Review

Info
Studio : Automatik Entertainment/Blumhouse Productions/Entertainment One
Genre : Horror
Director : Leigh Whannell
Producer : Jason Blum, Oren Peli, James Wan
Starring : Dermot Mulroney, Stefanie Scott, Angus Sampson, Leigh Whannell, Lin Shaye

Rabu, 03 Juni 2015 - 07:13:29 WIB
Flick Review : Insidious: Chapter 3
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 3649 kali


Berbeda dengan Insidious (2011) dan Insidious: Chapter 2 (2013), Insidious: Chapter 3 tidak lagi ditangani oleh James Wan – yang kali ini lebih memilih untuk hanya bertugas sebagai seorang produser dan menyerahkan kursi penyutradaraan pada penulis naskah seri film ini, Leigh Whannell. Insidious: Chapter 3 juga meninggalkan karakter-karakter dari keluarga Lambert yang merupakan fokus penceritaan pada dua seri sebelumnya dan menjadi sebuah prekuel dari Insidious dengan menempatkan kisah dari karakter cenayang Elise Rainier (Lin Shaye) sebagai karakter utama bagi film ini. Sayangnya, dengan segala perubahan tersebut, Insidious: Chapter 3 juga dikemas dengan begitu dangkal sehingga kehilangan seluruh daya tarik yang dimiliki oleh dua seri sebelumnya yang membuat seri film ini begitu popular sekaligus dinanti oleh banyak penikmat film horor dunia. Mungkin sudah saatnya untuk mengakhiri seri film ini secara keseluruhan?

Insidious: Chapter 3 memulai kisahnya ketika seorang remaja bernama Quinn Brenner (Stefanie Scott) berkunjung ke rumah Elise Rainier (Shaye) untuk meminta bantuannya dalam menghubungi sekaligus berbicara dengan arwah ibunya yang telah lama meninggal dunia. Meskipun awalnya menolak karena takut hal buruk akan terjadi pada dirinya, Elise kemudian memulai usahanya untuk membantu Quinn. Sayang, usaha tersebut berakhir dengan kegagalan. Daripada berhasil mendatangkan dan berkomunikasi dengan arwah ibu dari Quinn, Elise justru didatangi sesosok arwah jahat dari dunia kegelapan. Elise lantas mengingatkan Quin untuk tidak lagi berusaha menghubungi arwah sang ibu karena sosok arwah jahat dapat saja datang untuk kemudian menghantui dirinya. Benar saja. Sepulangnya Quinn dari rumah Elise, gadis tersebut mulai mengalami teror supranatural yang mulai mengganggu dan bahkan dapat saja mengambil kehidupannya.

Sejujurnya, dengan segala konflik yang terjadi dan telah diselesaikan pada dua seri sebelumnya, Insidious memang telah mencapai puncak kualitas naratifnya. Insidious: Chapter 2 bahkan telah menunjukkan fakta bahwa baik James Wan maupun Leigh Whannell telah terasa kelelahan dalam menemukan bentuk ketegangan baru yang dapat ditawarkan pada penonton filmnya. Insidious: Chapter 3, sayangnya, gagal untuk menunjukkan bahwa seri film ini telah mengalami sebuah perubahan positif yang berarti. Daripada berusaha untuk menyajikan sebuah jalan cerita yang kuat dengan sentuhan beberapa adegan horor yang menegangkan, Whannell justru menjebak Insidious: Chapter 3 untuk menjadi sebuah horor murahan yang murni hanya bergantung pada beberapa adegan menegangkan berkualitas kacangan untuk dapat memberikan hiburan bagi penontonnya. Tidak lebih. Cukup menyedihkan, khususnya jika mengingat bahwa Insidious adalah salah satu film horor buatan Hollywood yang mampu mencuri perhatian dengan fokus yang kuat pada karakter dan jalan ceritanya.

Kemampuan Whannell dalam pengarahan cerita memang masih terasa lemah dalam berbagai cerita. Whannell seringkali terasa kebingungan dalam memberikan fokus penceritaan yang terpecah antara konflik pribadi yang dimiliki oleh karakter Elise Rainier atau konflik keluarga yang dimiliki oleh karakter Quinn Brenner. Akhirnya, daripada berhasil merangkai kisahnya sebagai sebuah presentasi cerita yang nyaman untuk diikuti, Insidious: Chapter 3 justru terasa hadir dengan ritme penceritaan yang berantakan. Tata produksi yang dihadirkan Whannell untuk filmnya juga terasa jauh dari kesan istimewa. Komposisi musik horor karya Joseph Bishara yang biasanya mampu menjadi nyawa tambahan bagi sentuhan horor seri film Insidious kali ini gagal untuk tampil kuat. Begitu pula dengan tata sinematografi arahan Brian Pearson yang banyak bermain di wilayah gambar-gambar kelam tanpa pernah mampu membuatnya menjadi sentuhan yang esensial bagi atmosfer penceritaan film.

Departemen akting Insidious: Chapter 3 sendiri hadir dengan kualitas yang tidak mengecewakan. Lin Shaye sekali lagi mampu menghidupkan karakter Elise Rainier yang telah ia perankan dalam dua seri Insidious sebelumnya dengan baik. Begitu pula dengan Angus Sampson dan Leigh Whannell yang masih mampu menyajikan sentuhan komedi melalui karakter duo Tucker dan Specks yang mereka perankan. Nama-nama pemeran baru dalam seri film ini juga tampil memuaskan. Stefanie Scott yang berperan sebagai karakter utama Quinn Brenner mampu memberikan penampilan yang akan dapat menarik perhatian setiap penonton pada karakter yang ia perankan. Dan meskipun karakter ayah yang ia perankan memiliki penceritaan yang cukup terbatas, namun Dermot Mulroney jelas tampil dalam kapasitas akting yang berkelas.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.