Dirilis pertama kali untuk konsumsi layar lebar pada tahun 2012, seri Petualangan Singa Pemberani memulai perjalanannya dengan cukup sulit: perpaduan antara tampilan visual yang masih belum siap untuk disajikan di layar yang lebih besar serta jalinan kisah yang cukup dangkal membuat film animasi yang produksinya diprakarsai oleh perusahaan es krim Wall’s tersebut dilirik setengah mata oleh para penikmat film Indonesia. Beruntung, para pembuat seri film ini segera menyadari berbagai kelemahan yang terdapat pada karya perdana mereka dan memberikan peningkatan yang cukup signifikan baik dari sisi visual maupun penceritaan bagi Paddle Pop Begins: Petualangan Singa Pemberani 2 yang dirilis setahun kemudian. Kini Paddle Pop dan teman-temannya kembali lagi dalam sekuel kedua yang berjudul Petualangan Singa Pemberani Dinoterra. Mampukah seri ini mengulang kesuksesan kualitas seri kedua atau malah menandinginya?
Petualangan Singa Pemberani Dinoterra sendiri sebenarnya merupakan remake dari film animasi Paddle Pop Dinoterra yang sempat dirilis terlebih dahulu dalam kepingan DVD pada awal tahun 2014 lalu. Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Judah Ruiz, Firman Halim, Fanny Pardiansyah dan Dicky Muhammad, jalan cerita Petualangan Singa Pemberani Dinoterra merupakan kelanjutan langsung dari Paddle Pop Begins: Petualangan Singa Pemberani 2. Dikisahkan, setelah Paddle Pop berhasil menduduki kembali kerajaannya, Shadow Master yang tidak begitu saja menerima kekalahannya lalu membentuk persekutuan dengan Ratu Felina, pemimpin bangsa Harimau Putih yang memang telah semenjak lama menaruh dendam kepada bangsa Singa. Ratu Felina sendiri mewarisi pusaka bangsa Harimau Putih yaitu 12 Butiran Es Waktu yang bisa membuka gerbang waktu ke masa lalu. Oleh Shadow Master, keduanya kemudian berangkat ke zaman Dinosaurus untuk mencari tiga kristal: Kristal Raungan, Kristal Terbang dan Kristal Serang serta kemudian menggunakannya untuk mengubah masa lalu Paddle Pop sekaligus bangsa Singa.
Untungnya, Paddle Pop dan teman-temannya segera mengetahui rencana Shadow Master dan Ratu Felina. Bersama dengan Liona, Twitch dan Spike, Paddle Pop turut mengejar Shadow Master dan Ratu Felina ke zaman Dinosaurus. Sayang tindakan tersebut terlambat. Shadow Master dan Ratu Felina berhasil mengumpulkan ketiga kristal yang telah mereka incar. Lebih parah lagi, keduanya juga menculik Profesor Higgabottom dan mencuri mesin waktu buatannya yang membuat Paddle Pop dan ketiga temannya terjebak di zaman purbakala tersebut. Sebuah kejutan kemudian datang pada Paddle Pop ketika ia diberitahu bahwa ternyata ada empat kristal yang harus dikumpulkan oleh Shadow Master dan Ratu Felina sebelum mereka dapat menjalankan rencana mereka. Kristal terakhir tersebut terletak di dataran beku Dinoterra. Dengan sekuat tenaga mereka, Paddle Pop, Liona, Twitch dan Spike berusaha untuk mendapatkan kristal terakhir untuk kemudian kembali ke masa sekarang dan menyelematkan kerajaan Singa dari ancaman Shadow Master.
Keberadaan tiga orang sutradara, Alvin Chung, Jerry Yu Ching dan Nichson Fong, yang menggantikan posisi Salvador Simo dan Lee Croudy yang mengarahkan dua seri sebelumnya sayangnya masih belum memberikan kemajuan yang berarti pada kualitas presentasi keseluruhan dari Petualangan Singa Pemberani Dinoterra. Bukan kesalahan mereka sepenuhnya sebenarnya. Naskah cerita yang ditulis oleh Judah Ruiz, Firman Halim, Fanny Pardiansyah dan Dicky Muhammad-lah yang cenderung terlalu dangkal dalam bercerita. Sejujurnya, Petualangan Singa Pemberani Dinoterra menyajikan kumpulan plot dan karakter yang lebih berwarna daripada dua seri sebelumnya. Namun, akibat pendekatan yang terlalu sempit, kehadiran plot dan karakter tersebut justru membuat penceritaan film ini terkesan berbelit-belit dengan ketiadaan esensi penceritaan yang kuat serta mampu menghasilkan daya tarik bagi penonton – khususnya penonton dewasa yang mungkin hanya hadir menonton demi menemani para penonton muda yang memang menjadi target pasar utama dari film ini.
Meskipun cenderung lemah dari segi penceritaan, Petualangan Singa Pemberani Dinoterra untungnya tetap mampu dihadirkan dengan kualitas visual dan tata produksi yang cukup mampu menyaingi kualitas Paddle Pop Begins: Petualangan Singa Pemberani 2. Berbicara mengenai para pengisi suara, vokal Putri Titian yang biasanya terdengar untuk mengisisuarakan karakter Liona kali ini digantikan oleh vokal Chelsea Olivia. Sayangnya, vokal Chelsea Olivia seringkali terasa datar dan dingin jika dibandingkan dengan vokal Putri Titian. Hal inilah yang menyebabkan karakter Liona terkesan kurang atraktif dalam deretan dialog dengan karakter-karakter lain. Chemistry yang ia jalin dengan Giring Ganesha yang tetap mengisisuarakan karakter Paddle Pop juga terasa begitu minim. Sebuah kelemahan minor namun cukup mempengaruhi atmosfer penceritaan film ini secara keseluruhan.
Jika ingin memberikan perbandingan langsung, kualitas presentasi keseluruhan yang dimiliki oleh Petualangan Singa Pemberani Dinoterra sebenarnya tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan Paddle Pop Begins: Petualangan Singa Pemberani 2. Sayangnya, jika ditilik lagi secara mendalam dari sisi kualitas penceritaannya, Petualangan Singa Pemberani Dinoterra tampil dengan alur cerita yang kurang mampu berkembang dengan baik pada kebanyakan bagiannya. Kehadiran vokal Chelsea Olivia yang menggantikan posisi vokal Putri Titian juga cukup memberikan pengaruh negatif ketika vokal Chelsea Olivia gagal mengisi kekuatan dan kehangatan yang biasanya dapat dirasakan dari vokal Putri Titian. Meskipun jelas masih memberikan momen-momen menyenangkan bagi penontonnya – khususnya bagi para penonton muda, Petualangan Singa Pemberani Dinoterra jelas memiliki sedikit penurunan kualitas presentasi secara keseluruhan jika dibandingkan dengan seri sebelumnya.
Rating :