Dengan memanfaatkan basis penggemar yang cukup kuat dari novel sukses berjudul sama karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, 99 Cahaya di Langit Eropa tetap mampu mencuri minat penikmat film Indonesia dan berhasil menjadi salah satu film dengan raihan penonton tertinggi meskipun dirilis dalam tempo yang berdekatan dengan masa perilisan dua film blockbuster Indonesia lainnya, Soekarno dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, pada akhir tahun 2013 lalu. Sadar bahwa materi penceritaan 99 Cahaya di Langit Eropa terlalu luas untuk dimuat dalam satu penceritaan film – atau justru sadar bahwa materi penceritaan tersebut memiliki nilai komersial yang tinggi – para produser film 99 Cahaya di Langit Eropa secara bijaksana kemudian membagi penceritaan tersebut menjadi dua bagian. Kini, tepat tiga bulan setelah perilisan film pertamanya, bagian kedua dari penceritaan 99 Cahaya di Langit Eropa hadir kembali untuk melanjutkan berbagai kisah sekaligus konflik yang dialami oleh pasangan suami istri, Rangga dan Hanum, selama mereka berada di Eropa. Mampukah 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2 mengulangi kesuksesan film pertamanya? Atau, yang terlebih penting, mampukah film ini memperbaiki berbagai kekurangan yang terdapat pada kualitas penceritaan filmnya yang terdahulu?
Masih diarahkan oleh Guntur Soeharjanto (Crazy Love, 2013) berdasarkan naskah cerita yang ditulis oleh Alim Sudio bersama dengan Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2 melanjutkan kisahnya mengenai hubungan pasangan suami istri, Rangga (Abimana Aryasatya) dan Hanum (Acha Septriasa), yang tengah berdomisili di Wina, Austria. Rangga masih disibukkan dengan tugas-tugas kuliahnya guna mengejar gelar dokter. Guna mengisi waktunya, Hanum kini telah menjadi reporter di sebuah saluran televisi lokal sekaligus melanjutkan misi yang dahulu ia bentuk bersama sahabatnya, Fatma (Raline Shah), untuk menjadi seorang “agen Muslim” yang baik dalam memperbaiki imej Islam di mata dunia sekaligus mendidik anak-anak Muslim yang tinggal di Eropa untuk mampu bersaing dengan orang-orang yang ada di lingkungan mereka. Sayang, kepergian Fatma dan puterinya, Ayse (Geccha Tavvara), masih sering membuat Hanum merasa kehilangan. Puluhan surat elektronik yang telah ia kirimkan pada sahabatnya itu bahkan tidak pernah mendapat balasan yang semakin membuat Hanum bertanya-tanya mengenai kondisi sahabatnya tersebut.
99 Cahaya di Langit Eropa Part 2 juga memberikan fokus penceritaan yang lebih banyak kepada hubungan Rangga dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Atas dorongan Hanum, Rangga terus berusaha untuk memperbaiki hubungan antara kedua sahabatnya, Stefan (Nino Fernandez) dan Khan (Alex Abbad), yang seringkali berselisih paham mengenai agama. Sementara itu, usaha Maarja (Marissa Nasution) untuk mendekati Rangga kini digambarkan semakin menguat. Ketidaktegasan Rangga dalam menolak perhatian yang diberikan oleh Maarja secara perlahan kemudian memberikan ketegangan dalam hubungannya bersama dengan Hanum. Terlepas dari berbagai konflik tersebut, hubungan Rangga dan Hanum tetap mampu bertahan kokoh, khususnya di saat-saat menjelang selesainya masa kuliah Rangga yang sekaligus berarti bahwa masa kepulangan mereka ke Indonesia akan segera tiba.
Well… berbeda dengan film sebelumnya yang lebih banyak diwarnai dengan adegan penjelajahan wilayah Eropa untuk mencari jejak-jejak Islam yang terkadang terkesan menutupi kemampuan 99 Cahaya di Langit Eropa untuk bercerita dengan baik, 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2 terlihat memberikan fokus yang lebih kuat pada berbagai konflik yang terjadi dalam kehidupan karakter-karakternya. Hal ini ternyata cukup efektif untuk memberikan penonton pandangan yang lebih mendalam kepada masing-masing karakter, khususnya dua karakter utama film ini, Rangga dan Hanum. Meskipun tak seluruh konflik tersebut mampu dikembangkan dengan baik, dan kadang terkesan hadir tumpang tindih satu sama lain, namun Guntur Soeharjanto mampu menyajikannya dengan alur penceritaan yang tepat sehingga menjadikan narasi 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2 menjadi lebih nyaman untuk diikuti.
Hilangnya fokus yang besar terhadap karakter Fatma juga memberikan ruang yang cukup luas bagi karakter-karakter pendukung lain seperti Stefan, Khan dan Maarja untuk penyajian kisahnya. Untungnya, porsi penceritaan yang semakin membesar mampu dijawab dengan penampilan akting yang cukup meyakinkan oleh ketiga pemeran karakter tersebut, Nino Fernandez, Alex Abbad dan Marissa Nasution. Abimana Aryasatya dan Acha Septriasa juga hadir dengan chemistry yang dapat dirasakan lebih erat dari seri sebelumnya. Sayangnya, porsi penceritaan karakter Fatma yang terlalu minimalis dan hadir di penghujung cerita justru membuat penampilan Raline Shah yang begitu mencuri perhatian pada 99 Cahaya di Langit Eropa menjadi tidak memberikan kesan apapun pada seri ini. Di sisi kualitas tata produksi, 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2 masih mampu mempertahankan kualitasnya terdahulu dalam menyajikan kualitas gambar dan suara yang nyaman untuk dinikmati.
Jika 99 Cahaya di Langit Eropa terkesan berusaha (terlalu) kuat untuk tampil dengan penceritaan yang lebih luas, maka 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2 jelas dapat dirasakan sebagai sebuah bagian penceritaan yang lebih personal. Meskipun beberapa konflik yang dihadirkan kurang mampu terasa esensial dan gagal disajikan secara matang namun pemberian fokus yang lebih kuat pada kisah kehidupan kedua karakter utama dalam film ini mampu memberikan sebuah narasi penceritaan yang lebih menarik untuk diikuti. Didukung dengan kualitas yang cukup meyakinkan dari sisi teknikal serta penampilan akting para jajaran pengisi departemen aktingnya, 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2 berhasil memberikan perbaikan kualitas cerita yang cukup nyata dari seri sebelumnya. Tidak banyak, namun jelas merupakan sebuah perbaikan kualitas yang layak untuk diberikan apresiasi lebih.
Rating :