Di tahun 2009, dengan strategi pemasaran yang sangat cerdas, Paramount berhasil memperoleh keuntungan yang sangat besar dengan perilisan Paranormal Activity. Film yang dibuat dengan bujet sebesar US$15.000 tersebut, berhasil memperoleh pendapatan hampir sebesar US$200 juta dari peredarannya di seluruh dunia. Seperti halnya produsen film lainnya, Paramount tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengulangi sukses yang sama begitu saja. Hasilnya… seri kedua Paranormal Activity pun dirilis dengan menawarkan premis yang kurang lebih tidak berbeda dari seri sebelumnya.
Dapat dikatakan, Paranormal Activity 2 adalah sebuah film yang menjadi prekuel sekaligus sekuel bagi seri pertamanya. Film ini mengisahkan berbagai kejadian supranatural yang terjadi sebelum berbagai kisah yang menimpa para karakter utama di Paranormal Activity. Bedanya, fokus cerita kali ini tidak berada pada karakter Katie (Katie Featherstone) dan Micah (Micah Sloat). Paranormal Activity 2 berfokus pada keluarga Dan (Brian Boland) dan istri keduanya, Kristi (Sprague Grayden), putri remajanya dari pernikahan sebelumnya, Ali (Molly Ephraim), serta bayi laki-laki mereka, Hunter (Jackson Xenia Prieto & William Juan Prieto). Benang merah seri kedua ini berada pada Kristi, yang merupakan kakak dari Katie dari seri sebelumnya.
Setelah pada suatu malam menemukan rumah mereka berada dalam kondisi acak-acakan – dan menduganya sebagai akibat dari perbuatan dari beberapa orang yang mencoba mencuri harta benda di rumah tersebut – pasangan Dan dan Kristi akhirnya memutuskan untuk memasang beberapa kamera pengawas di rumah mereka. Dari titik inilah para penonton akhirnya dapat merasakan bahwa teror di rumah tersebut telah dimulai. Berbagai keributan dan kejadian aneh yang tidak dapat dijelaskan dengan kasat mata mulai menggangu kehidupan seisi rumah, khususnya Hunter, yang seringkali menangis keras akibat merasa terganggu akibat adanya ‘sesuatu’ yang memperhatikannya di rumah tersebut.
Walau merasa tidak percaya pada awalnya, Dan akhirnya menggunakan bantuan mantan pembantunya, Martine (Vivis Cortez), untuk mendetekasi apa yang terjadi di rumah tersebut. Martine akhirnya menjelaskan bahwa ada ‘sesuatu’ di rumah tersebut yang memang mencoba mengganggu kehidupan mereka. Martine akhirnya menawarkan sebuah jalan keluar: ia akan mengusir ‘sang pengganggu’ dari rumah tersebut dan kemudian meneruskannya kepada seseorang yang dekat dengan keluarga tersebut. Dengan alsan untuk menyelamatkan istri dan anaknya, Dan akhirnya memilih untuk mengusir ‘pengganggu’ di rumah tersebut dengan meneruskannya ke Katie. Sebuah keputusan buruk yang berakibat fatal.
Seri kedua sendiri tidak diarahkan oleh sang sutradara seri pertama, Oren Peli. Peli sepertinya telah menemukan sebuah proyek lain yang lebih besar dan mengharuskannya hanya mampu duduk sebagai produser dan menyerahkan tahta penyutradaraan pada Tod Williams. Perubahan sutradara ternyata sedikit banyak mempengaruhi efektivitas kejutan yang diberikan Paranormal Activity 2 pada penontonnya. Selain karena tidak memberikan sesuatu yang baru di dalam jalan ceritanya, Williams sepertinya kurang begitu mampu untuk menjaga intensitas plot cerita dengan sangat baik. Ini membuat Paranormal Activity 2 cenderung membosankan ketika para penonton dibuat harus menunggu mengenai gangguan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sama seperti seri pertamanya, Paranormal Activity 2 memanfaatkan berbagai ‘kejutan tak terlihat’ untuk dapat menakut-nakuti para penontonnya. ‘Kejutan’ ini muncul perlahan – dari pintu yang bergerak dengan sendirinya, alat-alat yang berpindah tempat, peralatan dapur yang jatuh tanpa sebab, keributan-keributan yang terjadi tanpa dapat dijelaskan darimana sumbernya hingga akhirnya mulai menyentuh para karakter di dalam jalan cerita dengan bentuk kerasukan. Satu persatu teror ini disajikan – dan harus diakui, setelah beberapa waktu, perlahan-lahan teror tersebut tidak lagi dapat bekerja dengan efektif. Ini masih ditambah dengan rasa bosan yang muncul ketika jalan cerita berlangsung di siang hari dan berfokus pada kehidupan sehari-hari para karakternya. Strategi ini dilakukan secara bergantian hingga akhirnya pada adegan akhir yang, lagi-lagi, mengulang apa yang telah dilakukan pada seri sebelumnya.
Paranormal Activity 2 tidaklah buruk. Mereka yang menikmati hiburan semacam ini kemungkinan besar akan dapat menikmati film ini, termasuk mereka yang berhasil merasa ‘ditakuti’ oleh Paranormal Activity. Namun, beberapa besar bagian penonton juga beresiko akan merasakan kebosanan akibat tidak adanya sesuatu yang baru pada film ini. Masih tema yang sama, cara mengejutkan yang sama, pilihan ending yang menyerupai film pertamanya dihadirkan dengan ritme yang lebih lamban serta diperparah dengan kurang menariknya kisah para karakter di luar kisah horor yang coba dihadirkan. Sebuah kejutan tidak akan terasa begitu mengejutkan bila kita telah mengetahui apa isi kejutan tersebut bukan?
Rating :