Do we need to watch another sequel to Kawin Kontrak? Well… dengan jumlah perolehan penonton yang diraih Kawin Kontrak (2008) dan Kawin Kontrak Lagi (2008) secara signifikan di masa perilisan kedua film tersebut – meskipunKawin Kontrak Lagi hadir dalam kualitas penceritaan yang terasa begitu dipaksakan, rasanya sangatlah tidak mengherankan untuk melihat Multivision Plus Pictures kemudian memutuskan untuk merilis sekuel kedua bagi Kawin Kontrak. Tidak seperti dua seri sebelumnya yang disutradarai oleh Ody C. Harahap, Kawin Kontrak 3 digawangi oleh Awi Suryadi (Loe Gue End, 2012) yang bersama dengan Totos Rositi juga menuliskan naskah cerita untuk film ini. Sayangnya, keberadaan Awi dan Totos sama sekali tidak memberikan kontribusi baru yang berarti pada presentasi cerita Kawin Kontrak 3. Menggunakan tema cerita dan guyonan yang familiar dengan dua seri sebelumnya, Kawin Kontrak 3 terasa begitu melelahkan dan berakhir tidak lebih sebagai sebuah komedi seks yang dangkal.
Tanpa kehadiran karakter Kang Sono yang diperankan oleh Lukman Sardi, jalan cerita Kawin Kontrak 3 diteruskan oleh karakter Gary (Gary Iskak), seorang artis yang juga dikisahkan sebagai penerus posisi Kang Sono untuk menjadi seorang makelar kawin kontrak bagi para pria yang membutuhkan. Untuk seri kali ini, para pria yang dikisahkan membutuhkan layanan makelar kawin kontrak tersebut adalah tiga sahabat, Dani (Ferry Ardiansyah), Itol (Albert Halim) dan Cheppy (Abdurrahman Arif). Perkenalan mereka dengan Gary berawal dari usaha Itol dan Cheppy untuk menemukan seorang wanita untuk menghibur Dani – dan diri mereka sendiri – yang baru saja ditinggalkan kekasihnya. Walau awalnya menolak, Dani akhirnya turut serta bersama kedua sahabatnya untuk menemui Gary.
Oleh Gary, Dani, Itol dan Cheppy dibawa ke Desa Sukasararean dan diperkenalkan dengan Bunda Jahe (Anne J. Coto) dan anaknya, Oyib (I Made Verdy Bhawanta), yang mengelola bisnis kawin kontrak di desa tersebut. Tidak butuh waktu lama bagi Itol dan Cheppy dalam menemukan gadis yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sayangnya, tidak begitu dengan Dani. Kenangan akan kekasih yang telah meninggalkannya masih begitu berbekas di hatinya dan membuatnya tidak mampu berpaling ke gadis lain… sampai akhirnya ia bertemu dengan Dinda (Nadia Vella). Nama dan perawakan tubuh yang mirip dengan mantan kekasihnya membuat Dani lantas berusaha untuk mendekati Dinda. Namun, sebuah pengalaman pahit yang dialami oleh Dinda kemudian menjadi penghalang bagi Dani untuk dapat berkenalan lebih lanjut dengan gadis tersebut.
Sama sekali tidak ada yang salah dengan mengeksoplorasi (atau mengeksploitasi?) berbagai adegan maupun dialog yang bernada seksual di dalam jalan penceritaan sebuah film. Hal ini, tentu saja, jika dibarengi dengan kemampuan sang sutradara maupun penulis naskah untuk dapat menyajikan adegan maupun dialog berkonotasi seksual tersebut dengan cara yang berkelas. Well… apa yang disajikan oleh Awi Suryadi dan Totos Rositi dalam Kawin Kontrak 3 sama sekali jauh dari kesan berkelas. Bahkan dapat disebut sebagai sebuah usaha yang putus asa dan murahan dalam mengeksploitasi berbagai unsur seksual untuk dapat menghadirkan tawa dari penontonnya. Karakter-karakter wanita dihadirkan murni hanya sebagai objek seksual bagi karakter pria sementara karakter-karakter pria murni hanya disajikan sebagai karakter yang tidak mampu memikirkan hal lain selain berusaha untuk memuaskan nafsu syahwatnya. Begitu dangkal dan sangat mengganggu.
Selain naskah cerita dan pengarahan yang memiliki kualitas begitu menyedihkan, jajaran pengisi departemen aktingKawin Kontrak 3 juga tampil dengan penampilan yang tak kalah buruknya. Kesalahan memang tidak dapat dibebankan sepenuhnya kepada para jajaran pemeran film ini. Awi Suryadi dan Totos Rositi menyediakan ruang yang begitu sempit untuk pengembangan karakter-karakter yang hadir di dalam jalan cerita yang mereka bangun. Namun, tetap saja, penampilan Ferry Ardiansyah dan Nadia Vella yang begitu datar, trio Gary Iskak, Albert Halim dan Abdurrahman Arif yang berlebihan dalam menampilkan akting mereka hingga I Made Verdy Bhawanta yang tampil begitu mengganggu dalam setiap kehadiran karakternya pada jalan cerita membuat setiap menit durasi perjalanan Kawin Kontrak 3 terasa begitu menyakitkan.
So… Do we really need to watch another sequel to Kawin Kontrak? Dengan kualitas yang ditawarkan oleh Awi Suryadi dalam Kawin Kontrak 3, jawabannya mungkin cukup jelas: tidak. Keberadaan Awi Suryadi dan Totos Rositi yang menggantikan duo sutradara dan penulis naskah, Ody C. Harahap dan Joko Nugroho, dari dua seri Kawin Kontraksebelumnya ternyata sama sekali tidak memberikan angin segar pada seri film ini. Baik Awi dan Totos hanya mengulang formula yang telah diterapkan oleh seri-seri sebelumnya namun tanpa adanya kemampuan untuk mengeksplorasi formula yang telah terasa usang tersebut dengan tambahan intrik maupun guyonan yang setidaknya dapat membuatKawin Kontrak 3 terasa tetap menghibur. Kawin Kontrak 3 jelas adalah sebuah bencana dari segi kualitas dan seharusnya menjadi bagian terakhir dari seri film Kawin Kontrak yang telah kehilangan kesegaran dan daya tariknya.
Rating :