Setelah mengarahkan Battleship (2012) yang cukup menyenangkan – well… setidaknya bagi beberapa orang, Lone Survivor menandai kembalinya Peter Berg untuk mengarahkan sebuah film aksi bernuansa militer dengan nada penceritaan yang lebih serius dan dramatis seperti yang dahulu pernah ia sajikan lewat The Kingdom (2007). Sekilas, tema cerita yang bersinggungan dengan permasalahan yang memang sedang dihadapi oleh pihak militer Amerika Serikat sendiri membuat Lone Survivor terlihat memiliki keterkaitan yang erat dengan The Kingdom. Namun, berbeda dari film yang dibintangi oleh Jamie Foxx dan Jennifer Garner tersebut, Lone Survivor mendasarkan kisahnya dari sebuah kisah nyata – sebuah fakta yang sepertinya kemudian mendorong Berg untuk memberikan fokus yang benar-benar kuat pada setiap karakter yang hadir di dalam jalan cerita agar dapat menciptakan atmosfer penceritaan sealami dan senyata mungkin kepada penontonnya.
Diangkat dari buku berjudul Lone Survivor: The Eyewitness Account of Operation Redwing and the Lost Heroes of Seal Team 10 yang ditulis oleh Marcus Luttrell dan Patrick Robinson, Lone Survivor memulai kisahnya ketika empat orang anggota pasukan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat, Marcus Luttrell (Mark Wahlberg), Mike Murphy (Taylor Kitsch), Danny Dietz (Emile Hirsch) dan Matt Axelson (Ben Foster) yang sedang bertugas di Afghanistan mendapatkan misi dari pimpinan kelompok mereka, Lieutenant Commander Erik Kristensen (Eric Bana), untuk menangkap seorang pimpinan Taliban bernama Ahmed Shahd (Yousuf Azami) yang terlibat dalam kasus pembunuhan dua puluh marinir Amerika Serikat. Ketika berada dalam persembunyian guna menjalankan misi tersebut, keempat marinir tersebut secara tidak sengaja bertemu dengan beberapa warga setempat. Dilema moral pun melanda keempatnya: apakah mereka akan menahan para warga setempat tersebut, membunuh mereka atau melepaskan mereka dengan resiko misi rahasia yang mereka jalankan akan terbongkar. Sebuah keputusan kemudian diambil. Keputusan yang mau tidak mau kemudian mempengaruhi hasil akhir misi mereka… sekaligus hidup keempat marinir tersebut.
Tidak banyak hal yang ingin disampaikan oleh Lone Survivor. Di sepanjang 121 menit presentasi ceritanya, film ini murni berfokus pada satu konflik utama yang kemudian diisi dengan konflik-konflik minor namun sama sekali tidak pernah melepaskan fokus utama yang semenjak awal telah diterapkan jalan cerita. Peter Berg memang sepertinya tidak ingin memberikan aksesoris tambahan pada kisah kepahlawanan dari empat karakter utama di film ini. Berg murni menyajikannya sebagai sebuah rekaman perjalanan empat marinir dalam mengerjakan misi yang telah ditugaskan kepada mereka serta berbagai halangan yang menghadang selama pelaksanaan misi tersebut. Eksekusi Berg yang terus berfokus pada keempat karakter seringkali membuat Lone Survivor memiliki atmosfer penceritaan yang serupa dengan sebuah dokumenter. Dengan mentahnya materi yang ingin disampaikan, pilihan tersebut ternyata bekerja sangat baik pada kelangsungan penceritaan film ini.
Meskipun memiliki plot penceritaan yang minimalis, Lone Survivor bukannya hadir tanpa pengembangan karakter yang kuat. Setelah memulai film dengan menampilkan rekaman asli tentang sesi pelatihan para marinir Amerika Serikat, Berg kemudian menghabiskan 60 menit pertama filmnya dengan penggambaran situasi kehidupan para marinir ketika ditempatkan di Afghanistan – melalui perbincangan mereka sehari-hari, tugas yang diberikan pada mereka hingga rasa persahabatan maupun persaudaraan yang terjalin ketika bertugas. Terlihat sederhana – dan bahkan akan membuat beberapa penonton merasa jenuh akibat dihadirkan dengan tempo penceritaan yang cenderung lamban. Namun, melalui rekaman keseharian tersebut, penonton mulai dikenalkan pada sosok marinir yang begitu humanis. Berg tidak menampilkan karakter-karakternya sebagai sosok pahlawan nasionalis yang rela mati demi negara mereka. Well… para karakter ini memang rela mati demi negara mereka tetap Berg menggambarkan mereka dengan begitu nyata. Pendekatan inilah yang secara perlahan mampu membangun hubungan emosional antara penonton dengan karakter-karakter yang sedang mereka saksikan kisahnya.
Kekuatan para karakter yang berhasil tampil prima berkat kemampuan para pemerannya yang hadir dengan penampilan akting yang cemerlang sekaligus chemistry yang begitu erat diantara mereka. Mulai dari Mark Wahlberg, Taylor Kitsch, Emile Hirsch, Ben Foster hingga pemeran pendukung seperti Eric Bana, Alexander Ludwig dan Ali Suliman hadir dengan kemampuan akting terbaik mereka. Berg juga sukses untuk menghasilkan kualitas tata produksi terbaik untuk film ini. Special effect tampil begitu hidup dalam menghadirkan atmosfer penceritaan yang nyata ketika jalan cerita sedang berfokus pada peperangan yang dihadapi karakter-karakter di film ini. Begitu nyata sehingga mampu memberikan rasa sakit pada penonton. Tata musik arahan Steve Jablonsky dan kelompok musik Explosions in the Sky juga berhasil menambah intensitas emosional cerita di banyak adegan film.
Meskipun kadang terasa hadir dengan eksplorasi emosi yang sebenarnya masih dapat ditingkatkan lebih dalam lagi, Lone Survivor berhasil membuktikan bahwa Peter Berg mampu menggarap sebuah jalinan kisah yang, meskipun sederhana, tetap dapat berbicara banyak secara emosional. Keahlian Berg dalam menggarap film dengan special effect yang kuat sangat terasa memberikan kontribusi yang kuat pada kesuksesan Lone Survivor untuk memberikan pengalaman yang lebih mendalam kepada para penonton film ini mengenai apa yang sebenarnya (dapat) terjadi di sebuah medan perang. Dukungan apik dari departemen akting dan tata produksi membuat Lone Survivor menjadi sebuah presentasi drama aksi yang sangat meyakinkan!
Rating :