Berbeda dengan Pixar Animation Studios yang belakangan terlihat mengalami sedikit kesulitan dalam menghadapi para kompetitornya – semaniak apapun Anda terhadap rumah produksi film animasi ini, Anda harus mengakui bahwa tak satupun karya mereka semenjak Toy Story 3 (2010) mampu meraih kredibilitas kualitas yang sekuat film-film pendahulunya – Walt Disney Animation Studios justru berhasil bangkit setelah bertahun-tahun dinilai semakin tidak relevan dengan dunia modern. Dimulai dengan Tangled (2010) dan diikuti Wreck-It Ralph (2012), rumah produksi bermaskot Mickey Mouse tersebut secara perlahan meraih kembali masa-masa kejayaan film-film animasi mereka terdahulu. Di tahun 2013, Walt Disney Animation Studios merilis Frozen, yang sekaligus menjadi film animasi ke-53 yang mereka produksi. Layaknya Tangled, Frozen diadaptasi dari sebuah kisah klasik dan disajikan dengan penceritaan musikal yang humoris serta hangat yang tentunya akan mengingatkan para penontonnya pada film-film animasi klasik karya Walt Disney Animation Studios.
Dengan cerita yang disusun oleh duo sutradara Chris Buck dan Jennifer Lee bersama dengan Shane Morris serta naskah cerita yang ditulis oleh Lee berdasarkan dongeng klasik karya Hans Christian Andersen berjudul The Snow Queen, Frozen berkisah mengenai dua puteri dari kerajaan Arendelle, Elsa (Eva Bella) dan Anna (Livvy Stubenrauch). Berbeda dengan adiknya, Elsa memiliki sebuah kekuatan magis dimana dirinya dapat menciptakan es dan salju. Kekuatan tersebut sering digunakan Elsa untuk bermain bersama Anna… hingga akhirnya Elsa secara tidak sengaja melukai Anna. Oleh kedua orangtuanya, Elsa kemudian diminta untuk berhati-hati dengan kekuatannya agar tidak mencelakai orang lain. Saran itulah yang kemudian membuat Elsa menarik diri dari lingkungannya, termasuk memilih untuk menjauh dari Anna.
Elsa lantas menghabiskan kesehariannya sendirian di kamar tidurnya dan tidak pernah keluar dari sana hingga ia beranjak dewasa. Namun, ketika kedua orangtuanya meninggal dunia akibat sebuah kecelakaan laut, Elsa (Idina Menzel) mau tidak mau akhirnya harus keluar dan menggantikan posisi ayahnya untuk memimpin kerajaan Arandelle sebagai seorang ratu. Elsa sendiri masih dihantui dengan perasaan bahwa keberadaannya akan mencelakai banyak orang di sekitarnya. Dan benar saja, ketika ia sedang berargumen dengan Anna (Kristen Bell) tentang pernikahan yang akan ia langsungkan bersama Hans (Santino Fontana), kekuatan magis Elsa lantas memancar keluar dan membuat kerajaan Arandelle diselimuti es. Kalut, Elsa lantas memilih untuk melarikan diri dari kerajaannya. Merasa bersalah, Anna kemudian berusaha untuk menemukan Elsa dan memintanya untuk kembali ke kerajaan Arandelle.
Sebelum berbicara mengenai Frozen, mungkin ada baiknya sedikit mengupas tentang film pendek Get a Horse! yang tampil sebelum Frozen memulai kisahnya. Diarahkan oleh Lauren MacMullan, Get a Horse! menampilkan suara dari Walt Disney yang mengisikan suara karakter Mickey Mouse dan tersaji sebagai sebuah paduan antara presentasi gambar warna dan hitam putih yang begitu memikat. Jalan ceritanya sendiri akan mengingatkan banyak penonton pada film-film klasik produksi Walt Disney Animation Studios dan dipenuhi dengan kumpulan humor yang begitu menghibur. Tidaklah berlebihan jika menyebut bahwa Get a Horse! adalah presentasi film animasi pendek terbaik yang pernah dihadirkan oleh Walt Disney Animation Studios.
Kembali berbicara Frozen, film ini memulai jalan ceritanya dengan seluruh daya tarik yang dapat seorang pecinta animasi karya Walt Disney Animation Studios harapkan dari sebuah film karya Walt Disney Animation Studios: pengenalan cerita serta karakter yang disajikan menarik, sisi humor yang begitu menghibur, tata visual dan suara yang berkelas serta iringan lagu-lagu yang dapat dengan mudah membawa penontonnya untuk secara tidak sadar kemudian bersenandung bersama. Berbeda dengan kebanyakan film animasi yang mengisahkan mengenai karakter protagonis yang berusaha untuk mengalahkan karakter antagonis, Frozen sendiri terlihat lebih memfokuskan kisahnya pada naik turunnya hubungan persaudaraan antara karakter Elsa dan Anna. Sebuah penyajian yang mungkin akan membuatFrozen terlihat jauh lebih menarik kepada para penonton muda – khususnya para perempuan, dibandingkan dengan para penonton dewasa akibat minimnya intrik yang terjalin dan berkembang di sepanjang 108 menit durasi presentasi film ini.
Frozen sendiri bukannya hadir tanpa masalah. Karakter-karakter yang tersaji di dalam jalan cerita hampir tidak ada yang mampu muncul dengan kharisma yang kuat – meskipun karakter Anna berusaha dihadirkan sebagai sosok karakter perempuan yang tangguh dengan kemampuan mengeluarkan kata-kata yang tajam dalam dialognya. Beberapa karakter yang hampir terkesan sebagai sosok karakter antagonis juga tidak begitu mampu berkembang dengan baik dan tersaji hanya sebagai pelengkap penceritaan belaka. Lagu-lagu yang dihasilkan Kristin Anderson-Lopez and Robert Lopez cukup mampu memberikan energi yang kuat pada jalan cerita Frozen meskipun, harus diakui, tidak seluruhnya mampu terdengar menarik – khususnya beberapa lagu yang berada di paruh kedua film. Namun, Anderson-Lopez dan Lopez mampu mengikuti ritme penceritaan Frozen dengan baik dan menghadirkan beberapa titik emosional yang kuat dalam lagu yang mereka hasilkan.
Meskipun diisi dengan nama-nama aktor dan aktris yang mungkin tidak terlalu mewah, jajaran pengisi suara Frozenmampu memberikan penampilan suara terbaik mereka untuk menghidupkan masing-masing karakter yang ada di dalam jalan cerita. Kristen Bell terlihat begitu hidup dalam memerankan Anna yang quirky. Idina Menzel juga tampil sempurna sebagai Elsa, khususnya ketika karakter tersebut diharuskan untuk menyanyikan deretan lagu-lagunya. Namun, adalah Jonathan Groff dan Josh Gad yang tampil paling bersinar di sepanjang penceritaan Frozen. Berperan sebagai Kristoff, suara Groff tampil begitu meyakinkan sebagai sosok pria yang lembut namun tegas dan kuat. Sementara Gad secara sukses menghidupkan karakter Olaf yang akan membuat semua orang jatuh cinta pada karakter tersebut. Karakter Olaf hadir sebagai sosok yang dengan kemampuan humornya selalu mampu mencuri perhatian di setiap kehadirannya di dalam Frozen dan Gad memberikan penampilan suara terbaik untuk menghidupkan karakter tersebut. Berbicara mengenai kualitas produksi, secara tidak mengejutkan, Frozen hadir dengan kualitas audio dan visual yang begitu prima dalam menyajikan deretan gambar-gambar animasi yang indah dan akan mampu membuai setiap penontonnya.
Sedikit berlebihan mungkin untuk memberikan kritikan terlalu mendalam terhadap Frozen. Film animasi produksi Walt Disney Animation Studios ke-53 ini terbukti mampu mengikuti jejak Tangled dan Wreck-It Ralph dalam membuktikan peningkatan kembali kualitas film-film animasi yang dihasilkan rumah produksi tersebut. Meskipun begitu, jika ingin melihat dengan seksama dari sisi naskah ceritanya, Frozen terkesan terjebak diantara kualitas penceritaan Tangled yang masih masih kental dengan nuansa film-film animasi klasik Walt Disney Animation Studios dengan nuansa penceritaan modern dan lebih progresif yang ditawarkan oleh Wreck-It Ralph. Hasilnya, Frozen seringkali kehilangan fokus penceritaan dan gagal menyentuh level emosional yang kuat seperti kebanyakan film-film produksi Walt Disney Animation Studios lainnya, khususnya pada paruh kedua penceritaan film. Bukan sebuah hal yang buruk. Chris Buck dan Jennifer Lee tetap mampu merangkai Frozen menjadi sebuah presentasi yang cukup menyenangkan untuk disaksikan dengan menggunakan daya tarik lagu-lagunya, tampilan visual yang memikat serta karakter-karakter seperti Olaf yang begitu mudah untuk dicintai. Pixar Animation Studios kali ini sepertinya benar-benar harus waspada dengan saudaranya yang satu ini!
Rating :