Review

Info
Studio : Maxima Pictures/Dreamscape Pictures
Genre : Thriller
Director : Rizal Mantovani
Producer : Ody Mulya Hidayat, Yoen K
Starring : Tamara Bleszynski, Darius Sinathrya, Kimberly Ryder, Edward Akbar, Stefan William

Senin, 04 Februari 2013 - 01:07:41 WIB
Flick Review : Air Terjun Pengantin Phuket
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 4348 kali


Merupakan sekuel dari Air Terjun Pengantin (2009), Air Terjun Pengantin Phuket berkisah mengenai kehidupan Tiara (Tamara Bleszynski) selepas beberapa tahun setelah peristiwa tragis yang menewaskan teman-teman sekaligus kekasihnya seperti yang diceritakan pada seri film sebelumnya. Kini, Tiara mulai menemukan kembali ketenangan dalam hidupnya setelah dirinya pindah dan tinggal di sekitar keindahan Pantai Phuket, Thailand. Bersama dengan sahabatnya, Lea (Laras Monca), Tiara membuka sebuah bar kecil yang mulai ramai dikunjungi para pendatang di daerah tersebut. Tidak melupakan masa lalunya yang kelam begitu saja, Tiara juga memperkuat pertahanan diri dengan mendalami olahraga bela diri Thai Boxing yang dilakukannya sebagai persiapan jika saja ada bahaya yang kembali dapat mengancam kehidupannya di masa yang akan datang.

Kepergian Tiara dari Indonesia sendiri ternyata masih meninggalkan rasa rindu pada beberapa kenalan lamanya, termasuk kepada Alan (Darius Sinathrya), mantan kekasih Tiara yang ternyata masih memendam rasa suka terhadap gadis tersebut. Kerinduan Alan terhadap Tiara itulah yang kemudian membuatnya mengajak keponakannya, Maureen (Kimberly Ryder), bersama dengan dua orang temannya, Kenny (Stefan William) dan Aida (Una Putri), untuk berlibur ke Phuket dan sekaligus mengunjungi Tiara. Melihat kedatangan teman-teman Tiara, Lea lalu menyusun sebuah rencana untuk mengajak mereka berkeliling melintasi pulau-pulau kecil yang terdapat di sekitar Pantai Phuket. Sialnya, ketika mereka berada di satu pulau terpencil, rentetan teror mulai terjadi kepada mereka… sebuah rentetan teror dari masa lalu yang sepertinya kembali datang untuk menghantui Tiara.

Wellyou know what they say: don’t ever change the winning formula. Dan Rizal Mantovani sepertinya berpegang teguh dengan prinsip tersebut. Atau malah terlalu malas untuk mengembangkan imajinasinya dalam menghasilkan sebuah karya baru. Dengan naskah cerita yang kembali ditulis oleh Alim Sudio, Air Terjun Pengantin Phuket jelas adalah carbon copy dari Air Terjun Pengantin dari berbagai sudut penceritaan, penulisan karakter hingga deretan konflik yang dihadirkan. Satu-satunya ‘kreativitas’ baru yang mampu dihasilkan oleh Rizal dan Alim adalah dengan memindahkan latar belakang lokasi cerita menjadi di Pantai Phuket, Thailand – yang, by the way, tetap diisi dengan karakter-karakter lokal yang (secara kebetulan) begitu fasih dalam berbahasa Indonesia.

Layaknya kebanyakan film-film slasher popcorn lainnya, Air Terjun Pengantin Phuket mungkin meminta penontonnya untuk tidak terlalu melibatkan logika mereka agar dapat benar-benar menikmati jalan cerita film ini. Duduk dan perhatikan bagaimana film tersebut menyajikan deretan kematian dengan cara yang begitu menghentak dan menghibur. Sayangnya, amunisi itulah yang jelas terasa hilang dari dalam jalan cerita film ini. Daripada merasa terhibur dengan kejutan-kejutan yang dihadirkan oleh film ini, penonton sepertinya akan lebih cenderung merasa terus menerus dibodohi dengan adegan-adegan yang begitu dangkal, dialog-dialog yang seringkali terdengar konyol hingga karakter-karakter yang memang lebih pantas segera menemui kematian mereka daripada terus dipertahankan untuk hidup. Jangan tanyakan soal konsistensi penceritaan film ini. Rizal dan Alim secara seenaknya menghadirkan dan menghilangkan adegan maupun karakter di sepanjang film tanpa pernah memberikan kejelasan yang pasti mengenai apa fungsi sebenarnya dari karakter tersebut di dalam jalan cerita – kecuali untuk mati di adegan berikutnya, tentu saja.

Dan jangan pernah tertipu dengan keindahan paras aktor dan aktris yang mengisi departemen akting film ini. Tidak satupun diantara mereka yang benar-benar mampu berakting dengan baik di sepanjang penceritaan Air Terjun Pengantin Phuket. Tamara Bleszynski jelas hanya mengulang peran, teriakan dan berbagai ekspresi yang pernah ia tampilkan dalam Air Terjun Pengantin… namun kali ini dalam porsi yang tidak terlalu dramatis dan meyakinkan. Tamara bahkan tidak tampil berbikini dalam film ini. Boo! Catatan kecil dari sisi teknis film ini muncul ketika tim tata rias – atau tata Photoshop – film ini memberikan efek mulus yang terlalu berlebihan kepada wajah Tamara. Tidak hanya menghilangkan guratan usia dari wajah sang pemeran utama – yang membuat usianya terlihat jauh lebih muda dari Kimberly Ryder, namun mereka juga berhasil menghilangkan segala ekspresi kehidupan dari wajah Tamara. Geez.

Sementara nama-nama lain seperti Kimberly Ryder, Laras Monca dan Una Putri jelas menggantikan posisi Tyas Mirasih, Jenny Cortez dan teman-temannya dari seri yang lalu untuk memberikan kenikmatan surgawi bagi pandangan kaum Adam. Yep. Peran mereka terbatas hanya sampai disitu. Oh… selain menjadi korban juga tentunya. Stefan William adalah Stefan William. Namun menjadi Stefan William jelas masih lebih baik daripada menjadi Edward Akbar yang jelas-jelas sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk berakting. Dan Ray Sahetapy… yang hadir dalam peran yang benar-benar tidak dapat dijelaskan fungsi keberadaannya dan jelas sangat jauh dibawah talenta akting yang dimiliki oleh aktor senior tersebut.

Soyah… seperti yang dicerminkan oleh judul film ini, Air Terjun Pengantin Phuket jelas hanyalah sebuah modifikasi kecil dari seri pendahulunya, Air Terjun Pengantin: masih dari tangan sutradara yang sama, ditulis oleh penulis naskah yang sama, karakter utama yang sama, karakter pendukung yang kegunaannya sama, konflik yang sama namun dengan latar belakang lokasi yang berbeda. Singkatnya, Air Terjun Pengantin Phuket adalah sebuah sekuel yang jelas meniru kualitas menyedihkan dari  seri pendahulunya. Bodoh, dangkal, klise dan jelas-jelas jauh dari kesan sebuah film yang menyenangkan untuk disaksikan.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.