Ada beberapa bagian dari Money Monster terlihat seperti umumnya film komersial Hollywood; mengandalkan psikologi pop, simplifikasi, atau formula klise. Tapi berbekal materi yang sebenarnya tidak terlalu luar biasa atau ambisius dan terlalu teknikal, contohlah seperti The Big Short, Jodie Foster (Little Man Tate, The Beaver), aktris watak yang kembali lagi menjabat di belakang layar sebagai sutradara, justru berhasil mempresentasikan sebuah sentilan sosial yang berkesan.
Dalam Money Monster George Clooney sebagai Lee Gates, seorang pembawa acara televisi khusus e-commerce dan finansial berjudul Money Monster. Didampingi Julia Roberts sebagai Patty Fenn, sutradara acara, mereka suatu hari harus berhadapan dengan seorang pria bernama Kyle Budwell (Jack O'Connell) yang menyandera Gates guna melampiaskan rasa amarah dan depresinya kepada Walt Camby (Dominic West), CEO sebuah perusahaan investasi berama IBIS Global Capital. Kyle telah menyerahkan semua harta miliknya guna berinvestasi kepada perusahaan Walt, namun dengan alasan kesalahan sistem komputer, ia harus kehilangan semua uangnya.
Dengan seting ruang studio sempit, film berhasil menghadirkan sebuah drama penyanderaan dengan nuansa klaustrofobia yang cukup efektif. Foster patut dipuji mampu menghadirkan latar karakter melalui beberapa informasi verbal tanpa harus terlihat monoton, sementara ketegangan juga dihadirkan secara intens.
Kita, sebagai penonton akan terseret dengan dinamika antara tiga karakter ini. Uniknya Foster tidak ingin filmnya hadir dengan terlampau tegang sehingga memasukkan beberapa elemen humor yang cukup menggelitik.
Sampai kemudian set berpindah keluar dan berakhir di klimaks yang mungkin terlihat konyol. Hanya saja, jika kita cermat menyimak, justru komikalitas klimaks film ini merupakan penekanan pada moral cerita atau aspek tematis filmnya: adalah menggelikan saat kerakusan dan sense of ignorance dari sebagian besar karakternya hanya berujung pada kesia-siaan.
Naskah yang ditulis Alan Di Fiore, Jim Kouf dan Jamie Linden dengan brilian menempatkan karakter Patty Fenn, sebagai suar atau semacam suara hati yang memandu Lee Gates dalam menghadapi situasi pelik yang menderanya. Fenn nyaris selalu berada di belakang layar dimana ia mencermati apa yang tengah terjadi, kemudian memberi masukan dan arahan kepada Gates. Seolah-olah kita memang perlu sosok seperti Fenn, dengan pikiran jernihnya, untuk memimbing saat kekalutan terjadi.
Meski karakter mereka tidak selalu dalam frame yang sama, koneksi antara Clooney dan Roberts terjalin dengan kuat. Selain karena kekuatan akting mereka, selain mungkin di antara keduanya memang telah memiliki ikatan kimiawi erat karena sebelumnya pernah bekerjasama dalam film (seri Ocean's Eleven).
Aktor muda asal Inggris, Jack O'Connell (300: Rise of an Empire, Unbroken) baiknya bisa mengimbangi kedua seniornya tersebut, meski pada beberapa bagian ia tampil agak berlebihan dan kurang meyakinkannya aksen New York miliknya.
Jika mengharapkan Money Monster sebagai drama penyanderaan penuh aksi seperti Die Hard misalnya, maka jelas harapan tersebut tak terkabulkan. Jika ditelisik lebih mendalam, Money Monster sejatinya memang sebuah drama berbumbu satir. Mungkin kritik yang disampaikannya jenerik, namun dengan alur cerita yang mengalir, intensitas terjaga dan akting memukau, pesan sosialnya ternyata tersampaikan dengan cukup baik. Dan itu merupakan tanda jika sebuah film berhasil dalam menunaikan misinya, bukan?
Rating :