Review

Info
Studio : Sixstories Productions
Genre : Teater, Musikal
Director : Joko Anwar
Producer : Afi Shamara
Starring : Giandra Hartajaya, Ichsan Akbar, Ary Kirana, Aimee Saras, Ario Bayu, Yudi Firmansyah

Sabtu, 20 November 2010 - 01:21:38 WIB
Flick Review : Onrop! Musikal
Review oleh : Galih Wismoyo - Dibaca: 4714 kali


Teater merupakan sebuah karya seni yang luar biasa. Tidak seperti televisi dan sinema modern, teater terjadi karena ada peran langsung para pemain dan para kru pendukung di atas panggung. Ia tidak dapat diedit, tidak dapat diperbaiki kesalahannya. Ia merupakan sebuah contoh seni pertunjukan yang dituntut untuk sempurna, tiada cela.

Pada saat tulisan ini terbit, di pusat kota Jakarta, tepatnya di Teater Besar, Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki, sedang dimainkan sebuah pertunjukan yang berhasil mempesona ribuan tatap mata insan muda. Masyarakat berbondong-bondong menuju teater, seakan-akan teater merupakan sesuatu yang biasa dinikmati di kota Jakarta. Kita paham bahwa kota ini bukan merupakan tempat yang layak untuk menaungi kegiatan seni dalam bentuk teater dan ‘teman-temannya’, baik secara tata kota maupun psikologi yang ia hasilkan.

Merupakan debut penyutradaraan teater oleh Joko Anwar (yang menelurkan film Janji Joni, Pintu Terlarang), Onrop! Musikal merupakan sebuah oase yang bisa diteguk dan dinikmati oleh semua kalangan yang sudah haus akan pertunjukan teater. Ia sama sekali tidak sulit untuk dinikmati, tetapi tetap memiliki pakem kualitas yang ingin dicapai dengan caranya sendiri. Bercerita tentang sebuah heterotopia, yaitu sebuah tempat nyata yang dibayangkan namun memiliki kualitas yang berbeda dengan kenyataan, Onrop! Musikal bergeser ke ranah utopia, yang merupakan sebuah tempat yang tak nyata di mana ia terisi dengan harapan ideal yang tak mungkin ditemukan di dalam dunia sesungguhnya.

Alkisah pada Jakarta tahun 2020, di mana polisi moral menguasai segala-galanya, di mana tidak ada lagi patung-patung setengah telanjang (dikarenakan mereka sudah berbaju), dan di mana para wanita harus menutupi seluruh ‘aurat’ mereka (tanpa jilbab), seorang penulis novel religi bernama Bram (Giandra Hartajaya & Ichsan Akbar) hidup bersama-sama dengan ketakutannya terhadap hukum moral. Bram memiliki seorang kekasih bernama Sari (Ary Kirana & Aimee Saras) yang tampak sangat bosan akan tekanan moral dan selalu berusaha memprovokasi keadaan semata-mata untuk menarik perhatian Bram, dan juga ia memiliki asisten setia bernama Amir (Ario Bayu & Yudi Firmansyah) yang tercurigai merupakan seorang gay.

Suatu ketika, di dalam sebuah pesta yang dihadiri oleh kaum konservatif, Bram tidak sengaja mengucapkan sebuah kata yang dianggap tabu. Bram yang tidak mengerti dan tidak pernah bermaksud buruk, dijatuhi hukuman untuk kemudian diasingkan ke sebuah pulau jahanam bernama Pulau Onrop. Berputarlah roda kehidupan Bram, beserta statusnya dari seseorang dengan status sosial terhormat menjadi buangan. Namun, tak lama setelah itu Bram akhirnya menyadari bahwa Pulau Onrop bukanlah akhir hidupnya, namun merupakan awal dari segalanya.

Onrop! Musikal mungkin bisa disebut sebagai salah satu usaha yang berhasil mematahkan pesimisme manusia-manusia Jakarta – seperti saya salah satunya – yang tidak pernah merasa bahagia dengan kondisi masyarakat kota yang tampak sulit untuk mengapresiasi sebuah seni pertunjukan. Teater memang bukan sesuatu yang mudah untuk diapresiasi. Ia membutuhkan usaha lebih, yang pada akhirnya sering diterjemahkan menjadi respek yang terasa ‘buta’. Seperti tidak dianjurkannya sedikitpun suara dari mulut penonton (kecuali tertawa dan batuk, tentunya), larangan untuk tidak boleh masuk di tengah pertunjukan, dan lainnya. Peraturan-peraturan ini, terasa sangat longgar di dalam pertunjukan Onrop! Musikal.

Berbeda dengan konten teater yang saya saksikan di Jakarta pada umumnya, Onrop! Musikal terasa ringan dan jelas memiliki tujuan menghibur pirsawan. Saking ringannya, ia terkadang terlihat terlalu naif. Ceritanya mengalir seperti tanpa penekanan pada karakter tertentu. Dengan kata lain, jika Onrop! Musikal berjalan tanpa karakter-karakter pembantu yang sangat banyak itu, tidak akan mempengaruhi kualitas cerita keseluruhan. Jalan cerita juga sangat mudah ditebak, dan tidak menyajikan sebuah penyelesaian yang memuaskan.

Onrop! Musikal memang tidak terlihat ingin memanjakan kalbu dan pikiran dengan diskursus berat seperti laiknya teater. Lain dari itu, ia meledakkan tawa dalam teater dengan guyonan tiada henti, dan ia menghadirkan utopia untuk mata dan terutama telinga. Musik yang dikemas oleh Aghi Narottama, Bemby Gusti dan Ramondo Gascaro adalah surga yang membahana di dalam ruang pertunjukan. Ia mengingatkan kita akan keindahan nada-nada ‘sederhana’ yang memang diracik untuk dinikmati, bukan untuk dipusingkan. Ia bagaikan patung Yunani yang terlihat cantik dan tersenyum, untuk dinikmati saat itu juga. Bukan lukisan Monalisa yang tampak kelam dan siap untuk diinterpretasikan ratusan tahun kemudian.

Malam itu, di tengah pirsawan yang selalu bertepuk tangan antusias pada tiap akhir lagu, di tengah bisik-bisik yang menyiratkan kekaguman, dan wajah-wajah ‘asing’ yang tampak tidak pernah menghadiri teater sebelumnya, siapapun bisa menemukan harapan baru dalam seni pertunjukan teater di Indonesia. Siapa tahu, mereka akan kembali lagi suatu saat nanti untuk menikmati pertunjukan yang disajikan. Terlepas dari berat ringannya, susah gampangnya, populer tidaknya.

Mari berharap dan bekerja untuk teater Indonesia.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.