rhodri Thomas, Ang Lee
Starring : Joe Alwyn, Kristen Stewart, Chris Tucker, Garrett Hedlund, Vin Diesel, Steve Martin

Kamis, 17 November 2016 - 18:40:29 WIB
Flick Review : Billy Lynns Long Halftime Walk
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 2441 kali


Setelah Life of Pi (2012) yang berhasil meraih nominasi Best Picture sekaligus memenangkannya Academy Awards kedua sebagai Best Director dalam ajang The 85th Annual Academy Awards, Ang Lee sepertinya telah jatuh cinta dengan berbagai inovasi teknologi dalam pembuatan film. Kecintaannya tersebut kembali dibuktikan Lee lewat Billy Lynn’s Long Halftime Walk. Lee menginginkan penontonnya untuk merasakan pengalaman yang lebih nyata dan realistis dalam mengikuti kisah yang disajikan. Karenanya, Lee tidak hanya menghadirkan Billy Lynn’s Long Halftime Walk dalam teknologi tiga dimensi seperti halnya Life of Pi. Ia juga menyajikan gambar filmnya dalam jumlah bingkai gambar berkecepatan 120 bingkai gambar setiap detiknya – dimana standar film umum dihadirkan dalam 24 bingkai gambar per detik. Tidak hanya itu, resolusi gambar yang disajikan Lee dalam Billy Lynn’s Long Halftime Walk juga berada pada tingkat resolusi gambar tertinggi untuk saat ini, 4000 piksel. Sayangnya, seluruh hasil garapan teknologi tersebut – film dengan 120 bingkai gambar setiap detik yang hadir dengan tingkat resolusi gambar sejumlah 4000 piksel dalam tiga dimensi – hanya dapat disaksikan di beberapa bioskop dunia yang telah memiliki kemampuan untuk menayangkan film dalam format tersebut. Untuk bioskop di mayoritas belahan dunia lainnya – termasuk Indonesia, Lee menghadirkan Billy Lynn’s Long Halftime Walk dalam format penayangan standar. Dan dari sanalah berbagai permasalahan film ini berasal.

Untuk segala fokus yang diberikan Lee kepada teknologi pembuatan film, Lee terasa melupakan fokus yang lebih penting dalam sebuah penyajian cerita film: naskah cerita. Diangkat dari sebuah novel satir berjudul sama karya Ben Fountain yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2012, Billy Lynn’s Long Halftime Walk berkisah mengenai perjalanan seorang prajurit, Billy Lynn (Joe Alwyn), bersama dengan pasukannya yang bernama Bravo Squad berhasil selamat dari serangan para teroris ketika mereka menjalani tugasnya di Irak. Berita mengenai keberanian tim Bravo Squad tersebut kemudian menjadi perhatian sekaligus mendapatkan liputan media yang besar di negara asal mereka, Amerika Serikat. Tak pelak, Billy Lynn dan seluruh anggota Bravo Squad dielu-elukan sebagai pahlawan bagi hampir seluruh masyarakat Amerika Serikat. Kepulangan mereka disambut dengan meriah. Administrasi pemerintahan George Walker Bush bahkan memberikan mereka kesempatan untuk berkeliling ke berbagai negara bagian Amerika Serikat dalam serangkaian perjalanan yang disebut Victory Tour guna membangkitkan kembali dukungan masyarakat terhadap pasukan militer Amerika Serikat yang sedang berjuang di medan peperangan. Puncaknya, Billy Lynn dan seluruh anggota Bravo Squad diundang untuk tampil bersama Destiny’s Child dalam pagelaran halftime show sebuah pertandingan sepakbola Amerika yang dipastikan akan ditonton oleh jutaan pasang mata dunia.

Naskah cerita garapan Jean-Christophe Castelli sebenarnya tidaklah buruk. Selain berusaha untuk menggambarkan perjalanan personal seorang pemuda dalam segala pertaruhan fisik dan mentalnya ketika bergabung dengan pasukan bersenjata, Castelli juga berusaha menyelam lebih dalam dengan penggambaran sosial masyarakat Amerika Serikat (atau dunia?) yang begitu menggemari peperangan serta berbagai kisah kepahlawanan yang ada di dalamnya. Sayangnya, terlepas dari niatan yang cukup baik, Castelli sama sekali tidak pernah berhasil menggali lebih dalam potongan-potongan kisah yang ingin ia sampaikan. Alhasil, Billy Lynn’s Long Halftime Walk menjadi terasa begitu datar pada kebanyakan bagiannya. Tidak hanya dari pengembangan plot cerita. Karakter-karakter yang terdapat dalam jalinan cerita film ini juga gagal tergali dengan baik. Selain karakter Billy Lynn yang merupakan karakter utama, karakter-karakter pendukung lain yang berada di sekitarnya nyaris tampil murni hanya sebagai pendukung kisah tanpa pernah mampu berbicara banyak tentang kisah mereka sendiri. Inilah yang membuat susunan jaring emosional yang seharusnya terbangun kuat antara karakter Billy Lynn dan kakaknya, Kathryn (Kristen Stewart), atau antara Billy Lynn dengan salah seorang atasan yang ia kagumi dan hormati, Shroom (Vin Diesel), terasa menjadi begitu lemah dan berlalu tanpa kesan yang mendalam.

Masih ingat dengan Slumdog Millionaire (Danny Boyle, 2008)? Dalam film tersebut, penonton dibawa menjelajahi masa lalu kelam dari sang karakter utama melalui barisan adegan kilas balik yang muncul akibat bersinggungan dengan pertanyaan yang diajukan oleh sang pembawa acara Who Wants to be a Millionaire kepada dirinya. Lee menerapkan teknik penceritaan yang hampir serupa bagi Billy Lynn’s Long Halftime Walk. Dalam persiapannya menuju pertunjukan halftime show bersama grup musik Destiny’s Child, Billy Lynn membuka kembali berbagai memori akan masa lampau dirinya bersama keluarga maupun konflik yang ia hadapi selama bertugas sebagai anggota pasukan militer di Irak. Pemilihan alur maju dan mundur dalam penyajian kisah film ini jelas bukannya tanpa resiko. Linimasa penceritaan jelas akan lebih sering terasa membingungkan. Di saat yang bersamaan, pada beberapa bagian cerita, Lee seringkali memutar arah dari masa lalu ke masa sekarang secara mendadak yang membuat susunan emosi satu adegan yang sebenarnya sedang terbangun menjadi hilang begitu saja. Datar, meskipun sama sekali tidak pernah terasa membosankan.

Meskipun hanya akan ada segelintir orang di muka Bumi ini yang dapat menyaksikan Billy Lynn’s Long Halftime Walk dalam segala kemegahan 120 bingkai gambar setiap detik dan tingkat resolusi gambar 4000 piksel yang tersaji dalam fitur tiga dimensi seperti yang diniatkan Lee, namun menyaksikan kualitas penampilan Billy Lynn’s Long Halftime Walk dalam format biasa juga tidak begitu mengecewakan. Lee masih mampu membuktikan dirinya handal dalam menangkap berbagai momen-momen krusial untuk filmnya melalui racikan gambar-gambar yang apik berkat bantuan arahan sinematografer John Toll. Dan terlepas dari jalan cerita yang yang terkesan sebagai potongan-potongan kisah yang kurang mampu berpadu dengan rapi satu sama lain, Billy Lynn’s Long Halftime Walk hadir dengan ritme penceritaan yang cukup lancar. Barisan pemeran Billy Lynn’s Long Halftime Walk pilihan Lee juga tidak mengecewakan. Bahkan, para barisan pemeran inilah yang menjadi amunisi utama atas kehadiran beberapa momen emosional dalam film ini. Dalam segala keterbatasan karakter mereka, Kristen Stewart, Garrett Hedlund dan Vin Diesel tampil dengan performa yang maksimal. Sang pemeran utama, Joe Alwayn, adalah nama baru yang patut ditunggu kiprah lanjutannya di dunia akting. Penampilan Alwyn dalam Billy Lynn’s Long Halftime Walk begitu menghipnotis. Karakter Billy Lynn yang diperankannya adalah nyawa utama film ini dan Alwyn tampil dalam kapasitas kualitas yang jelas jauh dari kesan mengecewakan.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.