Review

Info
Studio :
Genre : Drama
Director : Felix Van Groeningen
Producer : Arne Sierens & Felix Van Groeningen
Starring : Wine Dierickx, Pieter Genard, Jeroen Perceval, An Miller, Koen de Graevee

Sabtu, 06 November 2010 - 16:59:57 WIB
Flick Review : Dagen Zonder Lief (With Friends Like These)
Review oleh : Galih Wismoyo - Dibaca: 2658 kali


Dagen Zonder Lief (With Friends Like These) merupakan film Belgia yang terpilih sebagai pembuka Festival Film Eropa, dan ditayangkan di Erasmus Huis Jakarta pada Jumat, 5 November 2010. Sebagai film pembuka sebuah festival, tentu penikmat film akan bertanya-tanya, kualitas apa yang dimiliki oleh Dagen Zonder Lief?

Alkisah seorang pemudi bernama Zwarte Kelly - Kelly Hitam, karena ia memiliki rambut asli hitam pekat - yang meninggalkan Belgia selama kurang lebih tiga tahun, kembali ke tanah air. Dalam perantauannya di New York, Kelly (Wine Dierickx) merubah penampilannya. Rambut aslinya yang hitam dicat menjadi pirang keemasan, tubuhnya yang dahulu berisi, sekarang menjadi lebih langsing. Kelly hampir tidak dikenali lagi oleh sahabat-sahabat yang dulu ia tinggalkan. 

Namun, tidak hanya Kelly yang berubah dalam waktu tiga tahun. Masa remaja yang ia tinggalkan sudah tidak sama lagi. Ketika ia mengitari kota masa kecil bersama sahabat lamanya, Frederic (Jeroen Perceval), ia diceritakan tentang apa saja yang terjadi selama tiga tahun terakhir. Mengenai mantan kekasihnya, Kurt (Pieter Genard), yang sudah memiliki anak dengan Blonde Kelly (An Miller). Kemudian tentang temannya, Patrick yang ditemukan bunuh diri dengan cara melompat dari apartemen. Perubahan demi perubahan mengejutkan Kelly, dan membuatnya semakin merasa jauh dari masa lalunya. Satu hal yang Frederic belum ketahui, bahwa Kelly sendiri membawa sebuah berita yang akan mengguncangkan persahabatan mereka semua.

Terkoyaknya sebuah persahabatan dan pencarian jati diri adalah salah satu inti yang ingin diungkap oleh Dagen Zonder Lief. Tema ini dipresentasikan menggunakan figur Zwarte Kelly sebagai tokoh sentral yang diposisikan sebagai pengacau dalam persahabatan yang sudah bertahan selama bertahun-tahun. Tentu saja, karakter Kelly tidak diposisikan sebagai karakter antagonis. Sebaliknya, ia merupakan simbol ketidakberdayaan seorang wanita zaman modern yang ingin lepas dari masyarakat dan masa lalu yang dirasa mengungkung. Seperti yang dicandakan oleh Niek (Koen De Graeve), salah satu karakter dalam film ini; "Kenapa kau kembali? Bukankah kota ini terlalu kecil untukmu? Bukankah kota ini tak akan menyadari bakatmu?"

Di atas kertas, Dagen Zonder Lief merupakan film yang menjanjikan. Memang, tema akan persahabatan yang retak antar pemuda di penghujung umur 20an, dan pencarian jati diri seorang individu adalah sesuatu yang sudah terlalu sering diangkat. Tetapi dengan karakterisasi yang cukup unik, tata musik yang indah, adegan-adegan komedi yang mampu mengocok perut, serta latar belakang Eropa yang memukau, film ini seharusnya bisa menjadi sebuah karya yang menonjol. Sayang sekali, Felix Van Groeningen sebagai sutradara tidak mengeksekusi film ini dengan maksimal. Walaupun film ini memiliki kasting yang baik, namun hal tersebut tidak cukup untuk membuatnya spesial. Karakterisasi yang unik-pun tumbang oleh jalan cerita yang cukup tertebak dari awal sampai akhir. 

Pada umumnya, sebuah film Eropa memiliki ciri khas yang mampu menghasilkan efek luar biasa kepada penonton. Beberapa film Eropa yang berhasil adalah sebuah testimoni mengenai bagaimana sebuah gerakan fisik ataupun dibangunnya suasana dari yang paling minim sekalipun; kedipan mata, goyangan dansa, perubahan raut wajah dan kesunyian di dalam adegan demi adegan adalah sebuah representasi makna. Kejutan juga biasanya disajikan dengan sangat halus namun memiliki efek sangat mengagetkan. Dagen Zonder Lief memang bukan sebuah karya yang menyajikan itu semua pada level maksimum. Ia cenderung berdiri di zona aman, yang malah membuatnya menjadi kurang bersuara.

Namun, terlepas dari beberapa kekurangan, Dagen Zonder Lief adalah film yang layak untuk bersanding di Festival Film Eropa, demikian pula ia pantas menjadi film pembuka. Ia merupakan sebuah potret akan masyarakat muda, dan segala gejolak yang terjadi dalam diri mereka. Tidak hanya di Eropa, namun mungkin di seluruh belahan dunia yang terkena arus informasi dewasa ini.

Bahwa masa muda berjalan begitu cepat, mungkin mereka semua sudah tahu. Namun seberapa jauh masa muda itu merubah hidup mereka? Dengan sahabat yang Zwarte Kelly miliki, apakah ia akan memporak-porandakan atau justru memperkuatnya?

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.