Review

Info
Studio : PT Kharisma Starvision Plus
Genre : Drama, Music
Director : Fajar Bustomi
Producer : Chand Parwez Servia, Fiaz Servia
Starring : Adipati Dolken, Ricky Harun, Aaron Ashab, Ajun Perwira, Deva Mahenra

Senin, 30 Desember 2013 - 08:50:43 WIB
Flick Review : Slank Nggak Ada Matinya
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 4235 kali


Jika Generasi Biru (2009) yang disutradarai oleh Garin Nugroho, John De Rantau dan Dosy Omar adalah sebuah film musikal eksperimental yang dibuat untuk memperingati 25 tahun perjalanan karir bermusik Slank, maka Slank Nggak Ada Matinya mungkin akan lebih tepat dilihat sebagai retrospektif terhadap 30 tahun keberadaan Slank di industri musik Indonesia dengan jalan penceritaan yang lebih berfokus pada setiap pribadi yang mengisi kelompok musik tersebut. Berbeda dengan Generasi Biru dimana masing-masing personel Slank turut berlaku sebagai pemeran utama dalam film tersebut, Slank Nggak Ada Matinya menempatkan Adipati Dolken, Ricky Harun, Aaron Shahab, Ajun Perwira dan Deva Mahendra yang masing-masing berperan sebagai para personel Slank. Lalu, apakah kelima aktor muda Indonesia tersebut mampu memerankan serta menghidupkan karakter para personel Slank yang semenjak lama dikenal sebagai sosok yang cukup eksentrik tersebut?

Dengan naskah yang ditulis oleh Cassandra Massardi (Crazy Love, 2013) dan disutradarai oleh Fajar Bustomi (Bestfriend?, 2008), Slank Nggak Ada Matinya memulai kisahnya pada tahun 1996 dimana Slank sedang berada di ambang perpecahan setelah tiga personelnya keluar dari kelompok musik tersebut. Tidak ingin Slank bubar begitu saja, dua personel yang juga pendiri Slank, Bimbim (Adipati Dolken) dan Kaka (Ricky Harun), akhirnya memilih untuk melakukan reformasi pada kelompok musik mereka: Ivanka (Aaron Ashab) yang sebelumnya merupakan personel tambahan ditarik menjadi personel tetap serta Ridho (Ajun Perwira) dan Abdee (Deva Mahenra) kemudian ditetapkan sebagai personel tambahan untuk melengkapi formasi bermusik Slank. Dengan formasi baru tersebut – yang merupakan formasi ke-14 Slank di sepanjang karir mereka, Slank melanjutkan tur musik mereka sekaligus mulai bersiap untuk merilis sebuah album baru. Melihat kontribusi yang sangat besar dari Ridho dan Abdee bagi musikalitas Slank yang baru, tidak butuh waktu lama bagi Kaka dan Bimbim untuk kemudian menetapkan keduanya sebagai dua personel tetap baru bagi Slank.

Namun, masalah sebenarnya tidak hanya datang dari kehidupan profesional para personel Slank. Dibalik kepopuleran mereka, Bimbim, Kaka dan Ivanka sedang dirundung begitu banyak masalah akibat ketergantungan mereka terhadap obat-obatan terlarang. Bahkan ibu kandung Bimbim, Bunda Iffet (Meriam Bellina), yang kini telah ditunjuk sebagai manajer mereka tidak sanggup menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Meskipun begitu, Bunda Iffet sendiri tidak menyerah begitu saja. Dibantu dengan Abdee dan Ridho yang bukanlah para pengguna obat-obatan terlarang, Bunda Iffet mulai berusaha lebih keras agar Bimbim, Kaka dan Ivanka dapat terlepas dari jeratan barang haram tersebut sekaligus dapat bermusik dengan jalan pemikiran yang jauh lebih baik lagi.

Meskipun masih terdapat kekurangan di beberapa bagiannya, khususnya pada pengembangan kisah pada beberapa karakter pendukung serta banyaknya plot penceritaan minor yang seharusnya tidak begitu diperlukan keberadaannya, namun naskah cerita yang disusun Cassandra Massardi telah merangkum satu bagian dari perjalanan karir bermusik Slank dengan cukup baik. Fokus yang diberikan pada usaha masing-masing personel kelompok musik tersebut untuk melepaskan diri mereka dari jeratan obat-obatan terlarang mampu dikembangkan dengan baik dan menjadi jalinan kisah yang cukup menarik untuk diikuti. Beberapa plot cerita tambahan seperti kisah romansa serta kisah pembuatan beberapa lagu dan album mereka juga berhasil dimasukkan dan mendapatkan porsi penceritaan tersendiri dalam presentasi kisah Slank Nggak Ada Matinya – meskipun mereka yang berharap untuk mendapatkan informasi lebih banyak tentang perjalanan musikalitas Slank mungkin akan tetap merasa terasingkan oleh film ini.

Oh. Lalu bagaimana dengan penampilan Adipati Dolken, Ricky Harun, Aaron Shahab, Ajun Perwira dan Deva Mahendra yang masing-masing berperan sebagai para personel Slank? Wellmiscast mungkin adalah penjelasan yang paling masuk akal. Sejujurnya, kelima aktor tersebut sama sekali tidak tampil dalam penampilan akting yang begitu buruk – dengan Deva Mahenra mampu mencuri perhatian lewat perannya sebagai Abdee. Namun, kelimanya gagal untuk memberikan kehidupan sekaligus jiwa pada karakter-karakter yang mereka perankan. Pada kebanyakan bagian, kelimanya terlihat hanya berusaha meniru dari gestur tubuh para personel Slank tanpa pernah sekalipun terlihat benar-benar mampu menjadi mereka. Mimicking. Suatu hal yang berbeda ketika penonton melihat penampilan dari Meriam Bellina yang mampu menjadikan karakter Bunda Iffet begitu emosional dalam setiap kehadirannya. Jajaran departemen akting Slank Nggak Ada Matinya juga diperkuat dengan beberapa penampilan lain, termasuk penampilan dari para personel Slank serta beberapa nama seperti Tora Sudiro, Poppy Sovia, Epy Kusnandar, Hanung Bramantyo dan Ringgo Agus Rahman yang membuat presentasi film ini menjadi semakin menarik.

Jika saja sutradara Fajar Bustomi dan tim produksi Slank Nggak Ada Matinya mau menghabiskan lebih banyak waktu dalam memilih jajaran pemeran yang lebih tepat untuk memerankan setiap personel Slank, mungkin film ini akan terlihat berjalan lebih dinamis. Didukung dengan naskah cerita karya Cassandra Massardi yang merangkum satu bagian perjalanan dari karir bermusik Slank dengan cukup baik serta pengarahan Fajar Bustomi yang berhasil mengalirkan penceritaan film ini dengan cukup lancar, Slank Nggak Ada Matinya sebenarnya bukanlah sebuah presentasi yang sangat mengecewakan. Film ini menyimpan potensi yang besar untuk menjadi sebuah film biopik yang kuat namun, sayangnya, gagal untuk meraih kualitas tersebut akibat dukungan departemen akting yang cenderung lemah.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.