Dengan naskah yang ditulis oleh Craig Wright berdasarkan karakter-karakter yang diambil dari segmen Peabody’s Improbable History dalam serial televisi animasi yang popular di tahun 1960an, The Rocky and Bullwinkle Show, Mr. Peabody & Sherman berkisah mengenai seekor anjing tercerdas di dunia yang dikenal dengan nama Mr. Peabody (Ty Burrell). Kecerdasan Mr. Peabody bukan hanya membuatnya mampu berbicara dan mengerti bahasa yang digunakan oleh manusia namun juga berhasil menjadikannya seorang pengusaha sukses, jutawan, penemu, ilmuwan, ahloi masak yang handal, penerima penghargaan Nobel sekaligus peraih medali Olimpiade. Quite an achievement huh? Suatu hari, Mr. Peabody menemukan seorang bayi yang ditelantarkan oleh kedua orangtuanya. Setelah melalui proses hukum untuk melakukan adopsi, Mr. Peabody mengasuh bayi tersebut, menamakannya Sherman (Max Charles) serta berusaha keras mendidiknya agar menjadi seorang sosok manusia yang cerdas.
Meskipun telah memberikannya pendidikan secara langsung, Mr. Peabody tetap mengirimkan Sherman untuk mendapatkan pendidikan di sekolah formal. Sayangnya, masa-masa sekolah seringkali harus dilalui dengan berbagai kesulitan, tidak terkecuali dengan Sherman. Anak laki-laki tersebut mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari seorang anak perempuan bernama Penny Peterson (Ariel Winter) yang kemudian mendorong Sherman untuk berbuat kasar. Akibat tindakan kasar tersebut, Mr. Peabody kemudian dipanggil ke sekolah dan diberikan ancaman bahwa hak adopsinya kepada Sherman dapat dicabut karena dianggap tidak dapat memberikan pengasuhan yang layak. Berusaha agar ancaman tersebut tidak menjadi kenyataan, Mr. Peabody kemudian mengundang Penny dan kedua orangtuanya (Stephen Colbert dan Leslie Mann) untuk makan malam bersama dan membicarakan mengenai masalah anak mereka. Tidak disangka, tanpa pengawasan dari Mr. Peabody, Sherman mengajak Penny untuk melakukan penjelajahan ke masa lalu dengan menggunakan mesin waktu yang dibuat oleh Mr. Peabody. Seperti yang dapat diduga, Sherman dan Penny melakukan kekacauan dan merusak banyak sejarah di masa lampau. Mengetahui hal tersebut, Mr. Peabody lantas segera mengajak Sherman dan Penny untuk kembali menjelajah waktu dan memperbaiki berbagai sejarah yang secara tidak sengaja telah mereka rusak sebelumnya.
Diarahkan oleh Robb Minkoff yang sebelumnya pernah mengarahkan film animasi legendaris The Lion King (1994), Mr. Peabody & Sherman mendapatkan dorongan kualitas penceritaan yang cukup cerdas dari Craig Wright berkat kemampuannya dalam mengadopsi berbagai kejadian bersejarah dunia untuk menjadi rangkaian kisah perjalanan waktu bagi ketiga karakter utamanya sekaligus yang nantinya berfungsi sebagai penghantar dari plot pengisahan hubungan ayah dan anak dalam jalan cerita film ini. Dengan sentuhan tata visual yang kuat, Minkoff turut berhasil menjadikan Mr. Peabody & Sherman menjadi sebuah presentasi cerita yang begitu nyaman untuk disaksikan – dipenuhi dengan banyak warna-warna cerah yang mengisi latar belakang kisah sejarahnya sekaligus menghadirkannya dengan tempo penceritaan yang cukup berjalan dinamis.
Meskipun mampu merangkai kisahnya dengan catatan sejarah dan karakter-karakter legendaris mulai dari Leonardo Da Vinci sampai Bill Clinton, naskah cerita Mr. Peabody & Sherman sayangnya tidak pernah benar-benar mampu untuk hadir sebagai sebuah penceritaan yang utuh. Rangkaian petualangan yang dijalani karakter Mr. Peabody bersama dengan Sherman dan Penny seringkali terasa sebagai satuan sketsa fiksi ilmiah yang tersaji sebagai komedi daripada sebagai sebuah petualangan penuh yang menantang. Sebenarnya bukan masalah yang terlalu besar. Namun ketika formula yang sama terus disajikan berulang kali tanpa adanya sentuhan emosional yang tepat pada bagian penceritaan, Mr. Peabody & Sherman akhirnya terasa monoton dan gagal untuk tampil lebih kuat dalam penyampaian ceritanya.
Berbicara mengenai sisi emosional, sayangnya plot pengisahan hubungan ayah dan anak dalam jalan cerita film ini tertanam terlalu dalam menjelang berakhirnya Mr. Peabody & Sherman. Tentu, bibit-bibit dari plot tersebut telah mulai terbentuk semenjak awal meskipun masih begitu mentah dan dangkal. Namun eksekusi penuh yang tersaji terlalu lama dengan durasi yang terlalu singkat membuat kehadiran plot tersebut menjadi kurang berarti. Dari jajaran pengisi suara, Mr. Peabody & Sherman tampil cukup solid. Jajaran pengisi suaranya yang diisi oleh Ty Burrell, Max Charles, Ariel Winter, Stephen Colbert, Leslie Mann, Allison Janney hingga Stanley Tucci hadir dengan kualitas yang mampu menghidupkan setiap karakter yang mereka perankan dengan cukup baik.
Meskipun menghadirkan premis yang menjanjikan dengan nuansa edukasional yang kuat, naskah cerita Mr. Peabody & Sherman sayangnya mendapatkan eksplorasi yang berjalan terlalu monoton. Perjalanan karakter-karakternya dalam mengarungi sejarah di masa lampau terasa menggunakan formula yang sama berulangkali. Awalnya menarik namun lama-kelamaan jelas terasa cukup menjenuhkan. Kelemahan ini masih ditambah dengan kurang mampunya penulis naskah Craig Wright dalam memaksimalkan plot cerita hubungan ayah dan anak dalam jalan cerita film yang seharusnya mampu menjadikan Mr. Peabody & Sherman tampil lebih cemerlang lagi dari sisi emosional. Terlepas dari berbagai kelemahan tersebut, film ini mampu hadir dengan kualitas tata produksi yang maksimal mulai dari tampilan visual hingga kualitas jajaran pengisi suaranya. Cerdas namun gagal dieksekusi dengan lebih bijaksana sehingga membuat Mr. Peabody & Sherman menjadi sebuah film yang menyenangkan ketika disaksikan namun akan terlupakan begitu saja sesudahnya.
Rating :