Review

Info
Studio : Offspring Entertainment
Genre : Drama
Director : Jon Chu
Producer : Patrick Wachsberger, Erik Feig, Adam Shankman, Jennifer Gibgot
Starring : Rick Malambri, Adam Sevani, Sharni Vinson, Alyson Stoner

Minggu, 10 Oktober 2010 - 20:31:09 WIB
Flick Review : Step Up 3D
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 4116 kali


Hollywood seharusnya lebih sering memanfaatkan teknologi 3D (3D sebenarnya, bukan konversi) untuk hal-hal seperti yang mereka lakukan pada Step Up 3D: untuk memberikan efek bersenang-senang kepada para penontonnya. Disutradarai oleh Jon Chu, yang juga menjadi sutradara Step Up 2: The Streets (2008), Step Up 3D memang tidak menawarkan sesuatu peningkatan yang berarti jika dilihat dari sisi kualitas akting atau jalan cerita – pada beberapa titik bahkan dapat dikatakan naskah cerita film ini lebih buruk daripada pendahulunya. Namun apa yang ditampilkan film ini lewat susunan koreografi yang sangat memukau dan memanfaatkan teknologi 3D dengan sangat baik, dipastikan akan membuat siapa saja akan dapat menikmati film ini.

Memanfaatkan benang merah cerita yang diambil dari karakter Moose (Adam Sevani) dan Camille (Alyson Stoner) dari seri sebelumnya, Step Up 3D mengisahkan perjalanan keduanya ke New York untuk menuntut ilmu di New York University. Moose sendiri telah berjanji pada kedua orangtuanya bahwa ia akan meninggalkan dunia menari secara keseluruhan dan akan berkonsentrasi penuh pada pendidikan yang ia jalani di sana. Janji yang bahkan di hari pertama ia mulai berkuliah tidak akan dapat ia tepati.

Moose secara tidak sengaja bertemu Luke (Rick Malambri), pria yang mengepalai sekelompok penari jalanan yang menamai diri mereka The Pirates. Tentu saja, pertemuan ini membangkitkan hasrat Moose untuk kembali menari. Secara sembunyi-sembunyi, agar tidak diketahui oleh Camille, Moose mulai berlatih menari kembali  bersama The Pirates. Luke sendiri saat ini sedang giat-giatnya melatih para penari tersebut agar dapat bertanding di ajang kontes tari tingkat dunia, World Jam. Di tengah-tengah berbagai sesi latihan tari itulah terjadi banyak drama dan kejadian yang sepertinya akan menghalangi The Pirates untuk dapat memenangkan kontes tersebut.

Tentu saja, tidak ada seorangpun yang akan menyaksikan Step Up 3D untuk mendengarkan kisah perjuangan Luke dan anggota The Pirates-nya dalam memenangkan kontes tari tersebut. Berbagai koreografi tari yang ditampilkan di sepanjang film ini adalah daya tarik utama dari Step Up 3D. Dan jika hal tersebut adalah hal yang mampu menarik perhatian Anda, maka Step Up 3D mungkin akan menjadi film terbaik sepanjang tahun ini. Tata koreografi film ini ditampilkan dengan sangat baik. Memanfaatkan teknologi 3D, koreografi ini menggunakan berbagai gerakan yang akan membuat setiap penontonnya merasa dapat berinteraksi langsung dengan para penari yang terdapat di dalam jalan cerita film.

Koreografi ini juga didukung dengan susunan lagu yang mampu menghidupkan suasana tari tersebut. Step Up semenjak awal memang sepertinya didedikasikan sebagai sebuah film yang akan membangkitkan hasrat menari setiap orang yang menyaksikannya. Hal ini tetap dipegang teguh oleh Step Up 3D. Lagu yang catchy dan susunan koreografi yang lebih menantang dan lebih memukau membuat seri ini menjadi seri yang terbaik dari dua seri Step Up lainnya.

Berhasil di satu sisi, tidak membuat Step Up 3D lantas dapat dikatakan sebagai sebuah film yang baik secara keseluruhan. Masih ada naskah cerita dan kemampuan akting para pemerannya yang akan mencegah film ini untuk dapat disebut sebagai sebuah film yang sempurna. Step Up (2006) dan Step Up 2: The Streets memang adalah sebuah film yang sangat miskin plot cerita. Namun, siapa yang akan menyangka bahwa Step Up 3D akan menawarkan plot cerita yang lebih tipis dari kedua seri tersebut.

Kisah perjuangan Luke untuk memenangkan The Pirates secara klise terus dihadapkan dengan berbagai hambatan. Jika tidak ada hambatan yang datang kepada kelompok tersebut, hambatan muncul kepada tiap karakter yang ada di dalam jalan cerita. Hal ini berlangsung terus-menerus sehingga pada satu titik, kisah film ini terasa sebagai sebuah plot cerita yang terus menerus diulang. Ini masih ditambah dengan karakterisasi yang dangkal pada beberapa karakter utama di film ini, yang membuat setiap karakter di film ini menjadi tidak memiliki hubungan emosional dengan para penontonnya.

Sejujurnya, tidak akan ada yang sangat mengeluhkan kemampuan akting para jajaran pemeran film ini – hanya karena kemampuan akting bukanlah suatu hal yang sangat diunggulkan oleh film ini. Adam Sevani dan Alyson Stoner, yang telah muncul di seri sebelumnya, sama sekali tidak menunjukkan kualitas akting yang berubah. Mereka terlihat nyaman dengan karakterisasi Moose dan Camille yang telah dibentuk sebelumnya. Dua karakter utama lainnya yang diperankan oleh Rick Malambri dan Sharni Vinson mungkin akan terlihat lebih menarik, hanya karena konflik yang mereka hadapi lebih mendalam dari apa yang dialami karakter Moose dan Camille.

Sutradara Jon Chu sepertinya telah sangat nyaman dengan hasil yang ia capai lewat Step Up 2: the Streets. Film ini tidak begitu menawarkan perubahan yang berarti. Jalan cerita yang ditawarkan begitu tipis sehingga terkadang terasa sebagai sesuatu yang terlalu dibuat-buat. Kemampuan akting para pemerannya juga masih terlihat amatir, walaupun tidak dapat dikategorikan sebagai sangat buruk. Sebaliknya, aneka tarian yang ditampilkan, yang diambil langsung oleh kamera 3D – dan bukan melalui proses konversi, serta deretan lagu yang diperdengarkan  ternyata mampu menjadi bagian terbaik dari film ini dan memberikan efek yang cukup mengagumkan. Sebuah film popcorn murni. Tidak lebih.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.