The Accountant agak mengingatkan akan Unleashed atau Danny the Dog, film Jet Li rilisan 2005 dan diproduseri oleh Luc Besson. Dalam film tersebut Li berperan sebagai pembunuh berketerbatasan akses sosial yang kemudian bersinggungan dengan sisi humanisnya. Sedang dalam The Accountant, Ben Affleck adalah seorang akuntan penderita autis sekaligus jenius matematika. Tapi peranan Affleck, Christian Wolff, bukan akuntan biasa. Selain jenis kliennya sebagian besar berbahaya, Wolff sendiri pun memiliki ketrampilan bela diri (alias pencak silat) dan senjata kelas wahid.
Jika pertemuan Li dalam Unleashed dengan sesosok perempuan merupakan pencetus perubahan sikapnya, maka demikian pula karakter Affleck dalam The Accountant. Dana Cummings (Anna Kendrick) adalah rekannya saat harus mengaudit pembukuan perusahaan milik Lamar Blackburn (John Lithgow). Sisi anti-sosial Wolff berangsur-angsur melemah, apalagi saat nyawa Dana dibayang-bayangi bahaya oleh ancaman seorang pembunuh mematikan bernama Braxton (Jon Bernthal).
Sementara itu, seorang agen pemerintah bernama Raymond King (J.K. Simmons) bersama anak buahnya, Marybeth Medina (Cynthia Addai-Robinson), berusaha melacak keberadaan sang akuntan misterius.
Film arahan Gavin O'Connor setelah Jane Got A Gun ini memadukan banyak genre: aksi, thriller, drama, hingga komedi. Meski secara utuh The Accountant cukup renyah untuk dinikmati, sayangnya O'Connor kesulitan untuk memadu-padankan berbagai genre tersebut secara rapi. Perpindahan genre tidak mulus, sehingga pada beberapa bagian terasa kasar. Dan ini mengganggu.
Naskah olahan Bill Dubuque ingin bercerita banyak hal yang sebenarnya bisa berdiri secara mandiri. Bisa jadi tentang romansa seorang jenius matematika autistik, atau thriller kriminal penuh intrik berliku, bahkan aksi mendebarkan melalui rentetan adegan laga seru dari sosok-sosok yang memiliki keahlian mirip superhero.
Saat karakter Affleck dan Kendrick berada dalam satu frame, tone film menjadi berbeda. Seolah-olah mereka adalah sepasang star-crossed lover dilatari perbedaan psikologis mencolok. Bahkan Kendrick agak tidak pas saat harus terlibat dalam adegan pemacu adrenalin, mengingat sosok cerahnya bertentangan dengan atmosfir suram dalam sekuens yang dimaksud.
Dalam review Unleashed, Roger Ebert mengutip Ann Coulter untuk menjelaskan bagaimana perempuan mampu "membudayakan" laki-laki. Karakter Li menjadi lebih manusia, alih-alih penuh nafsu, saat disentuh oleh kelembutan perempuan. Berlaku pula untuk The Accountant. Hanya saja jika dalam Unleashed karakter perempuan bukan sekedar alat bagi plot, maka kecendrungan tersebut nyaris absen dalam The Accountant.
Pada akhirnya The Accountant memang cuma ingin memamerkan sosok Christian Wolff sebagai calon jagoan layar perak lainnya. Affleck menunaikan tugasnya secara kredibel. Sisi keras dan lembut disandingnya dalam takaran pas. Nilai lebih adalah niat memberi kedalaman bagi karakternya dengan memasukkan kilas balik akan masa kecil Wolff dalam kerasnya didikan sang ayah.
Paruh pertama film cukup baik dalam membangun karakterisasi ini. Sayang kilas balik paruh kedua menjadi repetitif. Di samping berasal dari sudut pandang karakter lain, namun juga terkesan mengulur-ulur sebelum masuk dalam klimaks film.
Adegan penutupnya sendiri diisi oleh barisan laga mendebarkan dan membayar rembetan alur yang dibangun sebelumnya. Meski kemudian sulit menghindari kesan jika garis besar kisah dalam The Accountant ternyata beda tipis dengan sebuah opera sabun.
Terlepas dari itu, The Accountant tetap menarik diikuti. Affleck memberi impresi kuat sebagai Christian Wolff. Cukuplah menjadi salah satu ikon aksi-laga terbaru dan membuka jalan sebuah franchise. Entah yang lain, tapi saya lumayan penasaran dalam mengikuti aksi Wolff berikutnya. Kalau memang ada, tentu saja.
Rating :