Review

Info
Studio : North Star Production
Genre : Horror
Director : Kongkiat Komesiri
Producer : Piyaluck Mahatanasab
Starring : Mario Maurer, Wannarote Sonthichai, Noppachai Jayanama

Senin, 16 Mei 2016 - 21:40:02 WIB
Flick Review : Take Me Home
Review oleh : Haris Fadli Pasaribu (@oldeuboi) - Dibaca: 2773 kali


Harus diakui jika akhir-akhir ini genre horor di ranah Asia kering dengan film-film yang memuaskan. Padahal dari negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan dan juga Thailand dikenal dengan berbagai film horor yang bemutu baik dan tentunya mengesankan. Meski begitu, horor tetap merupakan salah satu genre yang kerap dikerjakan, seperti yang datang dari negara Gajah Putih ini, Take Me Home (สุขสันต์วันกลับบ้าน, Suksan Wan Klab Baan)

Istimewanya, ada bintang muda pujaan, Mario Maurer, beperan di dalamnya. Dalam Take Me Home ia adalah Tan, seorang pemuda yang  baru saja siuman dari komanya. Karena menderita amnesia ia berupaya untuk menemukan keluarganya.

Hasilnya penyelidikan Tan membawa dirinya ke sebuah rumah besar dan bertemu dengan saudari kembarnya, Tubtim (Wannarot Sonthichai), yang telah menikah dengan Cheewin (Noppachai Jayanama) dan memiliki dua orang anak. Namun rumah tersebut sepertinya menyimpan sebuah rahasia misterius dan membawa kengerian pada kehidupan Tan.

Kongkiat Komesiri, sang sutradara, bukan kali pertama ini menggarap sebuah film horor. Sebelumnya ia sudah pernah menyajikan film seperti Art of the Devil 2 (2005) yang merupakan debutnya atau sebuah thriller gory berjudul Splice (2009). Jadi, seharusnya ia tidak asing lagi dalam menampilkan film dengan ketegangan, aroma menyeramkan dan menyebar kengerian.

Plot Take Me Home sebenarnya tipis sekali. Hanya saja narasi dituturkan secara beputar-putar dan mengandalkan kilas balik atau alur maju mundur. Saking ektensifnya, pemilihan bertutur ini cenderung membuat bingung penonton.

Memang, dengan demikian film tampil seolah sebuah mimpi buruk yang seolah tak berkesudahan. Namun lama kelamaan menjadi melelahkan dan terlihat jelas berusaha menutup tipisnya plot tadi. Walhasil, ketimbang organis sebagai aspek penceritaan, ia cenderung menjadi gimmick belaka.

Untung saja, teknik produksi film cukup mengkilap sehingga secara visual film enak untuk ditonton. Dan sebagai film horor atmosferik, meski klise dan formulatis, adegan-adegan menyeramkan dieksekusi dengan cukup baik. Apalagi film sepertinya memang lebih menekankan pada sisi drama dan misteri ketimbang horor saja, sehingga meski tidak terlalu mencekam, Take Me Home tetap mengundang penasaran.

Maurer juga tampil dengan cukup baik dalam bertugas sebagai penggerak utama filmnya. Bisa dikatakan karakter dalam film ini mengasah kekuatan Maurer yang awalnya dikenal sebagai seorang heart-throb saja ketimbang aktingnya.

Jadi, meski Take Me Home mungkin tak bisa menyamai sukses pendahulunya, namun ia tetap sebuah tambahan yang cukup menarik dibandingkan film horor Asia/Thailand yang beredar akhir-akhir ini.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.