Review

Info
Studio : 20th Century Fox
Genre : Drama, Adventure, Sci-fi
Director : Ridley Scott
Producer : Simon Kinberg, Ridley Scott. Michael Schaefe, Aditya Sood, Mark Huffam
Starring : Matt Damon, Jessica Chastain, Chiwetel Ejiofor, Kate Mara, Jeff Daniels, Kristen Wiig, Sean Bean

Jumat, 02 Oktober 2015 - 15:19:14 WIB
Flick Review : The Martian
Review oleh : Haris Fadli Pasaribu (@oldeuboi) - Dibaca: 2960 kali


Saat Chuck Noland (Tom Hanks) dari’Cast Away’ terdampar di sebuah pulau terpencil setelah kecelakaan pesawat yang menimpanya, ia harus melakukan berbagai upaya dan mengandalkan insting alaminya agar dapat bertahan hidup. Suspens datang dari minimnya pengetahuan Noland tentang lingkungan dimana ia terdampar. 

Nasib malang serupa juga dialami Mark Watney (Matt Damon), dalam ‘The Martian’. Ia terpaksa menjadi penghuni Mars yang tandus, setelah timnya mengira ia telah tewas dalam sebuah kecelakaan dan meninggalkannya sendiri. But Watney no ordinary person. He’s a smart and resourceful astronaut-slash-botanist. Conveniently, it is expected for him to science the shit out of his misfortune. 

Meski begitu, Damon harus mendapat pujian berlebih karena berhasil menjadi suar dalam filmnya. Meski harus berakting solo, ia tetap bisa menggerakkan ritme narasi dengan mulus. Setiap momen terbaik ‘The Martian’ adalah berkat kendalinya dalam setiap adegan dimana ia berada.

Di samping itu,  ‘The Martian’ bukan melulu tentang usaha bertahan hidup seorang penyintas, namun juga bagaimana NASA di Bumi berupaya menyelamatkan salah seorang kru mereka, dan tentunya tentang tim Watney yang berkesempatan untuk “menebus” kesalahan mereka.

Sama halnya dengan ‘Interstellar’ dan ‘Gravity’, pada intinya ‘The Martian’ adalah fiksi berbau ilmiah yang berkisah tentang bagaimana manusia menyikapi situasi yang kurang menyenangkan saat harus melakukan perjalanan luar angkasa. Hanya saja, dibandingkan dua film sebelumnya, ‘The Martian’ memilih pendekatan yang lebih sederhana. Main amanlah bisa kita katakan. Kajian aspek metafisika atau filosofis nyaris absen. It’s all about how to survive and enduring the hardship.

Sebenarnya tidak ada masalah juga. Sayangnya, justru ini menjadi kendala bagi ‘The Martian’, mengingat porsi durasi (yang tidak pendek) dihabiskan dengan berbagai polemik teknis yang cenderung monoton. Kajian teknis ‘Interstellar’ mungkin terasa sangat ambisius dibandingkan ‘The Martian’ yang lebih praktis dan bersifat terapan, tapi tidak terasa membosankan dan berkontribusi terhadap bangun ceritanya.

Ditambah begitu banyaknya karakter yang memenuhi layar dan nyaris semuanya tampil cerewet dengan kemampuan ilmiah mereka, memperparah situasi menjemukan ‘The Martian’. Ini sangat terasa pada bagian tengah film.

Mungkin ini akan menarik saat mengikuti ‘The Martian’ dalam bentuk tulisan Andy Weir. Sayangnya naskah Drew Goddard terlalu setia pada materi aslinya dan tidak berani mengambil resiko dengan memberi ruang pada sedikit improvisasi agar ‘The Martian’ menjadi lebih padat. Dinamika antara seting Mars dan Bumi terasa jomplang, dimana satu terasa hidup, sedang yang lain teknikal. Pada akhirnya emosi film juga terasa tidak merata.

Untunglah para pemain yang terlibat bermain dengan mumpuni, baik dari Jessica Chastain sebagai komandan tim Watney yang tegas hingga Chiwetel Ejiofor sebagai insinyur NASA yang enerjetik. Berkat mereka, kita pun sukses menjadi penyintas dalam menyaksikan ‘The Martian’ Lagi pula film membayar dengan menghadirkan klimaks yang mendebarkan dan mengundang rasa haru.

Terlepas dari kelemahannya, ‘The Martian’ adalah salah satu film blockbuster yang jarang kita saksikan saat ini. Tidak melulu mengandalkan kemajuan teknologi efek khusus, namun mencoba untuk bercerita tentang sesuatu dengan pendekatan yang lebih manusia. Dan ‘The Martian’ membuktikan jika Ridley Scott masih bisa diandalkan sebagai sutradara untuk sebuah feel-good drama.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.