Hollywood sepertinya benar-benar menaruh harapan besar pada Neill Blomkamp. Film perdananya, District 9 (2009), berhasil memberi kejutan ketika film yang dibuat dengan bujet minimalis sebesar US$30 juta tersebut berhasil menyajikan kualitas visual sekelas film-film blockbuster, mampu menarik perhatian kritikus film dunia dan sekaligus meraih sukses komersial besar dengan mengumpulkan pendapatan sebesar US$211 juta dari masa edarnya di seluruh dunia. Oh. Dan film tersebut juga berhasil meraih empat nominasi di ajang The 82nd Academy Awards, termasuk untuk kategori Best Picture. Sayangnya, tidak banyak hal yang dapat diungkapkan tentang film layar lebar kedua Blomkamp, Elysium (2013), selain bahwa film tersebut dibuat dengan bujet tiga kali lebih besar dari District 9 dan dibintangi Matt Damon serta Jodie Foster. Film tersebut masih mampu mengumpulkan pendapatan komersial yang tidak sedikit namun kualitas penceritaan yang gagal mengembangkan ide-ide besar Blomkamp lebih sering membuat Elysium dianggap sebagai produk yang kurang berhasil jika dibandingkan dengan film perdana Blomkamp.
Kini, Blomkamp merilis Chappie. Chappie sepertinya berusaha menampilkan Neill Blomkamp sebagai Neill Blomkamp yang merilis District 9 terdahulu: seorang sutradara yang mampu menggarap sebuah film science-fiction dengan dana terbatas lalu mengisinya dengan ide-ide besar yang menyentuh banyak komentar sosial tentang kehidupan manusia modern dan mengemasnya menjadi sebuah sajian yang akan mampu menyaingi tampilan visual dari film-film buatan Michael Bay. Maybe the lightning really doesn’t strike the same place twice. Usaha Blomkamp untuk mengingatkan penonton bahwa dirinya pernah mengarahkan sebuah film sekuat District 9 ini justru hadir dengan kualitas naratif yang berantakan. Hasilnya, penonton akan mampu merasakan kemana Blomkamp akan membawa mereka dalam film yang disajikannya namun kemudian Blomkamp gagal untuk benar-benar membawa mereka turut serta dalam menikmati perjalanan tersebut.
Layaknya District 9 dan Elysium, Chappie yang juga diangkat dari film pendek Blomkamp berjudul Tetra Vaal (20014), berisikan banyak ide-ide besar mengenai kondisi kehidupan manusia modern: mulai dari kesenjangan sosial, kemiskinan, hubungan antara orangtua dan anak mereka hingga hubungan antara manusia dengan penciptanya. Blomkamp mampu menyajikan seluruh ide tersebut melalui plot cerita serta dialog yang cukup terstruktur pada bagian awal penyajian film. Namun, seiring dengan bergeraknya narasi film yang kemudian mulai merubah nadanya menjadi sebuah sajian aksi, Chappie kehilangan fokus penceritaan untuk lantas lebih sering mengeksplorasi bagaimana seorang Blomkamp mampu menyajikan adegan penuh kekerasan dan ledakan dengan tampilan yang spektakuler – tanpa pernah mampu benar-benar terasa esensial kehadirannya pada jalan cerita. Jika District 9 adalah sebuah produk yang lahir dari perpaduan usaha keras dan keberuntungan, maka Elysium dan Chappie membuktikan bahwa Blomkamp adalah seseorang yang penuh imajinasi besar namun bukanlah seorang pencerita yang cukup baik. Mungkin Blomkamp harus membiasakan diri untuk mengarahkan cerita yang ditulis oleh orang lain atau membuka diri untuk bekerja sama dengan seseorang yang telah lebih berpengalaman dalam penulisan naskah untuk mengembangkan berbagai ide gila yang ia miliki di kepalanya.
Chappie bukanlah sebuah presentasi yang benar-benar buruk. Meskipun minus nama-nama besar Hollywood untuk mengisi departemen aktingnya, Blomkamp mampu mendapatkan kualitas penampilan terbaik dari jajaran pemerannya. Tiga nama besar di film ini, Dev Patel, Hugh Jackman dan Sigourney Weaver, mampu tampil dengan kualitas akting yang sangat meyakinkan, khususnya Jackman yang tampil sempurna sebagai sosok antagonis. Aktor favorit Blomkamp, Sharlto Copley, juga hadir dalam mengisisuarakan karakter Chappie dan Copley mampu mengisi karakter tersebut dengan deretan emosi yang mampu membuat karakter robotnya terasa lebih manusiawi daripada karakter-karakter manusia yang ada di dalam jalan cerita film ini. Kejutan manis juga datang dari nama-nama non-familiar seperti Watkin Tudor Jones, Yolandi Visser dan Jose Pablo Cantillo yang ditempatkan Blomkamp untuk memerankan karakter pendukung yang substansial pada jalan cerita Chappie. Ketiganya mampu hadir dengan penampilan akting yang menyaingi penampilan para aktor Hollywood yang mendampingi penampilan mereka.
Dan, tentu saja, Blomkamp juga harus mengucapkan ribuan terima kasih pada teknisi yang mampu menterjemahkan mimpi visualnya dengan sangat baik. Meskipun hadir dengan naratif yang cukup berantakan, namun Chappie, tidak terbantahkan, adalah sebuah produk yang mampu dipoles dengan tampilan visual yang luar biasa bagus, mulai dari tata efek, sinematografi, tata gambar hingga tata suara dan musik yang berkelas. Sayang, kualitas teknis yang memukau bukanlah tumpuan utama kualitas dari sebuah film. Sudah saatnya Blomkamp untuk melepaskan Johannesburg, robot, kemiskinan dan berbagai hal yang menyelimuti ketiga hal tersebut dari kepalanya dan mulai untuk bermimpi lebih besar lagi.
Rating :