Ketika Anda membuat sebuah film yang berkisah mengenai sekelompok manusia yang hidupnya terancam oleh kawanan ikan hiu, tentu saja Anda akan mendapatkan perbandingan langsung dengan beberapa film bertema sama yang pernah dirilis sebelumnya: entah itu dibandingkan dengan ketegangan yang mampu dihasilkan Steven Spielberg dalam Jaws (1975) yang legendaris itu atau Deep Blue Sea (1999) yang walaupun bukanlah sebuah karya berkualitas tinggi namun sangat menyenangkan untuk disaksikan atau… mendapatkan perbandingan dengan Shark Night (2011) yang datar dan jauh dari kesan mengesankan. Bait, sebuah film horor arahan sutradara Kimble Randall, mencoba untuk menghadirkan sesuatu yang baru dalam film teror ikan hiu-nya: ikan hiu yang berada dalam sebuah pusat perbelanjaan! Terdengar inovatif? Well… seandainya Randall juga mampu bercerita se-inovatif ide gila yang dia miliki tersebut, mungkin Bait akan dapat lebih mudah dinikmati banyak penontonnya.
Bait dibuka dengan hiruk pikuk suasana yang terjadi di sebuah pusat perbelanjaan yang terletak dekat dengan wilayah pantai. Di saat tersebut, film ini mulai mengenalkan beberapa karakternya, seperti seorang pemuda bernama Josh (Xavier Samuel) yang di hari itu bertemu kembali dengan mantan tunangannya, Tina (Sharni Vinson), seorang gadis muda bermasalah, Jaime (Phoebe Tonkin), yang di hari itu kedapatan mengutil dan lantas diserahkan kepada ayahnya yang juga seorang polisi, Todd (Martin Sacks), serta pasangan muda, Kyle (Lincoln Lewis) dan Heather (Cariba Heine), yang menghabiskan hari mereka dengan bercinta di pelataran parkir bawah tanah pusat perbelanjaan tersebut.
Hari yang seharusnya berjalan seperti hari-hari biasa dalam keseharian para karakter tersebut kemudian berubah ketika sebuah gempa terjadi yang disusul dengan datangnya gelombang tsunami yang menyapu seluruh kota, termasuk orang-orang yang berada di pusat perbelanjaan tersebut. Beberapa saat setelah terjadinya tsunami, sekelompok karakter tersebut tersadar bahwa mereka terjebak di dalam pusat perbelanjaan tersebut dan tidak bisa melakukan apapun karena lokasi terdamparnya mereka telah terisolir dari dunia luar. Namun… bagian terburuk bukanlah karena mereka harus duduk dan menunggu datangnya bala bantuan. Tsunami ternyata telah membawa dua ekor hiu berukuran raksasa dan kini siap untuk memangsa mereka satu persatu.
Anda mungkin tidak akan percaya hal ini… tapi… diperlukan enam orang untuk dapat menuliskan naskah cerita film ini! Enam orang yang hanya menghasilkan 91 menit durasi penceritaan mengenai sekelompok orang yang terdampar di sebuah lokasi sambil memperjuangkan hidup mereka dalam melawan keganasan dua ekor hiu raksasa! Bait tentu saja dapat diarahkan menjadi sebuah film thriller kelas dua yang hanya mengandalkan tumpahan darah para karakternya untuk tetap mampu membuat penonton merasa senang dalam menyaksikan film ini. Sayangnya… Bait justru terlihat dieksekusi sebagai sebuah drama serius, dimana jalan ceritanya menawarkan kisah mengenai romansa, pengorbanan dan rasa kemanusiaan yang akhirnya tak satupun mampu dikelola dengan baik. Hasilnya, detik-detik penceritaan Bait menjadi begitu datar dengan jalan cerita yang klise, bodoh dan cenderung melelahkan.
Oh. Setingkat dengan kualitas jalan ceritanya yang menyedihkan, penampilan para jajaran pengisi departemen akting film ini juga sama tidak mengesankannya. Karakter-karakter mereka yang telah tertulis dengan demikian dangkal bertambah menjadi begitu mengesalkan dengan kemampuan akting yang kadang berlebihan dan kadang terlihat kaku yang mereka hasilkan di sepanjang film ini. Satu-satunya yang cukup mampu memberikan kualitas yang lumayan di sepanjang presentasi Bait adalah tatanan visual film ini yang setidaknya masih mampu menghadirkan efek khusus yang cukup meyakinkan dalam menggambarkan dua hiu raksasa serta suasana tsunami yang mencekam.
Well… sejujurnya mungkin tidak akan ada yang menyangkal bahwa kualitas yang dihadirkan Kimble Rendall dalam film ini adalah kualitas yang telah diharapkan banyak orang ketika mengetahui premis film ini. Namun, Rendall jelas memiliki opsi untuk mengubah Bait menjadi sebuah thriller kelas dua yang konyol namun masih sangat menyenangkan untuk dilihat. Sayangnya hal tersebut gagal untuk dicapai. Daripada berusaha untuk menghadirkan banyak momen-momen berdarah dan menegangkan, Rendall justru berusaha menjadikan Bait sebagai sebuah film dengan jalan penceritaan yang terlalu serius… dan kemudian gagal mengeksekusinya dengan baik. Penampilan medioker para pemerannya juga tidak membantu. Bait dapat saja diarahkan untuk menjadi sebuah film thriller konyol yang menyenangkan, namun lebih sering berakhir sebagai sebuah film konyol yang datar dan sangat mengesalkan.
Rating :