Adam Wingard bisa disebut sebagai salah satu sutradara horor terkemuka masa kini dan memiliki filmografi yang cukup mengesankan. Bahkan film panjang keduanya, A Horrible Way to Die (2010) mungkin sudah dianggap cult oleh sebagian orang. Kreasi terbarunya, You're Next, merupakan sebuah slasher-horor yang bisa saja akan memuaskan banyak penggemar sub-genre ini, namun bukan berarti hadir tanpa beberapa catatan.
Skrip yang dikerjakan oleh Simon Barret, sebagaimana kebanyakan slasher, masih mendaur ulang kisah Ten Little Indians dari Agatha Christie yang dipadu-padan dengan home invasion ala The Desperate Hours. Sebuah keluarga yang cukup berada melakukan reuni di sebuah rumah yang terletak di daerah yang cukup terpencil. Mereka terdiri atas sepasang suami istri, Paul (Rob Moran) dan Aubrey (Barbara Crampton) beserta anak-anak mereka Drake (Joe Swanberg), Crispian (A.J. Bowen), Felix (Nicholas Tucci) dan Aimee (Amy Seimetz) yang membawa pasangan masing-masing.
Sedari awal, kita sudah mengerti jika sebagian besar dari karakter ini akan menemui kematian mereka dengan menggenaskan. Hal yang tidak terhindarkan dari sebuah film slasher. Dan sang pembantai berujud dalam tiga sosok asing bertopeng binatang yang meneror mereka tanpa alasan yang jelas.
Oke, coret hal tadi. Mereka tentunya memiliki motif. Namun, apakah motif mereka beraspek psikologis atau material, itu lain masalah. Dan lupakan twist yang lebih pantas berada di opera sabun tengah hari. Yang penting bagaimana ketiga sosok ini menggedor para korban mereka dengan kejam dan sadis sekaligus membuat kita menjerit dalam kaget, dan terkadang takut.
Pengarahan Wingard pada beberapa bagian memang cukup efektif dalam menciptakan efek suram dan kelam. Bahkan beberapa adegan pembunuhan cukup berhasil dalam menimbulkan rasa miris. Akan tetapi, Wingard terlalu setia pada pakem genre ini sehingga pada banyak bagian mereka justru jatuh pada ranah streotipe yang tertebak.
Belum lagi sebagian besar karakter dalam film ini, termasuk para pembunuhnya, cukup dungu dan mengesalkan, sehingga kita tidak mudah berempati dengan mereka dan bahkan cenderung bersorai-sorai saat mereka menemui ajal, alih-alih miris dan sedih.
Untunglah film ini masih punya Sharni Vinson (Step Up 3D, Bait 3D) yang berperan sebagai sosok final girl. Erin, demikian nama karakternya, bukan calon korban slasher biasanya. Ia memiliki kecerdasan dan kelincahan yang niscaya akan membuat para pembunuh di film ini akan merasa menyesal telah menyatroni si rumah besar.
Ini tentunya sebuah variasi yang segar di tengah pola film slasher yang sekarang cenderung mandeg. Untungnya (lagi), Vinson pun memainkan karakternya dengan cukup solid. Ia mampu terlihat tegar namun juga rapuh, sehingga kita, penonton, peduli dengan karakternya dan berteriak gembira saat ia melawan balik.
Kelebihan lain adalah bagaimana komedi menjadi polesan dalam ketegangan yang dibangun. Terkadang komedi yang disampirkan terasa self-referential, meski pada akhirnya kejenakaan hadir bukan untuk mentertawakan atau memparodikan subgenre yang diusung oleh film ini, melainkan bagian dari ritme filmnya sendiri. Yah, tidak semua film horor bisa seefektif Scream atau The Cabin in the Woods misalnya dalam hal ini.
Yang paling menarik dari You're Next adalah bagaimana film mengakomodir dialog-dialog ala mumblecore di dalamnya, yang mungkin dapat dirasakan di adegan makan malam, terutama saat Swanberg (Hannah Takes the Stairs, Drinkin Buddies) mengkonfrontir karakter yang dimainkan oleh rekan sesama sutradara indie, Ti West (The House of the Devil, The Innkeepers) tentang skena dokumenter bawah tanah. Bagi yang mengerti konteksnya, ini akan menjadi satir yang menggelitik.
Dengan judul seperti You're Next dan karakter final girl yang "berpengalaman" seperti Erin, film ini sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi semacam meta film bagi subgenre slasher. Apalagi Wingard mengajak aktris veteran di genre horor, Barbara Crampton (Re-Animator, Chopping Mall, Puppet Master) untuk mendukungnya. Sayangnya You're Next tidak lain merupakan horor-slasher kesekian yang lewat di hadapan kita tanpa memberikan sesuatu yang penting.
Meski begitu, sebagai sebuah film hiburan, ia cukup sukses dalam menjalankan tugasnya.
We scream. We laugh.
Rating :