Masih ingat dengan Rectoverso yang dirilis beberapa bulan lalu? Di tengah-tengah banyaknya perilisan film Indonesia dengan pola penceritaan omnibus di kala itu, Rectoverso yang diarahkan oleh Olga Lydia, Rachel Maryam, Cathy Sharon, Happy Salma dan Marcella Zalianty berhasil mencuri perhatian tidak hanya karena kualitas penceritaan hasil adaptasi dari novel karya Dewi Lestari berjudul sama, penampilan akting serta pengarahan yang begitu kuat namun juga tata gambar besutan Cesa David Luckmansyah dan Ryan Purwoko yang berhasil menyatukan kelima cerita yang disajikan untuk bergerak dalam tata ruang emosional yang sama – sesuatu yang seringkali terlewatkan oleh kebanyakan film omnibus Indonesia lainnya. Dengan kekuatan-kekuatan tersebut, Rectoverso berhasil menjadi salah satu film omnibus terbaik yang pernah dirilis di industri film Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Jika kelima cerita Rectoverso diarahkan oleh lima aktris yang berbeda, maka, sebaliknya, Wanita Tetap Wanitamenghadirkan lima cerita dengan arahan dari empat aktor Indonesia: Didi Riyadi, Reza Rahadian, Teuku Wisnu dan Irwansyah. Seperti yang dapat ditebak dari judulnya, Wanita Tetap Wanita merupakan sebuah film yang mengusung tema cerita mengenai kehidupan para karakter wanita dengan latar belakang yang berbeda satu sama lain serta berbagai permasalahan yang mereka hadapi. Juga dihadirkan dengan gaya penceritaan interwoven, dimana satu kisah digambarkan bersinggungan dengan kisah yang lain, Wanita Tetap Wanita sebenarnya memiliki peluang untuk tampil menarik dengan berbagai kisah dan problematika wanita yang ditampilkannya. Sayang, ketidakmampuan para sutradara serta penata gambar untuk menyatukan kelima cerita tersebut dalam alur emosional kisah yang senada seringkali membuat Wanita Tetap Wanita terasa datar dalam bercerita dan gagal menggali deretan karakter yang hadir dalam setiap kisahnya.
Lima cerita yang mengisi Wanita Tetap Wanita dibuka dengan Cupcakes yang diarahkan oleh Didi Riyadi berdasarkan naskah cerita yang ditulis oleh Ilma Fathnufrida. Cupcakes berkisah mengenai usaha seorang gadis bernama Shana (Zaskia Sungkar) untuk dapat melupakan kenangan pahit akan tunangannya yang meninggalkan dirinya tepat di hari akan berlangsungnya pernikahan mereka dengan membuka sebuah toko cupcake. Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Lily Nailufar Mahbob, Reza Rahadian mengarahkan segmen kedua berjudul With or Without. Kisahnya sendiri bercerita mengenai Adith (Renata Kusmanto), seorang novelis populer yang diminta oleh editornya untuk menulis sebuah novel bertema romansa. Sebagai sosok yang sama sekali tidak lagi mempercayai cinta maupun hubungan romansa, jelas tugas tersebut menjadi tantangan berat bagi diri Adith. Namun, perkenalannya dengan seorang supir taksi yang juga sarjana filsafat bernama Rangga (Marcell Domits) mulai mengubah cara pandang Adith.
Kisah ketiga, First Crush yang ditulis oleh Hotnida Harahap dan diarahkan oleh Teuku Wisnu, berkisah mengenai pertemuan kembali Nurma (Revalina S. Temat) dengan mantan gurunya, Andy (Teuku Wisnu), yang dulu pernah begitu ia sukai. Pertemuan kembali tersebut kemudian menumbuhkan kembali rasa suka Nurma terhadap Andy… meskipun Nurma mengetahui bahwa Andy kini telah berkeluarga. Dua cerita terakhir sama-sama diarahkan oleh Irwansyah. Cerita keempat, Reach the Stars yang ditulis oleh Wina Aswir, mengisahkan tentang usaha seorang pramugari bernama Kinan (Shireen Sungkar) dalam mewujudkan mimpi ibundanya (Dewi Irawan) untuk berangkat haji. Sementara itu, kisah kelima, In Between yang ditulis oleh Yunya Larasati, menceritakan mengenai jatuh bangun seorang model bernama Vanya (Fahrani Empel) dalam menghidupi kedua adiknya, dimana salah seorang diantaranya merupakan seorang penderita autis yang membutuhkan perhatian khusus.
Harus diakui, lima cerita yang dihadirkan dalam Wanita Tetap Wanita hadir dalam kualitas penceritaan yang tidak terlalu istimewa – bahkan cenderung klise. Hal yang sama juga dapat dirasakan dari kekuatan pengarahan keempat sutradara deretan cerita tersebut. Sayangnya, kedua kelemahan tersebut diperparah dengan tata gambar yang sama sekali gagal untuk menempatkan aliran emosi kelima cerita dalam satu alur yang sejajar. Seringkali, kelima cerita Wanita Tetap Wanita tampil terlalu membaur satu sama lain sehingga memberikan kesan bahwa Wanita Tetap Wanita adalah sebuah pengisahan tunggal dengan lima alur cerita yang berbeda serta deretan karakter yang terlalu banyak. Hal ini pula yang membuat karakter-karakter dalam lima cerita yang mengisi Wanita Tetap Wanita terasa dangkal dan sulit untuk diidentifikasi satu sama lain sekaligus menghalangi jalan cerita untuk memberikan efek emosional yang kuat kepada penontonnya.
Untungnya, deretan pengisi departemen akting film ini mampu mengisi kurangnya suplai emosional dari sisi penceritaan. Meskipun beberapa masih terasa lemah – Teuku Wisnu yang tidak meyakinkan dalam melafalkan aksen Batak-nya, Irwansyah dan Marcell Domits yang tampil terlalu datar serta Shireen Sungkar yang terlihat kesulitan dalam menghadirkan sisi emosional dari karakter yang ia perankan – namun penampilan kuat dari Zaskia Sungkar, Fahrani Empel, Renata Kusmanto, Revalina S. Temat dan Dewi Irawan berhasil memberikan kesan yang tidak mengecewakan dalam usaha untuk menghidupkan setiap peran mereka. Dari sisi tata produksi, tata sinematografi arahan Regina Anandita serta tata musik arahan Anto Hoed dan Melly Goeslaw juga tampil baik meskipun masih jauh dari kesan istimewa.
Sayangnya, Wanita Tetap Wanita hadir dalam kualitas yang tidak lebih kuat daripada kualitas kebanyakan film omnibus yang banyak dirilis di industri film Indonesia – meskipun tren tersebut kini terlihat semakin menghilang. Selain hadir dengan tata penceritaan dan pengarahan yang sama sekali tidak dapat disebut sebagai istimewa, kualitas tata gambarWanita Tetap Wanita yang lemah dalam mengarungi kelima kisah yang dihadirkan harus diakui menjadi faktor kuat mengapa penceritaan Wanita Tetap Wanita kurang berhasil dalam menghantarkan sisi emosional deretan konflik dalam lima kisah di film ini. Tidak sepenuhnya buruk, namun Wanita Tetap Wanita tetap harus diakui gagal dalam mengeksplorasi berbagai potensi kisah yang sebenarnya mampu membuatnya tampil lebih kuat dalam bercerita.
Rating :