Review

Info
Studio : Metro-Goldwyn-Mayer/Ghost House Pictures/Vertigo Entertainment
Genre : Horror, Thriller
Director : Gil Kenan
Producer : Roy Lee, Sam Raimi, Robert G. Tapert
Starring : Sam Rockwell, Rosemarie DeWitt, Jared Harris, Jane Adams, Saxon Sharbino

Senin, 22 Juni 2015 - 07:26:04 WIB
Flick Review : Poltergeist
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 3143 kali


Pada tahun 1982, sutradara Tobe Hooper (The Texas Chainsaw Massacre, 1974) bekerjasama dengan produser sekaligus penulis naskah Steven Spielberg untuk memproduksi sebuah film horor sederhana berjudul Poltergeist. Dengan dana produksi yang hanya mencapai US$10.7 juta namun didukung dengan kualitas penceritaan, produksi serta penampilan akting yang apik – dan rumor bahwa proses pembuatan film horor tersebut mendapatkan kutukan, Poltergeist berhasil menarik minat banyak penikmat film horor dunia dan memberikan film tersebut kesuksesan kritikal – termasuk tiga nominasi Academy Awards – dan, tentu saja, komersial – dengan raihan pendapatan yang mencapai sepuluh kali biaya produksinya. Kini, setelah dua sekuelnya yang sama sekali tidak melibatkan Hooper maupun Spielberg dan menemui kegagalan ketika dirilis di pasaran pada tahun 1986 dan 1988, Hollywood mencoba membawa kembali kengerian Poltergeist yang kali ini berada dalam arahan sutradara Gil Kenan (Monster House, 2006) serta duo produser Sam Raimi dan Robert G. Tapert yang sebelumnya pernah menghasilkan trilogi film The Evil Dead (1981 – 1993) yang melegenda itu.

Dengan naskah cerita yang digarap oleh David Lindsay-Abaire (Rabbit Hole, 2010), versi teranyar dari Poltergeist mengisahkan tentang pasangan Eric (Sam Rockwell) dan Amy Bowen (Rosemarie DeWitt) dan ketiga anak mereka, Kendra (Saxon Sharbino), Griffin (Kyle Catlett) dan Madison (Kennedi Clements) yang baru saja pindah rumah ke sebuah wilayah pinggiran kota setelah Eric diberhentikan dari pekerjaannya. Keberadaan mereka di rumah itu awalnya berjalan dengan tenang. Namun, setelah beberapa gangguan misterius yang dialami oleh Griffin serta perubahan sikap yang terjadi pada Madison, secara perlahan ketenangan keluarga tersebut mulai terusik. Kondisi tersebut semakin memburuk ketika Madison secara tiba-tiba menghilang begitu saja dari rumah tersebut. Sadar kalau yang mereka hadapi adalah gangguan supranatural yang di luar jangkauan kemampuan mereka, Eric dan Amy akhirnya menghubungi ahli paranormal, Dr. Brooke Powell (Jane Adams), dan spesialis masalah supranatural, Carrigan Burke (Jared Harris), untuk membantu mereka.

Sebagai sebuah film yang mencoba untuk mengulang kesuksesan sebuah film seikonik Poltergeist buatan Hooper dan Spielberg, versi terbaru Poltergeist yang melengkapi para ahli supranaturalnya dengan berbagai perlengkapan komputer super canggih ini harus diakui tidak tampil begitu buruk – dan bahkan mampu memberikan beberapa momen menegangkan yang akan cukup mampu menyenangkan para penikmat film-film sejenis. Keberhasil tersebut jelas dapat diraih karena baik pengarahan Kenan maupun naskah cerita garapan Lindsay-Abaire mencoba mengikuti setiap formula yang telah diterapkan film Poltergeist pendahulunya. Tetap saja, kemampuan untuk mengikuti formula yang telah ada tersebut akan membuat versi modern dari Poltergeist seringkali menjadi terasa kurang mengejutkan. Jika Poltergeist sebelumnya mampu menciptakan standar baru bagi film-film dengan tema rumah berhantu, maka versi modern-nya hanya terasa sebagai sebuah film rumah berhantu lain yang mengikuti formula horor Hollywood yang telah berulangkali dieksplorasi.

Versi terbaru dari Poltergeist juga terasa ringan secara emosional jika dibandingkan dengan pendahulunya. Seperti halnya trilogi The Evil Dead, Raimi dan Tapert sepertinya memilih untuk menginjeksikan beberapa sentuhan komedi lewat dialog maupun karakter yang dihadirkan mereka lewat film ini. Sayang, beberapa elemen emosional yang justru menjadi elemen terkuat dalam film orisinalnya justru menguap begitu saja. Lihat saja bagaimana hubungan emosional antara anggota keluarga Bowen yang terasa mengalir begitu saja tanpa pernah berusaha digambarkan hadir dengan ikatan emosional yang begitu mengikat satu sama lain. Versi modern Poltergeist juga tidak begitu memberikan ruang yang luas bagi pengembangan karakter-karakternya sehingga akan cukup sulit bagi penonton untuk merasakan kepedulian yang lebih mendalam bagi karakter-karakter tersebut.

Beruntung, Poltergeist berhasil mendapatkan dukungan penampilan akting yang sangat solid dari jajaran pemerannya. Berbeda dengan penampilan departemen akting versi orisinal Poltergeist yang bernada jauh lebih serius, penampilan Sam Rockwell, Rosemarie DeWitt dan jajaran pemeran lain dalam Poltergeist versi terbaru terasa lebih lugas dan rileks dalam menghidupkan setiap karakter mereka. Poltergeist juga mampu dihadirkan dengan kualitas produksi yang sangat berkelas. Kenan mampu mendapatkan dukungan terbaik dari tim produksinya untuk mampu menghasilkan gambar-gambar yang kelam sehingga berhasil menciptakan atmosfer horor yang cukup dalam pada beberapa bagian penceritaannya. Sebagai sebuah remake horor, Poltergeist jelas bukanlah sebuah karya yang buruk. Mungkin film ini akan mampu mendapatkan apresiasi yang lebih jika saja memilih untuk tidak menggunakan judul Poltergeist yang telah terlalu ikonik itu dalam masa perilisannya.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.