Review

Info
Studio : 20th Century Fox
Genre : Action, Crime, Thriller
Director : John Moore
Producer : Alex Young
Starring : Bruce Willis, Jai Courtney, Sebastian Koch, Mary Elizabeth Winstead, Yuliya Snigir

Selasa, 12 Februari 2013 - 07:58:15 WIB
Flick Review : A Good Day to Die Hard
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 2650 kali


Enam tahun setelah seri terakhir dalam franchise Die Hard, Live Free or Die Hard (2007) yang disutradarai oleh Len Wiseman, John McClane kembali lagi untuk mencari lebih banyak permasalahan lewat A Good Day to Die Hard – seri kelima dalam franchise Die Hard yang kali ini disutradarai oleh John Moore (Max Payne, 2008) dengan naskah cerita yang ditulis oleh Skip Woods (The A Team, 2010). Well… mereka yang mengikuti atau bahkan menggemari deretan petualangan John McClane jelas telah mengetahui dengan pasti mengenai apa yang akan mereka dapatkan dari seri ini. Pun begitu, rasanya tidak akan ada yang dapat menyangkal bahwa dengan penulisan jalan cerita dan karakter yang begitu dangkal pada seri kali ini, A Good Day to Die Hard terasa begitu melelahkan untuk disaksikan bahkan ketika Moore berusaha keras untuk menghadirkan deretan adegan aksi yang spektakuler untuk menutupi kelemahan tersebut.

Dalam A Good Day to Die Hard, John McClane (Bruce Willis) melakukan perjalanan ke Moscow, Rusia, untuk membantu puteranya, Jack (Jai Courtney), yang menjadi tersangka dalam sebuah kasus pembunuhan. Jack sendiri ternyata sedang dalam misi rahasia yang ia kembangkan bersama pihak Central Intelligence Agency dan sengaja melakukan tindakan pembunuhan tersebut untuk mendekati Yuri Komarov (Sebastian Koch), seorang tahanan politik yang dinilai CIA berpotensial untuk membantu mereka untuk menangkap seorang pejabat tinggi pemerintahan Rusia, Chagarin (Sergei Kolesnikov), yang diduga memiliki keterlibatan dalam sebuah kasus kejahatan tingkat tinggi.

Chagarin sendiri tentu saja tidak tinggal diam ketika mengetahui bahwa Yuri Komarov memegang sebuah dokumen penting mengenai keterlibatannya dalam tindakan kejahatan tersebut. Dalam sebuah aksinya, Chagarin memerintahkan anak buahnya untuk membunuh Yuri Komarov – sebuah tindakan yang akhirnya turut menyeret Jack dan John dalam sederetan serangan yang sangat mematikan. Seperti biasa, John jelas tidak akan tinggal diam melihat keselamatan nyawa diri dan anaknya terancam begitu saja. Walau hubungan antara dirinya dan Jack tidaklah akur, John akhirnya mulai menyusun rencana bersama dengan Jack untuk melepaskan diri mereka dari teror tersebut.

Sohere’s the thing. Ketika banyak orang menyangka bahwa dengan menuanya usia Bruce Willis maka franchise Die Hard akan sukar untuk menarik para penonton dari generasi baru, Len Wiseman berhasil memberikan kesegaran baru bagi franchise tersebut dengan Live Free or Die Hard yang mampu memadukan sajian aksi yang kuat, dialog bernuansa komedi yang cukup kental di banyak bagian ceritanya serta deretan karakter pendukung yang mampu mengimbangi kuatnya kharisma karakter John McClane yang masih dimainkan oleh Bruce Willis. Live Free or Die Hard jelas bukanlah sebuah presentasi film aksi terbaik yang pernah ada. Namun film keempat dalam seri franchise Die Hard tersebut jelas mampu memberikan momen-momen hiburan aksi terbaik bagi para penggemar film-film sejenis

Sayangnya, keseluruhan presentasi yang terdapat dalam A Good Day to Die Hard bergerak di arah yang berlawanan dengan Live Free to Die Hard. Dengan naskah cerita yang dihasilkan oleh Skip Woods, A Good Day to Die Hard tampil hanyalah sebagai alat untuk memberikan ruang bagi Bruce Willis sebagai seorang bintang aksi yang telah menua untuk melakukan berbagai tindakan aksi yang berlebihan – sama seperti yang dilakukan The Last Stand bagi Arnold Schwarzenegger serta dua seri The Expendables (2010 – 2012) bagi para deretan pemerannya. Selebihnya, A Good Day to Die Hard tidak pernah mampu tampil menarik dengan mengisi setiap celah penceritaannya dengan pengembangan karakterisasi yang sangat dangkal serta plot cerita yang lebih mengutamakan adegan aksi yang berlebihan daripada penceritaan yang terasa berjalan alami.

Kehadiran karakter putera John McClane dalam A Good Day to Die Hard sendiri sebenarnya memberikan ruang bagi Woods untuk memberikan sebuah kisah pendukung mengenai hubungan yang terjalin antara karakter ayah dan anak. Mungkin Woods tidak ingin mengulang jalinan kisah yang ssebelumnya pernah disentuh dalam Live Free or Die Hard namun Woods tidak pernah berhasil menghantarkan sebuah penggalian karakter yang cukup mendalam untuk membuat penonton merasa yakin dengan hubungan darah yang terjalin antara karakter John McClane dan anaknya. Keduanya tampil dalam karakterisasi yang begitu dingin dan sukar untuk mudah disukai.

Kedangkalan penggalian jalan cerita dan karakter dalam A Good Day to Die Hard jelas memberikan pengaruh tersendiri kepada bagaimana setiap masing-masing pengisi departemen akting memberikan kontribusi mereka terhadap film ini. Nama-nama seperti Bruce Willis, Jai Courtney hingga Sebastian Koch, Radivoje Bukvic dan Yuliya Snigir  jelas tidak dapat berbuat banyak untuk membuat kehadiran karakter mereka begitu berarti kehadirannya. Mereka masih mampu tampil dalam kapasitas yang tidak mengecewakan. Namun dengan penggalian karakterisasi yang dikesampingkan demi kehadiran adegan aksi yang bombastis, hanya sedikit yang dapat dilakukan jajaran pemeran film ini untuk membantu meningkatkan kualitas penampilan jalan cerita film ini secara keseluruhan.

A Good Day to Die Hard sebenarnya memiliki banyak peluang untuk hadir sebagai film aksi yang dipenuhi deretan adegan aksi dan ledakan yang bombastis namun tetap mampu tampil sejalan dengan kualitas penceritaan yang berarti. Namun sayangnya, penulis naskah Skip Woods tidak memiliki kemampuan yang handal untuk melakukan penggalian tersebut. John Moore sepertinya sadar akan kekurangan tersebut dan akhirnya memilih untuk menutupi lubang-lubang dalam jalan penceritaan filmnya melalui kehadiran deretan adegan aksi yang begitu luar biasa. Begitu mampu untuk memicu adrenalin pada awalnya namun secara perlahan mulai terasa melelahkan ketika dihadirkan secara terus menerus dan tanpa kemampuan untuk menghadirkan jalan cerita yang lebih menarik. Sebuah presentasi yang jelas jauh dari mengesankan.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.