Review

Info
Studio : The Match Factory
Genre : Drama
Director : Apichatpong Weerasethakul
Producer :
Starring : Thanapat Saisaymar, Jenjira Pongpas

Selasa, 07 Desember 2010 - 02:23:11 WIB
Flick Review : Uncle Boonmee Who Can Recall His Past Lives
Review oleh : Galih Wismoyo - Dibaca: 3040 kali


I only know that, I was born here. I don’t know if I was a human, or an animal...

Dunia ini adalah persinggahan sementara. Di mana bagi makhluk yang merasa sebagai ‘manusia’, alam pikiran dan imajinasinya terbatas pada tubuh yang mengungkung. Kungkungan di sini tentu merujuk kepada otak, kesadaran, dan juga tubuh yang dihuni oleh ruh tersebut. Beberapa teori, filsafat, dan ajaran agama tertentu mengemukakan bahwa manusia baru akan benar-benar bebas ketika mereka meninggalkan tubuh mereka dan demikian mengalami sebuah pencerahan total akan sebuah hakikat. Kebenaran sebuah ‘hakikat’, demikian merupakan sebuah sudut pandang yang unik, karena ia sebetulnya sangat paradoks. ‘Hakikat’ adalah sesuatu yang hakiki dan tak terbantahkan, sedangkan ia adalah ide yang muncul dari akal batin dan pikiran seorang manusia, yang sudah pasti selalu berpikir secara subyektif karena ia menggunakan dirinya, alias subyek sebagai tolak ukur.

Uncle Boonmee Who Can Recall His Past Lives, merupakan sebuah film yang mempersembahkan secuil pemahaman hakikat ke layar lebar, dan berani mendobrak ‘kungkungan’ yang selama ini mengurung manusia di dalam pemahamannya yang sungguh terbatas. Seperti halnya film yang menekan sudut pandang baru ke dalam sebuah media, ia menimbulkan pertanyaan dan kebingungan dalam benak pirsawan. Hal ini sangat mungkin terjadi ketika kita menyaksikan Uncle Boonmee, di mana banyak tersebar adegan long shot tanpa terlihat jelas makna di balik adegan tersebut, atau banyaknya momen-momen yang akan membuat kita bingung untuk bereaksi. Apakah harus tertawa, meringis, atau takut. Bercerita tentang seorang lelaki tua bernama Boonmee (Thanapat Saisaymar) yang menderita gagal ginjal pada usia senja, dan diam-diam menyimpan perasaan bersalah atas masa lalunya yang menurut dia menuai karma yaitu penderitaannya pada kehidupan sekarang. Penyakit Boonmee menarik perhatian para ruh yang bergentayangan, dan membangkitkan bangsa-bangsa halus yang sebelumnya tidak pernah muncul dalam kehidupan Boonmee sebelumnya. Meleburkan batas antara imajinasi dan realita, film ini bertutur dengan keunikan yang tak tertandingi.

Salah satu hal yang merupakan inti dari film ini dan berusaha dihadirkan oleh Apichatpong Weerasethakul sebagai sutradara, adalah sebuah pengalaman batin untuk memberontak keluar dari raga manusia yang membatasi, dan bagaimana cara menerjemahkan konsep tersebut ke dalam media film. Walaupun Uncle Boonmee memiliki struktur cerita yang kurang lebih linear – dengan sedikit flashback di sana sini – tetapi ia menyampaikan ide-idenya dengan metode yang aneh. Mungkin hanya di Uncle Boonmee anda bisa menyaksikan ruh yang bisa berinteraksi dengan manusia seperti biasa, mengganti cairan ginjal, membuka-buka album foto, tanpa merasa diri anda dibodoh-bodohi. Uncle Boonmee mungkin menawarkan teknik baru dalam menggiring pirsawan untuk menempatkan diri mereka di dalam sebuah film. Namun, keunggulan dari Uncle Boonmee tidak berhenti di situ. Saya yakin bahwasanya film ini adalah sebuah usaha keras dari Weerasethakul untuk menerjemahkan ide dan pemikiran lokal agama timur, yakni Hindu dan Buddha (walaupun ia menyerempet juga ke dalam pemahaman sufistik, namun itu tidak terlalu terbaca jelas) dan dipresentasikan ke dalam elemen visual modern. Tak perlu diragukan lagi bahwa setiap scene dan dialog yang ditulis dalam film ini mengacu kepada pengertian hakikat yang merupakan faktor dominan dalam kepercayaan agama timur dan sufi.

Begitu banyak hal yang bisa diinterpretasikan ketika anda menyaksikan film ini. Banyak juga perdebatan yang bisa terjadi. Uncle Boonmee Who Can Recall His Past Lives merupakan sebuah testimoni akan indahnya sebuah ‘absurditas’ dalam film. Ia merayakan eksistensi pandangan hidup bangsa timur yang sudah eksis ribuan tahun, namun menjadi sebuah pengalaman baru ketika kita menyaksikannya dalam layar lebar. Ada sebuah adegan yang mengusik, yaitu ketika ruh istri Boonmee mengatakan pada suaminya, ‘Heaven is overrated.’ Pirsawan yang kritis tentu akan bertanya-tanya, apakah maksud dari perkataan itu adalah bahwa surga tidak dan tidak pernah ada? Bahwa dunia ini adalah sementara, namun tidak diketahui setelahnya? Lantas akan kemana ia pergi setelah ia mati? Kunci dari pertanyaan itu, mungkin ada di judul film ini.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.