Review

Info
Studio : CBS Films/Vertigo Entertainment/Ozla Pictures/Ozla Productions
Genre : Horror, Mystery, Thriller
Director : Takashi Shimizu
Producer : Takashige Ichise, Roy Lee
Starring : Ryan Kwanten, Amy Smart, Leslie Bibb, Jamie Chung, Jerry Ferrara

Jumat, 13 Maret 2015 - 06:57:29 WIB
Flick Review : 7500
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 3689 kali


Diarahkan oleh Takashi Shimizu – yang akan selalu dikenal berkat kesuksesannya dalam menggarap film horor Jepang Ju-On (2002) sekaligus remake Hollywood-nya, The Grudge (2004), 7500 memiliki konsep penceritaan yang cukup menarik. Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Craig Rosenberg – yang sebelumnya pernah menangani naskah The Uninvited (2009) yang merupakan remake dari film horor asal Korea Selatan, A Tale of Two Sisters (2003), 7500 mengisahkan mengenai sekelompok penumpang pesawat Vista Pacific dengan nomor penerbangan 7500 yang mengalami berbagai kejadian mistis di sepanjang perjalanan udara mereka dari Los Angeles, Amerika Serikat menuju Tokyo, Jepang. Tentu saja, sebagaimana layaknya banyak film yang menempatkan lokasi cerita mereka di atas sebuah pesawat, 7500 menawarkan kisah kengerian yang terhampar dalam ruang yang begitu terbatas. Premis tersebut sebenarnya terbangun cukup baik di awal penceritaan film. Namun, seiring dengan perjalanan durasinya, 7500 terasa kehilangan arah dan gagal untuk hadir dengan jalinan cerita yang benar-benar mampu mengikat perhatian penontonnya.

Shimizu memulai perjalanan 7500 dengan mengenalkan deretan karakter yang nantinya akan memegang peranan penting dalam mengalirnya alur pengisahan film. Meskipun menyajikan karakter-karakter dalam jumlah yang tidak sedikit, naskah cerita Rosenberg mampu memberikan ruang yang cukup layak bagi masing-masing karakter untuk mendapatkan porsi penceritaan konflik mereka yang kemudian memberikan keragaman warna pada jalan cerita 7500 secara keseluruhan. Porsi yang minimalis bagi setiap karakter namun tetap memiliki pengaruh yang kuat. Hadirnya konflik utama yang kemudian menyatukan karakter-karakter tersebut dalam satu ikatan kisah kemudian semakin membuat penceritaan 7500 terasa dinamis. Rosenberg berhasil membangun intensitas sekaligus kemisteriusan cerita yang menarik sementara Shimizu mampu mengeksekusinya secara perlahan namun efektif memberikan ketegangan bagi para penonton.

Sayang, 7500 kemudian mulai menemui rintangan penceritaan ketika masing-masing karakter harus menghadapi konflik yang sama. Dimulai pada pertengahan paruh kedua penceritaan, 7500 yang awalnya terasa menarik dengan rangkaian misterinya kemudian mulai terasa menggelikan ketika Rosenberg terasa melemparkan begitu saja bergitu banyak petunjuk-petunjuk misteri tanpa pernah mampu untuk benar-benar mengolahnya dengan baik. Usaha untuk memberikan sebuah “nilai moral” dalam jalan cerita 7500 juga sedikit banyak terasa menghilangkan begitu saja unsur kesenangan bagi cerita misteri ini. 7500 kemudian tenggelam dalam eksekusi penyelesaian konflik yang dangkal dan gagal untuk mengembangkan secara lebih mendalam bibit-bibit misteri yang sebenarnya telah tertanam dan terawat dengan baik pada awal penceritaannya.

Jika jalan cerita film ini tampil tidak konsisten dalam kualitas pengisahannya, maka jajaran pengisi departemen akting film tampil hampir tanpa cela di sepanjang 97 menit durasi penceritaan 7500. Dengan porsi peran yang merata satu sama lain, masing-masing pemeran berhasil memberikan kesan yang berarti bagi karakter yang mereka hadirkan dalam jalan penceritaan. Shimizu juga berhasil mendapatkan kualitas terbaik dalam sajian teknikal film. Sinematografer David Tattersall mampu menyajikan gambar-gambar bernuansa klaustrofobik yang akan memberikan atmosfer kuat dalam penyajian cerita yang berada dalam ruang yang benar-benar terbatas dan sempit. Begitu pula dengan tata musik arahan Tyler Bates yang seringkali berhasil menambah ketegangan perjalanan film ini.

Jelas bukan sebuah sajian yang sempurna. Namun 7500 harus diakui mampu dikemas dengan cukup baik untuk memberikan beberapa ketegangan dan kesenangan, khususnya bagi para pecinta film-film sejenis.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.