Review

Info
Studio : Office Kitano
Genre : Drama, Crime
Director : Takeshi Kitano
Producer : Masayuki Mori, Takio Yoshida
Starring : Takeshi Kitano, Kippei Shiina, Ryo Kase, Tomokazu Miura, Jun Kunimura

Minggu, 05 Desember 2010 - 15:08:04 WIB
Flick Review : [JIFFEST 2010] Outrage
Review oleh : Rangga Adithia (@adithiarangga) - Dibaca: 2151 kali


Menyebut nama Takeshi Kitano, ingatan saya langsung tertuju pada seorang guru yang luar biasa sinting dalam film “Battle Royale” (2000), di saat bersamaan saya juga akan tertawa saat mengingat betapa kocak penampilannya sebagai raja (sekaligus pemandu acara) dalam sebuah gameshow berasal dari Jepang bernama Takeshi’s Castle. Acara ini juga terkenal di Indonesia dan ditayangkan di salah-satu stasiun televisi swasta, kita mengenalnya dengan sebutan “Benteng Takeshi”. Takeshi Kitano memang seniman multitalenta, tidak hanya apik ketika berada di depan kamera sebagai aktor tapi juga piawai menyutradarai filmnya sendiri. Sutradara berusia 63 tahun dan juga dikenal dengan nama Beat Takeshi (alter egonya) ini terkenal dengan film-film bertema Yakuza, diantaranya “Sonatine” (1993), “Hana-bi” (1997), dan “ Brother” (2000). Setelah menggarap film drama samurai “Zatoichi” (2003) kemudian disusul dengan trilogi autobiographical-nya yang surealis (Takeshis’, Glory to the Filmmaker!, dan Achilles and the Tortoise), Takeshi akhirnya kembali ke akarnya, menyapa para fans-nya dengan menghadirkan kembali kehidupan penuh intrik, respek, rasa hormat, penghianatan, dan kekerasan dalam dunia Yakuza di “Outrage”.

Film yang premiere dan ikut berkompetisi di Festival Film Cannes 2010 ini mengawali kisahnya dengan pertemuan para bos Yakuza di kediaman “Mr. Chairman” (Kitamura Soichiro), bos besar dari keluarga Sannokai yang mengontrol wilayah Kanto. Sekiuchi, atau sang Chairman, memerintahkan Ikemoto (Kunimura Jun) dari klan Ikemoto untuk tidak lagi beraliansi dengan klan Murase dan menjaga jarak dari bisnis narkoba mereka. Ikemoto tentu saja tidak mau mengotori tangannya sendiri apalagi Murase adalah sworn brother-nya. Tidak mau mengecewakan “tuan”-nya dan dianggap sebagai penghianat, Ikemoto memberikan tugas kotor tersebut kepada Otomo (Takeshi Kitano) dan geng-nya untuk memancing perang dengan klan Murase. Maka dimulailah berbagai macam intrik yang nantinya akan menghiasi “Outrage”, di dalam dunia Yakuza semua tidak seperti apa yang terlihat di permukaan. Mereka adalah ular, bermuka dua, hari ini mereka boleh tunduk dan setia pada orang yang mereka sebut bos, tapi belum tentu keesokan harinya. Sambil menyelesaikan tugas dan “menjilati” bokong bos, mereka juga membawa agenda masing-masing, yaitu merebut kekuasaan untuk duduk di kursi “hangat” bos besar.

“Outrage” tanpa basa-basi langsung mengundang penonton melihat betapa powerful-nya para mafia Jepang yang disebut Yakuza ini, para bos sangat dihormati seperti dewa, saat mereka lewat semua bawahan akan tertunduk. Tanpa dialog atau narasi di awal, pelajaran pertama kita adalah melihat dunia kejahatan di Jepang dipimpin oleh beberapa bos yang mempunyai klan-nya masing-masing, termasuk klan Ikemoto yang menjadi fokus cerita di film ini. Yakuza sangat menjunjung tinggi nilai-nilai honor dan respect, dan para bos saling menghormati satu sama lain, lalu tunduk pada “Mr. Chairman” yang bisa dibilang adalah bos besar. Segala macam tata krama Yakuza ketika berkumpul, lalu mobil mewah yang berjejer, dan lusinan anak buah yang menunggu bos mereka, adalah layer awal dari berlapis-lapis kehidupan Yakuza. Setelah judul film ini terpampang jelas di layar dengan warna merah terang, kita pun akan diajak lebih jauh ke dalam, memasuki dunia yang tak terjamah oleh hukum karena mereka mengantongi oknum-oknum penegak hukum-nya. Dunia dimana jika seseorang melakukan kesalahan sepele, mereka tidak hanya akan membayarnya dengan permintaan maaf tetapi juga membawa bungkusan kain berisi potongan jari mereka. Dunia dimana kawan bisa menjadi lawan kapan saja, dan lawan akan tetap menjadi lawan. Dunia dimana segalanya, termasuk kekuasaan dan nyawa tidak ada yang abadi. Dunia dimana pengorbanan hanya akan berbuah kesia-siaan.

Welcome to the jungle! hutannya para Yakuza yang brutal dan totally badass, seseorang tidak hanya cukup menjadi kuat untuk menang dari yang lemah tetapi juga perlu sikap badass-motherfucker seperti Otomo agar bisa selamat dari para badass Yakuza lainnya. Terlepas dari plotnya yang sebenarnya tipis dan mudah ditebak, film ini menjadi terkesan terlihat rumit karena dengan seenaknya menyumpalkan plot demi plotnya dengan deretan karakter yang mempunyai agenda-nya masing-masing, begitu banyak penjahat yang perlu diperhatikan dan itulah yang membuat film ini begitu menantang. Tidak ada sosok hero yang akan menyelamatkan hari yang buruk disini, Otomo juga bukan sosok yang punya ajian tidak bisa mati dan dia juga bisa dibilang bukan tokoh utama, karena semua orang bertato, berjas desainer terkenal, dengan emosi yang labil dan wajah nyebelin juga akan terlihat seperti karakter sentral. Mereka semua, termasuk Mr. Chairman, Ikemoto, Murase (Renji Ishibashi), Mizuno (Kippei Shiina) yang merupakan tangan kanan Otomo, dan juga Kimura (Hideo Nakano), underboss dari klan Murase yang “tidak beruntung”, punya peran dan kisahnya masing-masing dalam “Outrage”. Sub plot yang “berantakan” inilah yang membuat plot utama berjalan semakin menarik menit demi menitnya.

Walau terkesan tidak memiliki poin khusus kepada siapa film ini berpihak—tampaknya Takeshi menyerahkan nasib para karakternya pada jalan cerita, untuk menerima dengan seikhlas-ikhlasnya apa yang akan terjadi pada masing-masing dari mereka ketika film bergulir menuju 109 menit durasinya—tidak serta merta menjadikan film ini dinobatkan menjadi film gangster kacangan dengan cerita yang membingungkan ditambah kerumitan organisasi Yakuza. Takeshi justru mengemasnya dengan pendekatan paling menghibur lewat serangkaian humor-humor segar yang muncul dari dialog-dialognya yang kasar. Melihat adu mulut Otomo dengan “kawan” polisinya misalnya, selalu saja mengundang tawa walaupun sebenarnya percakapan tersebut sangat serius dan kasar bukan main. Tapi mendengar sambil melihat mimik wajah para pemainnya terkadang malah membuat saya tidak tahan untuk mengeluarkan suara cekikikan geli. Yah diantara keseriusan masing-masing bos Yakuza yang saling menusuk dari belakang dan mempermainkan taktik adu dombanya, Takeshi dengan apik bisa membawa kita ke suasana yang menyenangkan agar tidak terus melihat para Yakuza badass ini sebagai sosok manusia yang wajib ditakuti tapi bisa melihat mereka dari sudut pandang lain, dimana kehidupan yang mereka pilih adalah sebuah kebodohan dan kekonyolan yang pantas untuk ditertawakan.

Welcome to the jungle! part 2, bersiaplah melihat kebrutalan Otomo sang badass-motherfucker ketika dia begitu gampang menusuk orang, melukis wajah musuhnya dengan cutter, atau tidak punya belas kasihan menembak seseorang yang sedang asyik mencoba sampo baru yang dibelikan istrinya. Tidak peduli orang itu punya tato yang menegaskan dia adalah anggota klan Yakuza dari keluarga si anu atau bos yang sedang menikmati mandi sauna, jika Otomo sedang “dapet” dia akan mendatangi orang itu dan menyarangkan timah panas tepat di kepala, apapun kesalahan orang yang bersangkutan. Takeshi memerankan Otomo dengan begitu apik, seperti guru di “Battle Royale” yang belum mendapatkan gaji satu tahun, begitulah akting dia di film yang memperoleh pendapatan hampir 700 juta yen di Jepang ini. Tapi sekali lagi Otomo tidak mendominasi disini, porsinya justru akan terlihat pincang ketika dibayangi oleh deretan pemain lain yang menunggu porsi lakonnya untuk dimainkan. Kippei Shiina yang berperan sebagai Mizuno juga mencuri perhatian disini, memainkan peranannya sebagai orang kepercayaan Otomo dengan sangat baik. “Outrage” pun menjadi sajian film klasik tentang Yakuza dengan tumpukan intrik, humor, dan kesadisan yang menghibur. Film yang rencananya akan dibuat sekuelnya pada tahun 2011 ini telah berhasil menjalankan tugasnya menjadi film yang menyenangkan, saya jadi tidak sabar menunggu Outrage 2: Otomo Strikes Back! (judul tersebut hanya karangan penulis, sumpah).

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.