Sepertinya sebagian besar orang pasti kenal dengan ‘Pride and Prejudice’, salah satu roman klasik karya Jane Austen. Yang mungkin tidak banyak tahu, ada novel semi parodi dan mash-up berjudul ‘Pride and Prejudice and Zombies’ (2009) tulisan Seth Grahame-Smith. Siapa sangka bukunya laris, dan sudah dipastikan hadir pula sebuah film adaptasinya.
‘Pride and Prejudice and Zombies’ bukannya yang pertama. Sebelumnya sudah ada 'Abraham Lincoln: Vampire Hunter’ (2012) dan diangkat dari novek tulisan pengarang yang sama. Kalau mengira film-film ini bergaya banyolan, maka anggapan tersebut salah adanya, karena cerita dihadirkan secara serius.
'Pride and Prejudice and Zombies’ pada dasarnya masih berkisah yang sama dengan novel Austen, percintaan seorang perempuan berpikiran mandiri bernama Elizabeth Bennett (Lily James, 'Downtown Abbey’, 'Cinderella’) dengan seorang pria aristokrat angkuh bernama William Fitzgerald Darcy atau Mr. Darcy (Sam Riley, 'On The Road, 'Maleficent’), di era Regency dimana posisi perempuan sering tereduksi dalam kepentingan mencari suami (yang kaya).
Hanya saja kali ini dibumbui dengan wabah Zombie yang menyerang Inggris dan membuat mayoritas warga, baik laki-laki dan perempuan, harus mampu menguasai teknik bela diri timur (Tiongkok atau Jepang), guna berperang melawan sergapan para bala mayat hidup ini.
Novelnya sendiri ternyata menyenangkan disimak. Meski sebenarnya memang konyol membayangkan karakter-karakter ini dengan keahlian bersilat, namun ternyata cukup padu dengan esensi ceritanya, bahkan memberi penekanan akan subteks dinamika sosial politik yang terjadi saat itu.
Versi film, yang diarahkan oleh Burr Steers ('Igby Goes Down’), tampaknya ingin lebih setia kepada tone 'Pride and Prejudice’ dimana zombie hanya menjadi pelengkap kalau tidak mau disebut gimmick. Dan sepertinya ini menjadi blunder yang cukup signifikan.
Meski tetap menyenangkan untuk disimak, lengkap dengan bumbu komedi romantis yang menggelitik, hanya saja jika dihilangkan unsur zombie dan aksi-laganya, 'Pride and Prejudice and Zombies’ hanya akan menjadi adaptasi mediocre yang mudah terlupakan.
James dan Riley tampil menarik sebagai pasangan legendaris Ms. Bennet dan Mr. Darcy, tapi versi 2005 arahan Joe Wright, dimana Keira Knightley bersinar di dalamnya, masih terlalu kuat untuk disingkirkan pesonanya. Sedang Colin Firth, yang berperan sebagai Mr. Darcy dalam mini seri rilisan 1995 (dan juga versi moderennya dalam 'Bridget Jones’s Diary’) pun masih terlalu sulit untuk digantikan.
Sedang untuk porsi laganya sendiri juga tidak terlalu istimewa. Para aktor sepertinya sudah mencoba memberikan yang terbaik, walau masih belum terlihat meyakinkan. Elemen horor yang coba dilekatkan pada beberapa bagian memang lumayan berhasil, meski sayangnya lebih banyak terasa kurang tergali. Perpaduan antara drama, komedi, horor dan aksi pun terkadang tidak terjalin dengan kuat, alias seperti berdiri sendiri-sendiri di beberapa kesempatan. Inilah yang membuat 'Pride and Prejudices and Zombies’ terasa tanggung.
Meski begitu, terlepas dari kekurangannya, ternyata 'Pride and Prejudices and Zombies’ masih menyenangkan untuk disimak. Tidak istimewa dan menyisakan beberapa pertanyaan yang tidak terjawab (mungkin untuk sekuelnya), namun jalinan ceritanya cukup mengundang rasa antusias. Apalagi unsur komikal filmnya membuat filmnya tidak terlalu sulit dicerna, setidaknya terlepas dari kesetiaan film dengan pemilihan kata “berbunga” seperti yang ditulis Austen.
Rating :