Review

Info
Studio : Dorje Film, Norddeutscher Rundfunk (NDR)
Genre : Comedy
Director : Fatih Akın
Producer : Fatih Akin
Starring : Adam Bousdoukos, Birol Unel, Moritz Bleibtreu, Anna Bederke

Selasa, 09 November 2010 - 21:08:55 WIB
Flick Review : Soul Kitchen
Review oleh : Rangga Adithia (@adithiarangga) - Dibaca: 2066 kali


Fatih Akin, sutradara Jerman keturunan Turki, kembali membawa elemen restoran dan intrik antara dua saudara kandung yang pernah dihadirkannya pada “Solino” di tahun 2002 ke dalam film terbarunya “Soul Kitchen”. Berbeda dengan film-film sebelumnya yang selalu mengangkat tema drama-drama berbalut tragedi, secara mengejutkan Akin mencoba keluar dari ciri khasnya lalu membuat film komedi. Ide film keluaran 2009 yang ditulis oleh Fatih Akin dan Adam Bousdoukos (bermain juga sebagai Zinos) ini ternyata sudah ada sejak tahun 2003, ketika “Head On” masih dalam tahap paska produksi, Akin bahkan sudah menuliskan draft awal skripnya pada waktu itu. Selalu ada sisi personal di setiap film Akin, termasuk film Solino yang terinspirasi dari cerita masa lalu, memotret kisah orang tuanya ketika berimigrasi dari Turki ke Jerman dan juga hubungan berwarna dengan saudara kandungnya. “Soul Kitchen” pun dibuat sebagai sebuah tribute kepada seorang sahabat baik yang sangat menginginkan dan mendukung film ini dibuat, sayang sahabatnya lebih dulu tiada sebelum melihat filmnya.

“Soul Kitchen” sendiri berkisah tentang Zinos Kazantsakis (Adam Bousdoukos), seorang pria Jerman keturunan Yunani, yang memiliki sebuah restoran bernama Soul Kitchen. Bukan restoran mewah tetapi restoran sederhana yang menempati sebuah bangunan lebih mirip gudang, makanan yang disajikan juga biasa-biasa saja, hanya ada spageti, kentang goreng, dan hamburger. Bisnis restorannya yang tidak terlalu ramai (tetapi masih punya pelanggan tetap) diperburuk dengan kehidupan pribadi Zinos, hubungannya dengan sang kekasih, Nadine (Pheline Roggan), yang bekerja sebagai jurnalis ini akan terpisah jarak, karena kekasihnya tersebut pergi ke Shanghai. Tumpukan masalah pun bertambah ketika saudaranya, Illias (Moritz Bleibtreu), keluar dari penjara dan terpaksa bekerja di restoran, namun yang dikerjakannya hanya berjudi dengan teman-temannya. Zinos juga menderita penyakit punggung, tulang belakangnya bergeser, karena memaksa mengangkat peralatan di dapur restoran. Tidak punya asuransi medis, Zinos akhirnya memutuskan mengobati penyakitnya dengan cara pengobatan alternatif, disinilah dia bertemu dengan seorang pemijat cantik bernama Anna Mondstein (Dorka Gryllus).

Di tengah bisnis restoran dan kehidupan Zinos yang bisa dibilang berada di posisi sulit, dia akhirnya bertemu dengan Shayn (Birol Ünel), seorang koki esentrik dan keras kepala yang tidak hanya hebat alam urusan meracik masakannya tapi juga lihai bermain pisau dapur kesayangannya. Zinos mengundang Shayn untuk bekerja di restorannya, awalnya Zinos bersikeras agar Shayn tidak mengubah menu makanan yang ada, namun akhirnya dia menyerah dan menyerahkan urusan dapur kepada kokinya tersebut. Pelanggan lama restoran pun ternyata kaget dengan menu baru yang dihidangkan karena terlihat berbeda daripada sebelumnya dan juga tampak mewah, seperti masakan restoran bintang lima lengkap dengan hiasan cantik. Ditambah dengan sikap keras sang koki—sikap emosinya inilah yang membuat dirinya dipecat dari restoran lamanya—pelanggan Soul Kitchen pun berhamburan memilih untuk cabut dari restoran. Akhirnya restoran ini pun sepi tamu dan bahkan bisa dibilang tidak ada lagi yang datang, hal ini memaksa Zinos memulangkan pegawai-pegawainya, termasuk sang koki dan juga Lucia (Anna Bederke), pramusajinya yang hobi minum-minum. Keadaan makin diperburuk ketika pegawai pajak datang untuk menagih hutang dan petugas dari departemen kesehatan mengancam menutup restoran jika Zinos tidak merenovasi dapurnya.

Bravo untuk Fatih Akin! Sekali lagi dia berhasil menghipnotis penontonnya, tapi kali ini bukan dengan permainan apiknya dalam memutar takdir dan cerita lewat drama-drama tragedi yang biasanya di hadirkan di film-filmnya, tetapi dengan drama kehidupan yang dikemas komikal dan penuh komedi dalam “Soul Kitchen”. Jika membaca sekali lagi sinopsisnya, maka disitu terlihat jelas Akin masih membawa ciri khasnya, memunculkan beberapa masalah pelik yang bertubi-tubi, bedanya sekarang dia membalut keseluruhan ceritanya dalam komedi ala sitkom dan juga aksi-aksi komikal dari para pemainnya. Saya awalnya tidak punya gambaran akan seperti apa filmnya dan tidak menyangka film ini akan mengajak saya untuk tertawa tanpa henti dari menit awal sampai film ini berakhir. Tragedi dan tumpukan kerikil tajam kehidupan memang masih menghiasi film ini, namun Fatih Akin kali ini benar-benar menghidangkannya dengan berbeda, semua dikemas dengan komedi yang sederhana tapi bisa dibilang dengan rasa yang istimewa.

Layaknya menu-menu biasa di restoran Zinos, komedi-komedi yang ditawarkan memang bukanlah sesuatu yang benar-benar baru, tetapi ditangan Fatih Akin komedi tersebut menjadi terasa sangat menyegarkan. Komedi dalam film ini terefleksikan lewat racikan menu makanan pada saat setelah hadirnya Shayn, mengandalkan bahan-bahan lama tetapi sukses menciptakan tampilan dan rasa yang menggugah selera. Demikian pula dengan komedi di film ini, lelucon-lelucon lama yang kadang sudah tertebak diracik kembali dan berhasil menjadi pemancing tawa yang mujarab. Tingkat kesuksesan Fatih Akin dalam membuat penonton tertawa bisa dibilang menandingi tingkat sukses reaksi bumbu rahasia Shayn, yang mujarab membuat seseorang “bergairah” ketika bumbu tersebut dicampur ke dalam masakan. Komedi yang tidak berlebihan dengan ditemani plot cerita yang bersahabat menjadikan film ini dengan sangat mudah untuk dicintai, dinikmati, dan tentu saja ditertawakan.

Fatih Akin memutar roda kehidupan Zinos dan teman-temannya untuk terus berputar tanpa henti seperti juga komedi yang bertubi-tubi dilepas olehnya. Hal tersebut membuat kita tidak akan terasa melahap 99 menit durasinya karena film ini bergulir dari menit ke menit dengan alur yang mengalir menyenangkan, tidak memaksa kita untuk melakukan apapun, hanya tinggal menikmati film dan dengan sendirinya kita akan tertawa lepas sekaligus mendukung apapun yang dilakukan Zinos dalam upayanya menyelamatkan restorannya (lihat saja penonton Festival Film Eropa yang terus bertepuk tangan ketika Zinos berhasil melakukan sesuatu, selain juga menertawakannya, penonton yang hebat). “Soul Kitchen” juga tidak meninggalkan ciri khas Fatih Akin lainnya yaitu film yang multikultural, Fatih Akin sekali lagi mencampurkan seluruh etnik untuk hadir dalam film komedi ini, kulit hitam, orang Jerman, Turki, bahkan gadis-gadis dari Timur Tengah ikut hadir berkumpul di sebuah restoran yang tampak seperti sebuah pelabuhan dimana seluruh dunia bisa berlabuh di tempat tersebut. Musik di film ini pun memiliki variasi kultural dan genre yang unik, disko, jazz, funk, soul, reggae, sampai musik rap dari Turki dan musik khas Balkan yang diremix apik oleh Shantel, kesemuanya saling bersautan menjadi sahabat baik yang menemani kita menonton film ini.

“Soul Kitchen” pun melengkapi sajian hiburan nonstop-nya dengan pemain-pemain yang bermain cemerlang. Fatih Akin kembali mengajak aktor-aktor yang sebelumnya bermain dalam film-filmnya. Adam Bousdoukos yang berperan sebagai Zinos dan pernah tampil juga di film Fatih Akin “Head-On”, “Solino”, dan “In July”, berhasil memainkan lakon utamanya dengan apik dan menciptakan chemistry yang pas dengan Moritz Bleibtreu yang memerankan saudara kandungnya. Adegan favorit saya pun melibatkan keduanya sedang berdansa dengan kemasan visual yang cantik. Selain Adam dan Moritz, aktor lain yang tak kalah cemerlang—yang juga sebelumnya bermain dalam film Fatih Akin  “Head-On” dan “In July”—adalah Birol Ünel, perannya sebagai koki sukses menjadi pencuri perhatian di film ini, porsi dialog yang diberikan padanya selalu saja berhasil mengundang tawa.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.