Dengan sukses yang diraih Rise of the Planet of the Apes di tahun 2011, sebuah proyek reboot dari franchise klasik Planet of the Apes, tidak usah heran jika sebuah sekuel lain akan membuntuti. Tapi syukurnya orang-orang di belakang layar Dawn of the Planet of The Apes, sang sekuel, masih memiliki jiwa sinematis yang kental untuk tidak membiarkan filmnya melulu dieksekusi dalam tipologi yang sama.
Dawn of the Planet of the Apes adalah salah satu dari sedikit film blockbuster Hollywood yang tidak hanya berniat mengeruk keuntungan dengan menjadikan dirinya sebagai wahana saja ketimbang film secara utuh. Apalagi posisinya sebagai sebuah sekuel jelas memuluskan jalan dirinya menjadi salah satu produk dagang dan tidak lebih.
Film peduli dengan karakterisasi yang kuat dan juga plot sebagai penggerak utama, ketimbang mengejar sensasi laga atau efek khusus belaka. Tapi jangan salah. Efek khusus yang ditampilkan oleh Dawn of the Planet of The Apes merupakan salah satu yang terbaik di tahun ini. Bahkan mungkin untuk beberapa tahun terakhir.
Para kera dalam film terlihat sangat hidup dan meyakinkan. Akan sulit untuk memastikan apakah mereka orang dalam kostum atau hasil efek khusus. Ekpresi dan gestur para kera tampil dengan sangat meyakinkan, tidak kalah dengan para aktor yang berperan sebagai manusia.
Kekuatan utama tentu bertumpu pada Andy Serkis (Trilogi Lord of the Ring, King Kong). Veteran dalam bidang motion-capture, teknologi untuk menghidupkan sosok kera dalam film, jelas Serkis sudah fasih dalam membawakan karakter Caesar, sang kera pintar yang sekarang menjadi pimpinan sekelompok kera lainnya.
Berseting di San Fransisco, 10 tahun setelah film pertama, dikisahkah jika populasi manusia menyusut drastis akibat serangan virus ALZ-113 virus. Tidak hanya itu, para penyintas harus hidup dalam kekurangan serta terisolir dari kelompok penyintas yang berada di wilayah lain.
Sementara itu Caesar dan kawanannya menetap di belantara hutan luar kota dan hidup dengan tenang. Sayangnya, pertemuan dengan sekolompok manusia mengubah jalan hidup mereka dan kedamaian yang diinginkan oleh Caesar mungkin barang yang mahal harganya.
Lima belas menit pertama film merupakan salah satu adegan terbuka terbaik dalam sejarah film. Tanpa dialog, hanya bermodalkan visual serta gestur dan mimik, film dengan gamblang memperkenalkan karakter-karakternya. Adegan ini juga seolah-olah ingin memberi peringatan jika film akan tampil berbeda dari pendahulunya.
Dawn of the Planet of the Apes memang mengambil jalur yang berbeda dari Rise of the Planet of the Apes yang cenderung bergerak ala thriller fiksi ilmiah. Dawn of the Planet of the Apes adalah sebuah drama dengan konsep (ironisnya) humanis yang kental. Dengan seting distopia, Dawn of the Planet of the Apes juga dapat menjadikan dirinya sebagai sebuah kritik akan kehidupan masa kini.
Film seolah-olah bagaikan sebuah drama Yunani dengan tragedi yang menanti diujung. Karakter-karakter kera tampil dengan penuh warna. Tidak mengherankan juga karena naskah yang dikerjakan oleh Mark Bomback, Rick Jaffa dan Amanda Silver memang ingin memberi penekakan pada mereka.
Sungguh menarik melihat dinamika kelompok yang terjadi di habitat para kera. Mulai dari masalah eksistensi, krisis kepercayaan, hingga masalah suksesi. Sebuah cerminan tajam akan situasi sosial politik yang senantiasa mendera kehidupan manusia.
Sayangnya, ini justru memarginal karakter-karakter manusia. Mereka seolah hanya menjadi semacam plot device atau pendukung cerita saja, ketimbang benar-benar integratif kepada sentral tematis film, yaitu konflik kepentingan antara dua kelompok yang berbeda. Selain Gary Oldman, yang senantiasa menawan, para aktor lain, seperti Jason Clarke dan Kerri Russel tampil seadanya dan jika diganti dengan aktor lain tidak akan menjadi masalah besar.
Dan betapa berupaya keras untuk tampil kontekstual, kompleks dan subtil, film tetap tunduk pada pakem Hollywood yang tertebak. Alurnya tidak terlalu istimewa dan rasa-rasanya sudah cukup sering kita temui.
Selintas premis Dawn of the Planet of the Apes mengingatkan akan Battle for the Planet of the Apes (1973), tapi jelas mereka dua film yang berbeda. Dawn of the Planet of the Apes bertugas sebagai jembatan akan sebuah plot yang menjanjikan epos yang lebih dahsyat lagi.
Tapi terlepas dari itu, Dawn of the Planet of the Apes adalah film yang cukup istimewa. Matt Reeves (Cloverfield, Let Me In) sepertinya memang orang yang tepat untuk menjabat posisi sutradara. Ia selalu bisa diandalkan untuk membuat sebuah film dengan plot yang generik menjadi lebih bernas, mendalam dan memiliki hati.