Setelah Saurabh Raj Jain yang popular lewat perannya sebagai Shri Krishna dalam serial televisi asal India Mahabharat (2013 – 2014) tampil dalam Check-In Bangkok (Yoyok Sri Hardianto, 2015) beberapa waktu yang lalu, kini giliran sang pemeran karakter Arjuna dalam serial televisi tersebut, Shaheer Sheikh, untuk turut berperan dalam sebuah film layar lebar buatan Indonesia. Berbeda dengan Check-In Bangkok yang berkualitas lumayan menyedihkan, film Indonesia yang dibintangi Sheikh, Turis Romantis, jelas memiliki kualitas penceritaan yang lebih solid. Tidak hanya film yang menjadi debut penyutradaraan film layar lebar bagi Senoaji Julius ini memberikan ruang yang lebih leluasa bagi Sheikh untuk memamerkan kemampuannya dalam berakting – dan berbahasa Indonesia dengan cukup lugas, Turis Romantis juga mampu digarap dengan cukup baik untuk menjadi sebuah film dengan penceritaan yang meskipun sederhana namun memiliki daya pikat hiburan yang cukup tinggi.
Dengan naskah yang digarap oleh Rahabi Mandra (Hijab, 2015), Turis Romantis sendiri berkisah tentang seorang gadis bernama Nabil (Kirana Larasati) yang dalam usahanya untuk membayar hutang ayahnya sebesar Rp100 juta kemudian menerima tawaran pekerjaan sebagai tour guide dari salah seorang temannya. Tamu asing yang harus dikawal oleh Nabil sendiri adalah seorang pemuda tampan asal India, Azan Khan (Sheikh). Berbeda dengan kebanyakan turis asing lain yang mengunjungi Yogyakarta, Azan tidak tertarik dengan kebanyakan lokasi wisata di kota tersebut. Melalui Nabil, Azan meminta untuk dibawakan ke berbagai lokasi yang dinilai romantis. Meskipun awalnya enggan melakukan pekerjaan tersebut, hubungan Nabil dan Azan lama kelamaan berjalan semakin akrab. Sayang, para preman pimpinan Takur (Mike Lucock) tempat ayah Nabil berutang tidak membiarkan kehidupan gadis itu berjalan mulus begitu saja.
Walaupun hadir dengan beberapa momen yang jelas akan mampu menghasilkan senyum (atau bahkan tawa) dari para penontonnya, Turis Romantis bukannya hadir tanpa adanya kelemahan dalam penceritaannya. Harus diakui, naskah cerita garapan Rahabi Mandra begitu bergantung pada deretan guyonan yang mampu membuat penceritaan film ini menjadi terasa lebih hidup. Terlepas dari itu, sisi drama dalam film hadir dalam kualitas penceritaan yang klise dan gagal untuk tersaji dengan tampilan penceritaan yang lebih segar. Hal ini yang seringkali membuat Turis Romantis terasa terbata-bata dalam penceritaannya – dan deretan konflik yang ada di dalamnya gagal untuk berpadu dengan sempurna satu sama lain.
Unsur hiburan dalam Turis Romantis jelas juga sangat bergantung pada setiap karakter komikal yang tampil dalam jalan penceritaan film. Beruntung, film ini diberkahi jajaran pemeran pendukung yang mampu mengeksekusi dialog-dialog maupun bagian konflik film yang memang ditujukan sebagai sajian komedi dengan begitu baik. Nama-nama seperti Mike Lucock, Alby Jufri dan Retno Yunitawati mampu hadir dengan peran yang terbatas namun berhasil mencuri perhatian. Ujung tombak departemen akting film ini, Shaheer Sheikh dan Kirana Larasati, juga menjadi kunci mengapa Turis Romantis tetap mampu tampil menghibur terlepas dari banyak kelemahan naskah ceritanya. Chemistry yang mereka hadirkan tampil dengan meyakinkan. Shaheer Sheikh juga terlihat sangat nyaman dalam perannya tanpa pernah terasa sebagai seorang bintang asing dari sebuah serial televisi popular yang penampilannya dimanfaatkan untuk menjual film ini.
Kualitas teknikal film sendiri hadir dalam komposisi yang tepat. Tidak istimewa – kebanyakan bagian seringkali tampil dalam kualitas sinematis yang kurang – namun jelas tetap tergarap dengan baik. Senoaji Julius juga mampu memanfaatkan latar belakang lokasi kota Yogyakarta sebagai elemen penceritaan film dengan menyajikannya melalui tata sinematografi serta tata musik bernuansa etnik yang membuat Turis Romantis semakin nyaman untuk diikuti. Sebuah debut penyutradaraan yang masih berisi banyak kekurangan namun jelas juga jauh dari kesan mengecewakan.
Rating :