Review

Info
Studio : FilmDistrict/Constantin Film Produktion/Don Carmody Productions/Impact Pictures
Genre : Action, Adventure, Drama
Director : Paul W. S. Anderson
Producer : Paul W. S. Anderson, Jeremy Bolt, Don Carmody, Robert Kulzer, Martin Moszkowicz
Starring : Kit Harington, Emily Browning, Kiefer Sutherland, Jared Harris, Adewale Akinnuoye-Agbaje

Selasa, 25 Februari 2014 - 12:21:38 WIB
Flick Review : Pompeii
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 3100 kali


Berbeda dengan James Cameron yang sepertinya akan selalu berhasil menarik pujian kritikus film dunia untuk setiap film yang ia arahkan, nama Paul W. S. Anderson lebih dikenal sebagai seorang sutradara yang selalu mengandalkan tampilan efek visual bombastis dalam setiap film-filmnya namun dengan bangunan naskah cerita yang begitu lemah. Well… mencoba mengikuti jejak Cameron melalui Titanic (1997), Anderson hadir dengan film terbarunya, Pompeii, yang turut menyajikan paduan drama romansa yang menghanyutkan dengan latar belakang tragedi berdasarkan sebuah kejadian nyata. Sejujurnya, dari kemampuannya bercerita, Anderson jelas berada jauh dibawah Cameron – dan Pompeii masih membuktikan hal tersebut. Meskipun begitu, Pompeii bukanlah sebuah karya yang benar-benar buruk. Terlepas dari jalan penceritaan yang standar dan jauh dari kesan emosional, Anderson mampu mengemas film ini dengan baik dan menjadikannya sebagai sebuah sajian yang cukup menghibur.

Berlatarbelakang detik-detik menjelang meletusnya Gunung Vesuvius yang menghancurkan sekaligus mengubur sebagian kota Pompeii, Italia pada tahun 79 M, Pompeii dimulai dengan kisah kembalinya Cassia (Emily Browning) yang merupakan puteri dari penguasa kota Pompeii, Severus (Jared Harris), ke kota tersebut setelah menghabiskan waktu setahun di kota Roma. Dalam perjalanan pulang kembali ke kampung halamannya, Cassia berkenalan dengan seorang budak, Milo (Kit Harington), yang juga sedang dibawa ke kota Pompeii untuk menjadi seorang petarung bayaran dengan nama The Celt. Meskipun berasal dari dua kelas yang berbeda, perkenalan tersebut segera menumbuhkan rasa suka yang, tentu saja, kemudian berujung pada kisah cinta antara keduanya.

Masalah kemudian hadir ketika seorang pejabat dari kota Roma, Senator Corvus (Kiefer Sutherland), datang ke Pompeii dengan alasan untuk berinvestasi di kota tersebut. Nyatanya, kedatangan Senator Corvus disebabkan karena hasratnya untuk mendapatkan Cassia yang sempat menolak dirinya ketika gadis tersebut berada di Roma. Melihat jalinan kasih antara Cassia dan Milo yang mulai berkembang, Senator Corvus lantas merencanakan untuk membunuh Milo ketika ia sedang bertarung di arena. Diantara berbagai intrik dan drama yang terjadi di kota Pompeii, sebuah tragedi siap untuk datang dan melenyapkan seluruh kota tersebut: Gunung Vesuvius yang berlokasi di sebelah kota telah bersiap untuk menumpahkan laharnya.

Pompeii hadir dengan kualitas penceritaan yang begitu sederhana. Penulis naskah film ini, Janet Scott Batchler dan Lee Batchler (Batman Forever, 1995) serta Michael Robert Johnson (Sherlock Holmes, 2009), seperti berusaha untuk memadukan formula penceritaan drama romansa dari Titanic dengan sisi aksi dari Gladiator (2000). Sayangnya, ketiga penulis naskah tersebut sama sekali tidak memiliki kemampuan mendalam untuk menyajikan kisah mereka dengan penggalian yang memadai, baik dari sisi cerita maupun karakter-karakter yang dihadirkan. Tidak mengherankan jika kemudian dalam 105 menit presentasinya, penonton sama sekali tidak pernah merasa dilibatkan secara emosional untuk terus terikat dalam mengikuti perjalanan kisah setiap karakter di film ini. Tidak buruk namun jelas terasa datar dalam penyampaiannya.

Masa-masa keemasan Pompeii terjadi ketika jalan cerita film ini telah memberikan fokus yang lebih besar pada tragedi meletusnya Gunung Vesuvius dan meninggalkan sekelumit drama yang terjadi pada karakter-karakternya. Di bagian ini, Paul W. S. Anderson dapat dengan leluasa menterjemahkan berbagai imajinasinya mengenai salah satu bencana alam terbesar yang terjadi di sepanjang sejarah peradaban manusia tersebut. Dan hasilnya tidak mengecewakan. Anderson mampu menyajikan efek visual filmnya dengan begitu dramatis dan sama sekali tidak terasa berlebihan – seperti yang terjadi pada beberapa filmnya. Deretan adegan aksi yang dihadirkan di film ini juga mampu dieksekusi dengan baik oleh Anderson. Penuh dengan darah dan, yang paling utama, berhasil memberikan momen-momen emosional yang gagal dibentuk oleh sisi drama romansa dari film ini.

Dengan terbatasnya penggalian yang diberikan pada setiap karakter yang hadir di film ini, jelas tidak mengherankan untuk melihat para jajaran pemeran Pompeii juga turut hadir dengan penampilan akting yang jelas terbatas, khususnya pada dua pemeran utamanya, Kit Harington dan Emily Browning. Berbeda dengan Kate Winslet di Titanic atau Russell Crowe di Gladiator dimana keduanya selalu mampu tampil dengan daya tarik yang begitu kuat untuk setiap kehadiran karakternya, Harington dan Browning terkesan begitu datar. Chemistry diantara keduanya bahkan tampil begitu minim untuk dapat membuat penonton percaya bahwa kedua karakter yang mereka perankan rela mati demi satu sama lain. Kegagalan ini yang kemudian membuat penampilan jajaran pemeran pendukung yang diisi dengan nama-nama seperti Adewale Akinnuoye-Agbaje, Kiefer Sutherland, Jared Harris, Carrie-Anne Moss bahkan Jessica Lucas yang tampil begitu terbatas menjadi lebih menarik jika dibandingkan dengan kedua karakter utama.

Pompeii jelas bukanlah sebuah film dengan kualitas yang berada diatas kualitas film-film arahan Paul W. S. Anderson sebelumnya. Naskah cerita yang ditulis oleh Janet Scott Batchler, Lee Batchler serta Michael Robert Johnson hadir dengan kualitas penceritaan yang begitu sederhana. Sayangnya, kesempatan mereka untuk meningkatkan kualitas penceritaan dengan menghadirkan deretan karakter yang lebih menarik juga gagal dilakukan – yang sekaligus menyebabkan kedangkalan yang begitu dapat dirasakan dalam penampilan setiap aktor dan aktris pengisi departemen akting film ini. Pompeii, untungnya, masih mampu hadir menghibur berkat kemampuan Anderson dalam mengeksekusi elemen aksi film ini dengan baik serta tampilan efek visual akan letusan Gunung Vesuvius yang hadir begitu mengesankan. Tidak kurang… dan tidak lebih.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.