Review

Info
Studio : The Weinstein Company
Genre : Biography, Drama
Director : Lee Daniels
Producer : Lee Daniels, Cassian Elwes, Buddy Patrick, Laura Ziskin
Starring : Forest Whitaker, Oprah Winfrey, David Oyelowo, Elijah Kelley, Cuba Gooding, Jr., Lenny Kravitz

Selasa, 22 Oktober 2013 - 15:17:23 WIB
Flick Review : The Butler
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 3386 kali


Dwight D. Eisenhower. John F. Kennedy. Lyndon B. Johnson. Richard Nixon. Gerald Ford. Jimmy Carter. Ronald Reagan. Tujuh nama presiden Amerika Serikat yang jelas telah dikenal luas oleh masyarakat dunia. Namun, apakah Anda pernah mengenal nama Cecil Gaines? Film terbaru arahan sutradara Lee Daniels (Precious: Based on the Novel “Push” by Sapphire, 2009) justru sama sekali tidak membahas salah satu ataupun keseluruhan tujuh nama presiden Amerika Serikat tersebut. Lewat Lee Daniels’ The Butler, Daniels mengajak penontonnya untuk mengenal sosok Cecil Gaines, seorang kepala pelayan White House berkulit hitam yang melayani ketujuh nama presiden Amerika Serikat tersebut sekaligus hubungannya dengan setiap presiden, berbagai intrik dalam kehidupan pribadinya sekaligus masa pergerakan sipil warga Afrika-Amerika yang terjadi di tahun-tahun tersebut.

Dengan naskah yang ditulis oleh Danny Strong berdasarkan artikel The Washington Post karya Wil Haygood berjudul A Butler Well Served by This Election – tentang seorang pelayan di White House bernama Eugene Allen yang bekerja selama 34 tahun meskipun banyak bagian dalam film ini yang merupakan kisah fiksi, Lee Daniels’ The Butler mengawali kisahnya pada tahun 1920an – masa dimana warga kulit hitam Amerika Serikat masih diperlakukan sebagai warga kelas dua, bahkan sering menjadi sasaran tindakan kejahatan tanpa konsekuensi hukum oleh warga berkulit putih. Setelah ayahnya, Earl Gaines (David Banner), dibunuh oleh sang pemilik perkebunan kapas, Thomas Westfall (Alex Pettyfer), tempat ia bekerja dan menyebabkan ibunya, Hattie Pearl (Mariah Carey), menderita gangguan jiwa, Cecil Gaines muda (Aml Ameen) kemudian dirawat oleh pengurus perkebunan kapas, Annabeth Westfall (Vanessa Redgrave), yang kemudian melatihnya untuk menjadi pembantu di rumah mereka. Setelah beberapa tahun, Cecil memutuskan untuk segera pergi dari perkebunan kapas tersebut guna mencari kehidupan yang lebih baik.

Dalam perjalanannya, Cecil kemudian bekerja di sebuah toko roti dan dilatih secara khusus oleh sang pembantu utama toko, Maynard (Clarence Williams III). Maynard juga yang kemudian merekomendasikan nama Cecil untuk dipekerjakan di sebuah hotel mewah di Washington DC. Di kota tersebut, Cecil dewasa (Forest Whitaker) bertemu dan kemudian menikah dengan Gloria (Oprah Winfrey) serta memiliki dua putera, Louis (David Oyelowo) dan Charlie Gaines (Elijah Kelley). Karena kecekatan dan kecerdasannya dalam bekerja, Cecil berhasil mendapatkan pekerjaan di White House dan memulai tugasnya disana dengan melayani Presiden Dwight D. Eisenhower (Robin Williams). Jelas, kehidupan Cecil kini jauh dari masa penderitaan yang ia alami ketika ia kecil dahulu. Namun, di saat yang bersamaan, berbagai intrik kehidupan terus berusaha untuk mengguncang dirinya – termasuk Gloria yang berselingkuh dengan tetangganya, Howard (Terrence Howard), serta puteranya, Louis, yang terlibat dalam pergerakan sipil warga Afrika-Amerika yang cenderung sering berbuat anarki.

Sejujurnya, sama sekali tidak ada yang istimewa dalam Lee Daniels’ The Butler. Premis mengenai kehidupan seorang kepala pelayan White House yang melayani tujuh Presiden Amerika Serikat dalam jangka waktu lima dekade dieksekusi Lee Daniels dan penulis naskah Danny Strong dengan menggunakan pola pengisahan biopik yang telah terlalu banyak digunakan oleh film-film sejenis. Strong sendiri menggarap naskah cerita Lee Daniels’ The Butler sebagai paduan antara catatan sejarah Amerika Serikat dengan kisah pribadi dari karakter utama Cecil Gaines. Sayangnya, hanya penceritaan mengenai kehidupan pribadi karakter Cecil Gaines yang mampu tampil efektif dalam bercerita. Momen-momen sentimental yang dialami oleh karakter tersebut, baik ketika karakternya dikisahkan masih berada di perkebunan kapas maupun ketika ia harus berseteru dengan puteranya sendiri mengenai prinsip hidup mereka yang berbeda, mampu memberikan Lee Daniels’ The Butler sentuhan emosional yang terasa kurang tergali dengan baik di banyak bagian.

Kisah mengenai pergerakan hak sipil Afrika-Amerika yang digambarkan dalam Lee Daniels’ The Butler sendiri bukannya buruk. Namun, melalui perantaraan sudut panjang ketujuh presiden Amerika Serikat yang melalui masa-masa pergerakan tersebut, porsi penceritaan mengenai pergerakan hak sipil Afrika-Amerika tersebut menjadi sama sekali tidak pernah tergali dengan baik dan terkesan tidak utuh meskipun disajikan dengan durasi yang cukup panjang. Kisah yang kompleks namun terasa dieksekusi dengan terlalu sederhana dan lemah. Pun begitu, pada beberapa bagian dimana Daniels mencoba merekonstruksi berbagai peristiwa yang dialami oleh warga Afrika-Amerika di kala itu, Lee Daniels’ The Butler mampu tampil memberikan sebuah guratan kepedihan tentang sejarah kelam Amerika Serikat di masa lalu.

Daniels selalu memiliki kemampuan untuk mengeluarkan potensi terbaik dari para pengisi departemen aktingnya. Tidak mengherankan bila kemudian kekuatan utama dari Lee Daniels’ The Butler terletak pada penampilan jajaran pengisi departemen aktingnya yang mampu dengan sempurna menghidupkan setiap karakter yang mereka perankan. Meskipun karakter Cecil Gaines seringkali terlihat tenggelam oleh banyaknya konflik yang terjadi di sekitarnya, Forest Whitaker mampu memberikan kharisma yang luar biasa kuat bagi karakter tersebut dan membuatnya berhasil tampil kuat di setiap kehadirannya dalam jalan cerita. Penampilan kuat Whitaker juga mampu diimbangi Oprah Winfrey yang berperan sebagai istri karakter Cecil Gaines, Gloria. Winfrey, dalam penampilan akting perdana layar lebarnya setelahBeloved (1998), terlihat begitu meyakinkan sebagai seorang karakter istri dalam menempuh naik turunnya kehidupan pernikahan.

Tidak hanya Whitaker dan Winfrey, Lee Daniels’ The Butler juga mendapatkan dukungan akting yang sangat meyakinkan dari para pemeran pendukungnya. David Oyewolo yang berperan sebagai karakter Louis Gaines berhasil mengeksplorasi karakternya dengan baik dan menjadikannya sebagai karakter yang begitu menarik. Begitu juga dengan Cuba Gooding, Jr. dan Lenny Kravitz yang seringkali mencuri perhatian dalam peran mereka sebagai sahabat karakter Cecil Gaines. Diantara para penghuni White House, pasangan James Marsden dan Minka Kelly yang berperan sebagai John F. Kennedy dan Jackie Kennedy serta Alan Rickman dan Jane Fonda yang berperan sebagai Ronald dan Nancy Reagan memiliki penampilan yang lebih istimewa daripada karakter-karakter lainnya. Dan meskipun tampil dalam porsi penceritaan yang terbatas, penampilan Vanessa Redgrave dan Mariah Carey rasanya juga akan mampu memberikan kesan emosional yang mendalam bagi setiap penonton film ini.

Meskipun dengan kehadiran naskah cerita yang tergolong terlalu bertele-tele dalam penyampaian kisahnya, terlebih dengan banyaknya konflik yang ingin ditampilkan, Lee Daniels’ The Butler sama sekali tidak pernah tampil membosankan berkat kejelian Lee Daniels untuk menghadirkan kisahnya dengan ritme penceritaan yang efektif. Dukungan yang sama juga datang dari penampilan deretan pengisi departemen akting Lee Daniels’ The Butler, khususnya Forest Whitaker yang mampu mengisi sang karakter utama dengan kharisma yang begitu mengikat. Dengan durasi sepanjang 132 menit, Lee Daniels’ The Butler kadang terasa terlalu panjang dengan banyak bagian yang terasa kurang terlalu esensial untuk dihadirkan. Pun begitu, dengan garapan Daniels yang baik, Lee Daniels’ The Butler tetap mampu menjelma menjadi sebuah drama biopik yang cukup mapan dalam bercerita.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.