Review

Info
Studio : Rumah Kreatif 23
Genre : Comedy
Director : Reka Wijaya
Producer : Erna Pelita
Starring : Sule, Poppy Sovia, Rizky "Sule", Mpok Nori, Joehana Sutisna

Senin, 18 Maret 2013 - 23:59:43 WIB
Flick Review : Sule Detektif Tokek
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 2961 kali


Meskipun Anda bukanlah penggemar tayangan serial komedi televisi Opera Van Java yang masih tayang dan sukses hingga saat ini atau bahkan bukanlah penggemar dirinya sekalipun, rasanya akan sulit untuk menyangkal bahwa Sule adalah seorang komedian yang memiliki daya tarik dan kemampuan komikal yang sangat kuat. Lewat daya tarik itulah komedian bernama asli Entis Sutisna tersebut mampu membuat menit-menit presentasi film Arwah Kuntilanak Duyung (2011) dan Sule, Ay Need You (2012) yang memiliki naskah penceritaan yang lemah menjadi… well… sedikit terasa kurang menyiksa ketika disaksikan. Sayangnya, Sule justru kemudian terjebak dengan naskah-naskah cerita yang sepertinya murni hanya mengandalkan kemampuan komikalnya tanpa pernah berusaha meningkatkan sisi penceritaan lainnya. Sule Detektif Tokek adalah contoh terbaru bagi kekurangan Sule tersebut.

Sule Detektif Tokek sendiri pada awalnya mungkin dimaksudkan untuk menjadi semacam spy comedy seperti Johnny English (2003), seri Austin Powers (1997 – 2002) atau bahkan Benyamin Spion 025 (1974) yang dahulu popular berkat penampilan apik komedian Benyamin S. Sayangnya, Reka Wijaya (Tarzan ke Kota, 2008) sebagai seorang sutradara yang juga bertanggung jawab sebagai penulis naskah bersama Angling Sagaran tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk mengelola kisah bertema detektif yang bernafaskan komedi. Hasilnya, pada kebanyakan bagian kisahnya, Sule Detektif Tokek gagal mengembangkan penceritaan yang bertema kisah detektif tersebut dan hanya memanfaatkannya sebagai penghantar deretan guyonan slapstick dangkal yang jauh dari kesan menghibur.

Filmnya sendiri berkisah mengenai seorang pria, Sule (Sule), yang meskipun dalam keseharian tampil dalam penampilan yang kurang meyakinkan, namun memiliki profesi sebagai seorang detektif swasta. Atau setidaknya hal itulah yang berusaha ia lakukan. Suatu hari, Sule kemudian mendapatkan telepon dari Marina (Poppy Sovia) yang menugaskan dirinya untuk mencari tokek kesayangannya yang hilang. Marina sendiri mencurigai bahwa tokeknya tersebut telah dicuri oleh orang suruhan Mr. Bete (Joehana Sutisna) karena kekesalan dirinya akibat tokek milik Marina mampu mengalahkan tokeknya dalam sebuah ajang penghargaan. Mr. Bete sendiri yang mengetahui bahwa jejaknya telah tercium oleh Sule lalu mengambil jalan pintas dengan menculik anak Sule, Iki (Rizky “Sule”), untuk memaksa Sule agar menyerah dalam menyelidiki kasus tersebut.

Tidak ada yang istimewa dalam presentasi cerita Sule Detektif Tokek. Dapat ditebak dengan mudah, mengiringi perjalanan karakter Sule dalam menemukan tokek yang hilang, film ini akan menghadirkan deretan guyonan slapstick yang khas dalam rangka berusaha untuk menghasilkan tawa dari para penontonnya. Dan gagal! Masalah terbesar dari Sule Detektif Tokek adalah baik Reka Wijaya maupun Angling Sagaran sepertinya sama sekali tidak berniat untuk menghadirkan sebuah jalinan kisah yang utuh. Dari menit film ini dimulai sampai dengan berakhir kisah penceritaan Sule Detektif Tokek terlihat bagai rangkaian sketsa komedi yang dipaksa bergabung untuk menjadi satu. Kelemahan tersebut kemudian jelas membuat sangat mudah untuk melihat banyaknya ketidakberaturan linimasa penceritaan dalam naskah cerita film ini.

Karakter-karakter yang disajikan juga terlihat sangat standar. Khas film-film sejenis namun gagal untuk mendapatkan penggalian yang kuat – bahkan termasuk dari karakter utama cerita film ini sendiri. Hanya penampilan dari jajaran pemeran film inilah yang mampu membuat karakter-karakter dangkal tersebut masih mampu untuk beberapa kali tampil menghibur, khususnya penampilan dari Sule serta Mpok Nori dan Joehana Sutisna yang mampu mencuri perhatian dalam setiap kehadirannya. Beberapa karakter pendukung lainnya juga tampil tidak mengecewakan meskipun akan ada banyak pertanyaan mengenai apa sebenarnya kegunaan karakter yang diperankan oleh Uli Auliani dalam jalan cerita film ini.

Reka melakukan sedikit inovasi dalam tata visual film ini. Daripada menyajikannya dalam pewarnaan yang standar, Reka menghadirkan cerita Sule Detektif Tokek dalam rangkaian pewarnaan a la komik – mungkin akan mengingatkan sebagian penonton pada presentasi film Mama Cake pada tahun lalu. Usaha yang cukup baik sebenarnya. Namun ketika tampilan visual tersebut terkesan sama sekali tidak berguna kehadirannya – dan membuatnya menjadi sekedar teknik untuk menyembunyikan kelemahan jalan cerita yang benar-benar tidak dapat diselamatkan lagi, sajian tersebut dengan cepat berubah menjadi sebuah tampilan yang membosankan dan sia-sia saja.

Presentasi jalan cerita Sule Detektif Tokek sebenarnya dapat saja terasa lebih mengena dan menghibur jika Reka Wijaya mau untuk lebih memfokuskan penceritaan film ini pada kisah detektif yang dijalani sang karakter utama daripada berusaha keras untuk menyajikan tampilan visual yang berbeda maupun guyonan-guyonan slapstick yang jelas berniat untuk menghasilkan tawa penontonnya. Beberapa adegan dan dialog masih mampu menghadirkan momen komedi. Namun dibandingkan dengan durasi 75 menit yang harus dilalui penonton dalam menyaksikan film ini, rasanya momen-momen komedi dalam jumlah minim tersebut tidak akan berhasil membuat Sule Detektif Tokek lantas menjadi menyenangkan untuk diikuti secara keseluruhan.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.