Looks can be deceiving… Jika, dengan menilai penampilan poster film ini, Anda mengira bahwa Romeo + Rinjani akan hadir dengan kisah petualangan beberapa karakter yang berpetualang di liarnya alam Gunung Rinjani a la 5 cm (2012) atau Sagarmatha (2013), maka bersiaplah untuk kecewa. Sesungguhnya, cukup sulit untuk menilai apa yang sebenarnya diinginkan oleh Fajar Bustomi lewat film ini. Romeo + Rinjani menawarkan begitu banyak warna penceritaan dalam deretan konflik film ini – mulai dari drama, romansa, komedi hingga thriller – yang sayangnya kemudian gagal untuk dieksplorasi dan akhirnya membuat setiap konflik dalam film ini gagal untuk berkembang dan berkisah dengan baik. Bukan sebuah presentasi yang teramat buruk namun jelas masih jauh dari kesan memuaskan.
Romeo + Rinjani sendiri berkisah mengenai Romeo (Deva Mahenra), seorang fotografer tampan yang memiliki kemampuan untuk menarik perhatian setiap wanita yang didekatinya. Sial, salah satu wanita yang ia kencani, Raline (Kimberly Ryder), kemudian hamil dan menuntut pertanggungjawabannya. Walau merasa berat, Romeo menyetujui permintaan Raline untuk menikahinya seusai dirinya selesai melaksanakan tugasnya untuk mengambil gambar di wilayah Gunung Rinjani. Dalam perjalanan tugasnya tersebut, Romeo lantas bertemu dengan gadis cantik bernama Sharon (Alexa Key) yang jelas kemudian menggoda perhatian Romeo. Romeo dan Sharon, yang ternyata seorang pecinta kegiatan petualangan, kemudian memutuskan untuk berangkat menjelajahi Gunung Rinjani bersama. Sebuah keputusan yang mungkin akan disesali Romeo dalam seumur hidupnya kelak.
Kesalahan jelas tidak selayaknya dibebankan penuh di pundak Fajar Bustomi sebagai seorang sutradara. Naskah film yang ditulis oleh Angling Sagaran jelas memegang peranan penting bagi kedangkalan penampilan penceritaan film ini. Romeo + Rinjani sebenarnya memulai kisahnya dengan baik, menyentuh beberapa ide cerita yang tergolong segar bagi sebuah film Indonesia – sebuah film yang anti pernikahan? – hingga karakter utama dengan karakteristik yang jelas akan sulit disukai oleh banyak penontonnya. Namun, secara perlahan, awal yang menjanjikan tersebut kemudian berubah menjadi sajian yang sukar dinikmati dengan baik akibat pengembangan konflik-konfliknya yang kurang matang. Warna penceritaan film mulai hadir silih berganti dengan jalan cerita yang hadir tanpa konsistensi yang kuat. Membingungkan, khususnya ketika setiap konflik yang tersaji terasa hadir hanyalah sebagai deretan sketsa belaka tanpa pernah mampu digambarkan sebagai penceritaan yang kuat maupun utuh.
Kedangkalan penceritaan jelas juga memberikan pengaruh pada karakter-karakter yang tersaji dalam jalan cerita film. Banyak karakter yang akhirnya tampil tanpa adanya pendalaman yang jelas, termasuk dua karakter pendukung utama yang diperankan Kimberly Ryder dan Alexa Key. Kedua karakter tersebut nyaris hadir hanya sebagai plot device untuk memberikan permasalahan dalam kehidupan sang karakter utama. Lebih dari itu, penonton sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk mengenal lebih dalam siapa karakter tersebut meskipun keduanya memiliki peran yang cukup krusial dalam jalan cerita. Begitu pula dengan karakter-karakter lain yang terlihat hilir mudik di dalam jalan penceritaan film tanpa pernah mendapatkan ruang pengisahan yang tepat.
Departemen akting Romeo + Rinjani sendiri diisi deretan pemeran muda dengan penampilan yang tidak mengecewakan. Deva Mahenra, yang mendapatkan peran utama perdananya di film ini, mampu menunjukkan bahwa dirinya layak diperhitungkan sebagai aktor utama yang kuat bagi banyak film Indonesia di masa mendatang. Alexa Key dan Kimberly Ryder sendiri tampil dalam penampilan yang sesuai dengan kapasitas akting mereka. Tidak istimewa, namun jelas bukanlah dua penampilan yang buruk. Sayang, kedangkalan penulisan karakter dalam film ini menghalangi setiap aktor yang berperan di dalamnya untuk dapat tampil lebih lugas lagi dalam menghidupkan setiap karakter yang mereka perankan.
Rating :