Cukup mengejutkan melihat distributor film Indonesia memutuskan untuk merilis Babies, sebuah film dokumenter produksi Perancis yang hadir tanpa dukungan nama-nama besar ataupun tema yang dapat dianggap menjual film ini. Tidak seperti dokumenter kebanyakan, Babies hadir tanpa adanya plot cerita maupun narasi yang dapat menjadi medium penghantar mengenai apa yang sebenarnya ingin disampaikan para pembuat film ini. Babies hanya mengandalkan pilihan-pilihan gambar yang disajikan para pembuatnya untuk bercerita kepada para penontonnya mengenai tema utama film ini: kehidupan dan pertumbuhan para bayi dari beberapa belahan dunia yang berbeda.
Ada empat bayi yang menjadi fokus utama dokumenter ini: Ponijao yang berasal dari Namibia, Bayar yang berasal dari Mongolia, Mari yang berasal dari Jepang serta Hattie yang berasal dari Amerika Serikat. Sutradara Thomas Balmès kemudian menyajikan kehidupan keempat bayi lucu ini semenjak kelahiran mereka hingga akhirnya bayi-bayi ini mencapai usia satu tahun. Di dalam perjalanan film inilah kemudian Balmès menggambarkan bagaimana perbedaan kehidupan keempat bayi tersebut yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan sosial orangtua mereka.
Hadir tanpa narasi maupun plot cerita, untuk menghasilkan perbandingan cara pertumbuhan keempat bayi tersebut, Balmès menyusun tiap tahap kehidupan para bayi ini secara bersamaan dan sistematik. Dari susunan inilah para penonton akan mampu menangkap ide mengenai bagaimana tiap bayi diperlakukan oleh orangtua mereka secara adat dan kebiasaan budaya masing-masing. Tahapan ini mencangkup dari bagaimana cara sang ibu memberikan ASI-nya, memandikan bayi mereka hingga bagaimana para orangtua melibatkan bayi mereka dalam kegiatan sehari-hari mereka.
Tidak hanya melulu membahas mengenai hubungan para bayi dengan ibunya, Balmès juga tidak melupakan kesempatan untuk menangkap momen-momen ketika sang bayi sedang berinteraksi dengan saudaranya, bayi-bayi lain, hewan peliharaan keluarga mereka atau malah sedang bermain sendiri dengan mainannya. Justru di bagian inilah banyak terdapat cute factor yang memang menjadi daya tarik utama dokumenter ini berada. Cara para bayi tersebut dalam menghadapi lingkungannya ketika mereka sedang tidak berada dalam pengawasan orangtuanyalah yang membuat Babies terasa lebih hidup.
Hadir dengan format sebagai rangkaian gambar yang bercerita ternyata menjadi kelemahan tersendiri untuk Babies. Setelah beberapa saat, rangkaian gambar yang monoton terasa sedikit melelahkan dan membosankan untuk terus diikuti, khususnya pada beberapa adegan menjelang dokumenter ini berakhir. Kehidupan keempat bayi juga tidak seluruhnya berlangsung menarik. Harus diakui, menyimak kehidupan para bayi yang berada di kehidupan rural seperti Namibia dan Mongolia lebih menarik daripada menyimak kehidupan dua bayi yang berasal dari Jepang dan Amerika Serikat, dua daerah perkotaan.
Cara Balmès dalam menyajikan Babies juga terkesan kurang mendalam jika mau dibandingkan dengan dokumenter-dokumenter lainnya. Kurangnya narasi lagi-lagi yang menjadi penyebab kelemahan ini. Dengan hanya menuturkannya lewat gambar, tanpa memberikan penjelasan berarti, Balmès sepertinya hanya mau memberikan perbandingan kehidupan pertumbuhan keempat bayi tersebut dengan tanpa memberikan pendalaman lebih lanjut. Hasilnya, Babies terkadang hanya menjadi sekumpulan gambar manis tanpa memberikan kesan yang berarti.
Babies mungkin memang dipasarkan untuk mereka yang memang menikmati kesyahduan dan keindahan dari kehidupan para bayi seperti yang digambarkan di dalam film ini. Berhasil memang, dengan memanfaatkan banyaknya cute factor yang diberikan oleh gambar-gambar kehidupan para bayi ketika mereka sedang berinteraksi dengan sekitarnya. Namun, Babies tak pernah lebih dari itu. Hanya sekedar menjadi perbandingan kehidupan empat bayi dari empat wilayah negara dan tata budaya yang berbeda yang disajikan lewat gambar-gambar indah tanpa memberikan pendalaman lebih lanjut mengenai topik yang ingin diceritakan.
Rating :