Memerankan dua karakter dalam satu film bukan hal asing bagi Shah Rukh Khan. Mungkin masih ingat dengan Duplicate (1998) atau Don (2006) misalnya. Nah, kini ia kembali bermain dalam film yang mengharuskannya untuk berbagi peran dengan dirinya sendiri dalam Fan. Film arahan Maneesh Sharma (Band Baaja Baaraat, Shuddh Desi Romance) ini sekali lagi mengizinkan Khan untuk berakting semaksimal mungkin sebagai dua sosok dengan pembawaan yang berbeda, meski secara moral mungin mereka memiliki kemiripan.
Fan diset sebagai thriller psikologis dengan bumbu-bumbu aksi di dalamnya. Dan sebagaimana judulnya, film berkisah tentang seorang fan dengan idoalnya. Khan bermain sebagai sang penggemar, Gaurav Chandna, seorang pemuda berusia pertengahan 20-an yang menggemari seorang superstar Bollywood bernama Aryan Khanna (juga Khan) semenjak ia masih kanak-kanak.
Sebagaimana film-fim berjudul (nyaris) sama seperti The Fan (1996) atau lebih lawas lagi, The Fan (1981), Fan juga menyampaikan tentang obsesi tak terkontrol yang kemudian menjelma menjadi prilaku berbahaya dan mengancam.
Gaurav sangat tergila-gila dengan Aryan. Kemiripan secara fisik bahkan telah menobatkan dirinya sebagai juara kontes mirip bintang di kampungnya. Ia merasa dirinya adalah penggemar nomor satu dan merasa paling mengenal Aryan.
Bermodal uang kemenangan, ia berangkat dari Delhi menuju Mumbai untuk menjumpai sang idola. Yang ia inginkan hanya bersua barang beberapa menit dan memamerkan piala yang didapatnya. Kenyataan berkata lain dan kecintaan kemudian berubah menjadi benci. Obsesi masih menyelubungi jiwa Gaurav, namun kini berbalik menjadi keinginan untuk menjatuhkan sang idola.
Premis Fan memang cukup menarik. Dan hey, pengarahan Maneesh Sharma pun cukup menggugah. Paruh pertama film dengan baik mengikat penonton untuk menyaksikan lika-liku Gaurav untuk bisa bertemu dengan idolanya. Meski mungkin terlihat mengesalkan, tapi Gaurav digambarkan sebagai sosok yang cukup simpatik sehingga penonton bisa peduli dengan karakternya.
Memasuki paruh kedua, saat sisi thriller mulai mengambil alih, mulailah terjadi pergeseran tone. Film terasa lebih intens dengan plot hadir dengan lebih rumit, penuh twist-and-turn. Tapi entah kenapa secara emosi terasa lebih kendor. Bahkan adegan kejar-kejaran dengan latar Dubrovnik yang indah tidak memiliki enerji agar terasa mendebarkan. Indah secara visual, kosong secara esensi.
Beruntung menjelang akhir film kembali berhasil mengembalikan temponya dan film kembali menarik, meskipun tidak bisa mencapai sebagaimana paruh awal film. Setidaknya adegan klimaks dieksekusi dengan cukup baik, meski terasa berpanjangan.
Sebenarnya ada studi tentang krisis identitas maupun komentar tentang prilaku kebintangan yang jamak terjadi di masyarakat kontemporer yang ingin diungkap oleh Fan. Sayangnya wacana-wacana ini hanya di permukaan, karena sejatinya ia tetap sebuah film pop dengan sensasionalitas sebagai sajian utama.
Dengan demikian Fan menyisakan aksi Shah Rukh Khan sebagai penggerak film. Dengan memanfaatkan berbagai arsip nyata tentang dirinya, Khan sepertinya memproyeksikan dirinya dalam tubuh seorang Aryan Khanna. Apakah Shah Rukh Khan adalah Aryan Khanna atau sebaliknya? Film tidak memberikan jawaban yang pasti. Namun, sebagai protagonis, sosok Aryan digambarkan tidak melulu putih kharismatis. Tetap ada sisi gelap yang muncul dalam upaya untuk mempertahankan dirinya dari ancaman asing. Dan ini menarik.
Peran sebagai Aryan Khanna seharusnya memang mudah saja bagi Khan, sehingga tantangan dari segi akting diberikan pada karakter Gaurav Chandna. Dengan memanfaatkan teknik prostetik dan CGI, Khan lumayan sukses hadir dalam versi lebih muda dengan alterasi fisik dari dirinya. Hanya saja yang menonjol di sini bukanlah dari segi fisik, namun bagaimana Khan dengan mumpuni membawakan sosok yang awalnya naif dan polos kemudian bertransformasi menjadi karakter penuh tipu daya.
Perubahan ini dilakukan dengan cukup mulus dan meyakinkan, meskipun sebenarnya di atas kertas kurang masuk akal. Inilah mungkin wujud dari kekuatan akting dari seorang Shah Rukh Khan. Lagi pula seharusnya Khan memang sudah khatam dalam memerankan karakter dengan transformasi sikap. Rab Ne Bana Di Jodi (2008) mungkin bisa menjadi buktinya.
Fan sebenarnya agak mengingatkan akan Om Shanti Om (2007), dimana Khan juga berperan sebagai sosok fans dan idola. Tapi jika di film arahan Farah Khan tersebut elemen fantasi mendominasi, dengan karakter yang diperankan Khan hadir dalam dua era yang berbeda, maka Fan bergerak dalam ranah yang lebih membumi, meski hasil akhirnya tidak begitu membumi juga.
Walau begitu, bisa dipastikan jika peran Khan dalam Fan lebih berkesan untuk disaksikan ketimbang Om Shanti Om.
Rating :