Dalam sebuah kerjasama yang lebih low profile dari kerjasama yang dilakukan oleh Martin Scorsese dengan Leonardo DiCaprio dalam film manapun, sutradara, Tony Scott, kembali merilis sebuah film action yang menggunakan kereta api sebagai latar belakang cerita yang sekaligus menandai kali kelima dirinya bekerjasama dengan aktor, Denzel Washington. Sama seperti The Taking of Pelham 1 2 3 (2009), Unstoppable juga mendapatkan garis besar jalan ceritanya dari sebuah kisah nyata. Dengan jalan cerita yang ditawarkan oleh penulis naskah, Mark Bomback (Race to Witch Mountain, 2009), Unstoppable memang bukanlah sebuah film yang dapat dibanggakan dari sisi ceritanya. Namun dengan pengemasan yang apik dari sang sutradara dan para pemerannya, film ini berhasil menjelma menjadi sebuah film action ringan dengan intensitas yang cukup menegangkan.
Berdasarkan insiden kereta api Crazy Eight yang terjadi di Ohio, Amerika Serikat, pada tahun 2001, Unstoppable mengisahkan mengenai sebuah kereta api pengangkut barang yang secara tidak sengaja berjalan dengan kecepatan penuh dengan tanpa kehadiran kendali siapapun diatasnya. Jika kereta appi tersebut tidak mengangku barang apapun diatasnya, mungkin mudah bagi para petugas untuk mengamankannya. Permasalahannya, kereta api tersebut membawa beberapa tangki yang berisi zat kimia yang berbahaya dan diperkirakan akan mampu menimbulkan musibah besar jika kereta api tersebut bertabrakan atau hancur ketika sedang berada di daerah yang berpenduduk padat.
Tentu saja, akan ada tokoh protagonis yang diperkenalkan dan dipersiapkan untuk menyelamatkan kereta api tersebut. Mereka adalah dua mekanik kereta api, Frank Barnes (Denzel Washington) dan Will Colson (Chris Pine). Frank dan Will sebenarnya baru saja berkenalan: Will baru menjadi dan mengenal mesin selama 4 bulan sedangkan Frank adalah seorang senior yang telah banyak makan asam garam dunia mesin kereta api selama 28 tahun – dan sedang menghadapi masa pensiunnya. Keduanya tentu saja tidak mengharapkan untuk terlibat dalam sebuah kejadian yang dapat mengancam kehidupan mereka. Namun ketika kereta api yang berjalan tanpa kendali tersebut hampir saja berjalan dan membunuh mereka, keduanya kemudian memutuskan untuk melakukan apapun agar kereta api tersebut dapat dihentikan.
Persoalan yang ditawarkan sangat mudah, bukan? Kedua karakter, Frank dan Will, bukan menghadapi sekelompok teroris yang berniat menghancurkan sebuah negara serta bukan menghadapi ancaman bencana alam yang akan memusnahkan kehidupan di Bumi. Mereka menghadapi sebuah kereta api yang berjalan tanpa kendali dan diharuskan untuk menghentikannya. Sangat sederhana. Namun tentu saja, jika hal tersebut dapat dilakukan dengan sangat mudah tanpa adanya hambatan apapun, Unstoppable kemungkinan besar akan berakhir secara datar di menit ke-30 film tersebut berjalan.
Apa yang diberikan oleh sutradara Tony Scott lewat Unstoppable adalah murni sebuah film action berkadar hiburan semata dengan tingkat dramatisasi yang terkadang terkesan terlalu berlebihan ketika penonton menyadari mengenai apa masalah utama yang sedang dihadapkan pada mereka. Dengan durasi cerita sepanjang 98 menit, Tony Scott kemudian mengemas cerita film ini dari berbagai sudut pandang cerita dan karakter. Hal ini dilakukan dengan sangat baik oleh Scott dan menyebabkan Unstoppable mampu berjalan dengan sangat baik serta dengan intensitas cerita yang terjaga dari menit ke menit.
Keunggulan utama dari Unstoppable adalah kemampuan Scott untuk menyusun adegan demi adegan action dengan sangat baik, khususnya di 30 menit terakhir film ini, dimana Unstoppable berhasil meningkatkan ketegangan ceritanya yang semenjak awal berjalan dengan tingkat yang menengah sehingga menjadi sebuah film dengan tingkat ketegangan yang sangat mendebarkan. Untuk menambah ‘kekompleksitasan’ cerita, Scott kemudian berusaha mengenalkan kepribadian kedua karakter utama film ini kepada para penonton serta menambah beberapa konflik pribadi yang sedang mereka hadapi. Bukan sebuah hal yang cukup penting untuk diletakkan di tengah-tengah jalan cerita, namun baik Washington maupun Pine mampu menerjemahkan bagian drama tersebut dengan sangat baik sehingga, setidaknya, bagian drama tersebut masih mampu menjadi bagian yang cukup dapat dinikmati daripada hanya terkesan menjadi tempelan adegan belaka.
Departemen akting mungkin bukanlah bagian yang paling diutamakan dari film-film semacam Unstoppable. Walau begitu, bukan berarati para jajaran pemeran Unstoppable tidak berusaha dengan baik untuk menghidupkan karakter mereka. Kedua aktor utama, Denzel Washington dan Chris Pine, bermain dengan cukup meyakinkan. Aktris Rosario Dawson, yang berperan menjadi salah satu karakter pendukung di film ini, juga memberikan daya akting yang cukup mampu mencuri perhatian, walaupun karakternya di sepanjang cerita tidak berada di lokasi yang sama dengan dua karakter utama yang mendominasi jalan cerita.
Walau sama sekali tidak menawarkan sebuah petualangan baru di dalam jalan ceritanya, Tony Scott ternyata mampu mengemas Unstoppable menjadi sebuah tayangan action dengan tingkat ketegangan yang sangat terjaga dengan baik. Naskah ceritanya memang bukanlah bagian terbaik dari film ini – berisi terlalu banyak sub-plot cerita yang kurang terlalu penting dan sepertinya diletakkan untuk menutupi kekurangpadatan plot cerita utamanya. Namun, deretan adegan action yang disediakan Scott, khususnya di 30 menit akhir film ini berhasil menjadikan Unstoppable terlihat sangat berkelas. Para jajaran pemerannya, Denzel Washington, Chris Pine dan Rosario Dawson, juga mampu menghidupkan karakter mereka dengan baik dan menjadikan Unstoppable sebagai sebuah film action dengan tingkat ketegangan yang cukup menghibur.
Rating :