Review

Info
Studio : RFF International
Genre : Drama
Director : Stefan Komandarev
Producer : Stefan Kitanov, Karl Baumgartner, Thanassis Karathanos, András Muhi, Danijel Hočevar
Starring : Miki Manojlović, Carlo Ljubek, Hristo Mutafchiev, Ana Papadopulu

Senin, 08 November 2010 - 16:30:50 WIB
Flick Review : The World Is Big and Salvation Lurks around the Corner
Review oleh : Rangga Adithia (@adithiarangga) - Dibaca: 2137 kali


Seperti kehidupan yang penuh dengan pilihan-pilihan, Film asal Bulgaria ini juga dengan baik hati menawarkan pilihan, bisa dibilang mengijinkan penonton untuk memilih untuk menikmati film dari sisi yang mana, kehidupan masa lalu yang keras di era komunis atau perjalanan Sashko menemukan jati dirinya. Layaknya permainan backgammon, tentunya ada sisi putih dan sisi hitam (seperti catur), film ini pun memiliki sisi kelam yang begitu menyentuh sekaligus sisi ceria yang dengan mudah menyapa penonton untuk mengajak tersenyum. Ketika dadu dilempar oleh sang sutradara, Stefan Komandarev, kita tak akan pernah tahu sisi cerita mana yang akan muncul, masa lalu dan masa sekarang pun saling bergantian mengisi menit demi menit dari 105 menit durasi yang dijamin tak akan pernah bertanya apakah kalian bosan? disinilah salah-satu daya tarik film ini, godaan untuk menunggu kisah demi kisah keluarga Sashko kecil di masa lalu tak akan pernah habis. Begitu pula dengan perjalanan Sashko melahap kilometer demi kilometer untuk sampai ke tanah kelahiran, keindahan Eropa, cerita yang sangat memikat dan rasa penasaran akan membuat kita lupa akan “rasa letih”. Mari memulai perjalanan ini…

Film dibuka dengan narasi menarik yang menceritakan kelahiran Sashko dan permainan Backgammon (mengingatkan saya dengan opening film Jean-Pierre Jeunet “Amelie”). Di kota kecil Bulgaria ini, hidup keluarga yang bahagia, sang ayah Vasil 'Vasko' Georgiev (Hristo Mutafchiev) pekerja pabrik yang punya masalah dengan seorang polisi komunis, sang kakek Bai Dan (Miki Manojlović) yang dijuluki raja backgammon, sang nenek yang gemar berkebun, sang ibu Yana (Ana Papadopulu), dan Aleksander 'Sashko' (Blagovest Mutafchiev), anak laki-laki dan cucu satu-satunya di keluarga tersebut. Sashko kecil yang selalu di ajak kakeknya ke kafe dimana penduduk lokal bermain backgammon, akhirnya tertarik untuk ikut main, memiliki bakat turun-temurun dari keluarga, Sashko kecil pun melempar dadu pertamanya dengan angka “keberuntungan”. Tahun 80-an bergerak bagai roda yang memutar nasib dan takdir, Sashko diceritakan sudah besar ketika kita diajak “melompat” ke masa 20 tahun kemudian. Dia sedang dalam perjalanan menuju Bulgaria dari Jerman bersama dengan ayah dan ibunya, namun kemalangan menjemput mereka di tengah jalan ketika mobil mereka mengalami kecelakaan.

Di Bulgaria, sang nenek mendapat firasat buruk ketika kue-kuenya hangus, telepon pun berdering mengabarkan jika Vasko dan Yana tidak selamat dari kecelakaan tersebut, tapi beruntung Sashko cucu mereka selamat. Bai Dan pun segera pergi ke rumah sakit untuk mendapati jika ternyata cucunya mengalami amnesia, tidak mengingat apapun sebelum adanya kecelakaan, termasuk tidak tahu ayah dan ibunya telah tiada. Bai Dan mencoba berbagai cara untuk membuat Sashko ingat dengan kakeknya tersebut, memperlihatkan foto-foto keluarga dan mengajak bermain backgammon. Sashko memang toh ingat cara melempar dadu dan bermain backgammon tapi usaha Bai Dan untuk memulihkan ingatan cucunya belum membuahkan hasil. Akhirnya Bai Dan mengajak Sashko meninggalkan Jerman menuju tanah kelahirannya Bulgaria. Sebuah perjalanan spiritual menggunakan sepede tandem yang tidak hanya akan membuat hubungan kakek dan cucunya menjadi akrab kembali tetapi juga mendekatkan Sashko dengan pecahan-pecahan ingatannya yang hilang, sekaligus mengantarkan penonton pada cerita masa lalu Sashko dan keluarganya.

“The World Is Big and Salvation Lurks around the Corner” membangun kisahnya dengan sederhana layaknya permainan backgammon, lalu perlahan-lahan menuntun saya pada kompleksitas masalah yang dilemparkan oleh Stefan Komandarev. Tapi tenang saja kita tidak akan dibuat depresi atau kesulitan mencerna apa yang ingin disampaikan Stefan karena dia mengemas bagian demi bagian kisah keluarga Sashko dengan “bersahabat” dan tidak tampak serumit permainan backgammon, kecuali bagi mereka yang mengenal permainan ini (bagi saya akan sangat terlihat rumit karena benar-benar buta dengan permainan yang disebut-sebut sebagai salah-satu permainan tertua ini). Ketika film ini mulai bercabang ke dua arah berbeda (namun akhirnya dipertemukan kembali), kita tidak akan dibuat tersesat oleh Stefan, masa lalu dan masa sekarang akan silih berganti hadir untuk menceritakan kisah luar biasa keluarga Sashko. Perjalanan Sashko dan kakeknya menyeberangi setengah dari Eropa Timur dan cerita masa lalu akan saling berdampingan menjawab setiap pertanyaan yang ada dibenak penonton, membuka lembar demi lembar kehidupan masa lalu Sashko dan keluarganya di tengah balutan sejarah Bulgaria.

Film yang didasarkan pada novel karangan Ilija Trojanow ini apik bercerita, memaparkan apa yang terjadi di masa lalu, ketika Bulgaria masih ditutupi awan kelam dan tunduk pada kediktatoran. Stefan tidak hanya fokus pada apa yang ada dibalik tembok rumah keluarga Sashko atau kafe menyenangkan tempat bermain backgammon, tetapi mengajak kita juga untuk menengok ke luar, membuka mata kita pada era dimana Bulgaria masih dibawah kekangan jeruji bernama blok timur dan menjadi “boneka” Uni Soviet. Penonton tidak bisa terhindarkan untuk melihat keluarga Sashko mulai kehilangan masa-masa ceria dan bahagianya, berusaha melarikan diri ke Jerman namun terjebak di Italia, di sebuah tempat penampungan pencari suaka politik. Namun film ini bukan dibuat Stefan untuk menjadi sebuah drama sentimental yang berlebihan, percikan-percikan emosinya akan tetap terjaga dan dengan pas memancing penonton untuk ikut tersentuh. Sebaliknya saya melihat ini sebagai sebuah film cinta, karena cinta memang ada dimana-mana dihadirkan oleh Stefan. Kecintaan keluarga satu dengan lainnya, kebesaran cinta Bai Dan pada cucu satu-satunya, bahkan menceritakan kisah menyenangkan cinta “monyet” Sashko dengan seorang gadis kecil di penampungan, lalu juga kisah cinta tulusnya ketika dia dewasa.

Film yang dipilih untuk mewakili Bulgaria dalam ajang Academy Awards 2010 untuk kategori film berbahasa asing ini, memang dibalut Stefan dengan keindahan, tidak hanya dari ceritanya yang memikat tetapi juga ketika Stefan mulai memamerkan keahliannya untuk menangkap keajaiban lanskap-lanskap Eropa, memotret pegunungan-pengunungan yang menakjubkan dan warna-warni kehidupan di setiap persimpangan yang dilalui oleh sepeda tandem Bai Dan dan Sashko. Film ini membawa kita “gratis” bertamasya dimulai dari Jerman—menemani perubahan-perubahan kecil dalam diri Sashko dan juga menjadi pendengar yang baik ketika Bai Dan berbicara soal filosofi hidup (judul film ini juga termasuk kata-kata yang keluar dari mulut Bai Dan)—sampai akhirnya tiba di Bulgaria. Keindahan film ini pun dilengkapi dengan pemain-pemain yang cemerlang, Bai Dan yang diperankan oleh Miki Manojlović, bermain dengan sangat baik sebagai seorang kakek yang begitu mencintai cucunya, Bai Dan adalah oase, sumber dari keceriaan, kelucuan, dan juga pelajaran hidup. Sashko besar yang diperankan Carlo Ljubek pun bermain apik, mengimbangi permainan Miki, keduanya pun sukses menciptakan sebuah chemistry yang luar biasa dalam film yang juga luar biasa.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.