Setelah Jomblo Keep Smile (2014), sutradara Yoyok Sri Hardianto kembali bekerjasama dengan produser KK Dheeraj untuk memproduksi film komedi Check-In Bangkok. Filmnya sendiri berkisah mengenai hubungan asmara antara Renata (Mikha Tambayong) dan Krish (Saurabh Raj Jain) yang kini terjalin jarak jauh semenjak Krish dipindahtugaskan ke Bangkok, Thailand oleh perusahaan tempatnya bekerja. Suatu hari, Renata, yang ditemani sepupunya, Bejo (Bayu Skak), berkunjung ke Negara Gajah Putih tersebut untuk memberi kejutan pada sang kekasih. Sayang, kesibukan pekerjaan Krish yang begitu padat menghalangi Renata untuk mendatanginya. Renata dan Bejo akhirnya memutuskan untuk berliburan terlebih dahulu di kota tersebut. Dalam perjalanan itulah, Renata kemudian berkenalan dengan Don Glenn (Chris Laurent), seorang pembalap tampan asal Indonesia yang bersama sahabatnya, Quin (Ervan Naro), juga sedang berliburan disana. Dalam waktu singkat, hubungan Renata dan Don Glenn lantas semakin mendekat satu sama lain.
Masalah terbesar yang dihadapi oleh penceritaan Check-In Bangkok jelas berasal dari penulisan naskah ceritanya yang ditangani oleh Yanto Prawoto, Dian Sukmawan dan Hilman Mutasi. Meskipun tidak istimewa, Check-In Bangkok sebenarnya dimulai tidak mengecewakan dalam mengenalkan karakter-karakter sekaligus konflik awalnya. Namun, ketika jalan cerita mulai berfokus pada perjalanan para karakter utama di Bangkok, Check-In Bangkok sepertinya kehilangan kendali atas apa yang sebenarnya ingin diceritakannya. Durasi penceritaan kemudian diisi dengan adegan para karakter mengunjungi berbagai lokasi wisata di Bangkok – yang sama sekali tidak relevan dengan jalan cerita utama film ini – serta guyonan-guyonan dangkal yang datang dari karakter Bejo dan Quin – yang kemudian terasa mengambil alih penceritaan dari para karakter utama.
Dan memang, kualitas penceritaan Check-In Bangkok tidak pernah kembali pulih kondisinya. Fokus penceritaan terus terbagi dua antara kisah cinta segitiga dari karakter Krish, Renata dan Don Glenn serta deretan guyonan yang hadir dari karakter Bejo dan Quin. Begitu terus menerus. Kedatangan karakter lain yang memperumit kisah cinta antara Krish dan Renata juga sama sekali tidak membantu. Karakter yang bernama Nabila tersebut justru terkesan membingungkan dengan digambarkan menjadi satu sosok karakter antagonis di satu bagian namun digambarkan dengan karakteristik berbeda pada bagian penceritaan lain. Hal tersebut masih ditambah keputusan para pembuat film ini untuk menyajikan sebuah monolog penutup tentang apa yang terjadi pada masing-masing karakter di akhir film. Tambahan yang sebenarnya sangat, sangat tidak diperlukan mengingat isi dari monolog tersebut yang juga terdengar begitu menggelikan.
Tidak ada masalah berarti dalam penampilan para pengisi departemen akting film ini. Mikha Tambayong, Chris Laurent, Sabrina Piscalia hingga Joehana Sutisna dan Sacha Stevenson yang tampil singkat dalam film ini memberikan penampilan yang tidak mengecewakan. Ervan Naro dan Bayu Skak sendiri dapat disebut sebagai pencuri perhatian utama dalam film ini jika saja naskah cerita film kemudian tidak mengeksploitasi karakter mereka secara berlebihan dan membuat karakter yang mereka perankan menjadi lebih terasa mengganggu daripada menghibur. Kehadiran aktor asal India, Saurabh Raj Jain, dalam film ini jelas untuk menggunakan kepopuleran serial televisi Mahabharata yang ia bintangi di kalangan penonton Indonesia. Perannya sendiri sebenarnya tidak begitu esensial, bahkan dapat digantikan oleh aktor mana saja. Pun begitu, Saurabh Raj Jain juga tampil dengan penampilan akting yang sesuai dengan kebutuhan karakter yang ia perankan.
Rating :