(Mungkin) Bosan dengan gelar sebagai aktor yang paling dapat diandalkan untuk tampil bertelanjang dada dalam sebuah film drama komedi romantis, Matthew McConaughey mulai menata kembali karirnya (dan imejnya) di Hollywood dengan membintangi film The Lincoln Lawyer (2011) arahan Brad Furman serta Bernie arahan Richard Linklater yang dirilis pada tahun 2012. Dan berhasil! Perpaduan antara materi cerita yang tepat dengan kemampuan akting yang handal sekaligus kharisma yang begitu memikat berhasil memberikan penyegaran pada karir berakting McConaughey yang sebelumnya mulai terasa berjalan monoton. Di tahun-tahun berikutnya, McConaughey terus membuktikan kehandalan aktingnya melalui pilihan film serta peran yang begitu bervariasi – seperti yang ia tunjukkan pada Dallas Buyers Club dimana ia McConaughey berperan sebagai seorang pria penderita AIDS akut dengan jangka waktu kehidupan yang diprediksi tidak akan berjalan lama lagi.
Dengan naskah cerita yang berlatarbelakang masa pada tahun 1985 dan ditulis oleh Craig Borten dan Melisa Wallack, Dallas Buyers Club bertutur mengenai sebuah kisah nyata tentang kehidupan Ron Woodroof (McConaughey), seorang pria yang baru saja didiagnosa telah terkena AIDS dan hanya memiliki waktu 30 hari lagi untuk hidup. Di masa ketika AIDS masih dikenal sebagai sebuah penyakit yang hanya mewabah di kalagan pelaku homoseksual, Ron jelas saja langsung dikucilkan oleh orang-orang yang selama ini dekat dalam kehidupannya, dipecat dari pekerjaannya dan akhirnya kehilangan tempat tinggalnya. Oleh seorang dokter di rumah sakit, dr. Eve Saks (Jennifer Garner), Ron diberikan sebuah obat yang digunakan untuk merawat infeksi oleh retrovirus bernama AZT yang sebenarnya masih dalam tahap pengujian untuk digunakan oleh para penderita AIDS. Namun, demi harapan bahwa penyakitnya dapat disembuhkan, Ron menerima begitu saja medikasi yang diberikan oleh sang dokter.
Berbeda dengan harapannya, Ron justru menemukan kondisi tubuhnya kian memburuk. Ron kemudian bertemu dengan dr. Vas (Griffin Dunne), seorang dokter yang telah dicabut lisensi medisnya, yang mengungkapkan bahwa AZT justru meracuni tubuh dan merekomendasikan paduan obat yang telah diramunya – namun dipandang masih ilegal oleh hukum untuk digunakan manusia. Tak disangka, Ron kemudian merasa kesehatannya jauh lebih membaik. Penemuan tersebut secara perlahan memberikan Ron sebuah ide untuk menjual obat-obatan ilegal tersebut kepada para penderita AIDS. Bekerjasama dengan seorang waria bernama Rayon (Jared Leto) yang ia kenal ketika berada dalam pengawasan medis dr. Eve Saks, Ron mulai menjajakan obat-obatan AIDS ilegalnya. Dengan kebutuhan yang semakin membesar, obat-obatan yang dijual Ron lekas saja menjadi begitu popular. Di saat yang bersamaan, pihak hukum mulai mencium tindakan ilegal Ron dan kemudian berusaha untuk menjatuhkannya dengan cara apapun.
Beberapa hal bekerja dengan sangat baik dalam presentasi cerita Dallas Buyers Club. Yang paling bersinar, tentu saja, adalah penampilan Matthew McConaughey dan Jared Leto. Keduanya memberikan penampilan akting yang begitu kuat sekaligus mengikat. Tidak hanya karena baik McConaughey dan Leto rela melakukan sebuah transformasi fisik yang begitu drastis pada tubuh mereka, namun juga karena keduanya terlihat begitu mudah dalam menghidupkan kedua karakter yang mereka perankan. Chemistry yang mereka hasilkan juga begitu hidup. Penonton akan mampu merasakan pertumbuhan rasa persahabatan antara keduanya yang begitu hangat dan menjadikan film ini begitu humanis dalam menggambarkan setiap karakter-karakternya. Dukungan penampilan dari Jennifer Garner, Griffin Dunne, Steve Zhan dan deretan pemeran pendukung lainnya juga menambah kesolidan kualitas departemen akting film ini.
Naskah cerita yang diproduksi oleh Craig Borten dan Melisa Wallack juga bekerja sangat baik dalam menggambarkan perjalanan kisah para karakter di dalam cerita mereka. Borten dan Wallack jelas terlihat menghindari alur sentimental dalam pengisahan film ini dan lebih memilih untuk mendalami lebih jauh detil mengenai hubungan yang terjalin antar setiap karakter, masa-masa awal ketika AIDS mulai dikenal dan stigma yang melekat kepadanya serta, perkembangan medis untuk melawan penyakit tersebut serta, tentu saja, menggali lebih dalam tentang penyakit mematikan itu sendiri. Dukungan departemen akting yang solid dan naskah cerita yang kuat jelas mempermudah sutradara Jean-Marc Vallée (The Young Victoria, 2009) untuk mengarahkan film ini. Vallée harus diakui berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. Di saat yang bersamaan, detil mengenai AIDS yang mendapatkan perhatian utama dalam jalan penceritaan kadang terasa mengambil bagian terlalu besar dan justru menghalangi kehadiran aliran sisi emosional dalam penampilan film ini. Dallas Buyers Club memang berhasil memberikan pendalaman yang lebih baik tentang masa-masa penyakit tersebut ditemukan dan dikenali dengan lebih baik. Namun, di beberapa bagiannya, Dallas Buyers Club terasa kekurangan amunisi untuk membuat pengisahannya tampil lebih mengikat kepada para penontonnya.
Pilihan untuk memberikan detil yang lebih besar pada penceritaan mengenai sebuah penyakit daripada menyajikan sebuah kisah sentimental mengenai para penderita penyakit tersebut jelas merupakan sebuah langkah yang cukup terasa menyegarkan. Bekerjasama dengan duo penulis naskah Craig Borten dan Melisa Wallack, sutradara Jean-Marc Vallée mampu melakukannya dengan cukup baik melalui Dallas Buyers Club. Meskipun begitu, film ini tidak serta merta melupakan untuk memberikan pengembangan yang pas untuk para karakternya. Hal inilah yang mampu memberikan ruang yang besar bagi Matthew McConaughey dan Jared Leto untuk menyajikan penampilan akting terbaik mereka. Dallas Buyers Club sendiri harus diakui memang tampil kurang kuat dalam mengikat sisi emosional penonton. Tetap saja, dengan kualitas penceritaan, penampilan akting serta dukungan tata produksi yang kuat, Dallas Buyers Club mampu menjadi sebuah pengisahan drama yang begitu apik.
Rating :