Well… sometimes, you can actually judge a book by its cover. Dan ketika Anda memilih untuk menyaksikan sebuah film dengan desain poster seperti yang digunakan film 3 Playboy Galau, yang dirilis oleh rumah produksi yang juga pernah merilis judul-judul film seperti Psikopat (2005), Santet Kuntilanak (2012) dan Pacarku Kuntilanak Kembar (2012) serta diarahkan oleh seorang sutradara yang sebelumnya bertanggungjawab atas keberadaan naskah cerita film Skandal Cinta Babi Ngepet (2008) dan Anda Puas Saya Loyo (2008), Anda seharusnya tahu pasti kualitas apa yang seharusnya akan Anda dapatkan. Walaupun… persiapan sebaik apapun dalam rangka menyambut sebuah kualitas penampilan film yang buruk rasanya tetap tidak akan mampu mencegah Anda untuk merasa begitu muak seusai menyaksikan film ini.
3 Playboy Galau sendiri akan memperkenalkan penontonnya pada tiga karakter pria yang mungkin merupakan karakter-karakter pria paling menjijikkan yang pernah mereka ketahui: Doni (Ricky Perdana), Juan (Okan Kornelius) dan Alex (Aditya Rino). Ketiga pria tersebut sebenarnya telah menikah. Namun kelakukan mereka dalam kesehariannya sepertinya sama sekali tidak pernah menampilkan bahwa mereka telah menjalin sebuah komitmen pernikahan. Tidak ada satupun dalam keseharian Doni, Juan dan Alex yang tidak dihabiskan untuk berusaha meniduri setiap wanita – bahkan wanita pria alias transeksual – yang mereka jumpai. Dan… yah… 3 Playboy Galau sama sekali tidak menggambarkan karakterisasi lain mengenai ketiga karater tersebut selain mereka adalah seorang womanizer tulen.
Ketiga istri mereka sendiri, Bella (Jozza Meidia), Mona (Novita S Anggraini) dan Intan (Ina Kartika), sebenarnya telah mengetahui mengenai berbagai gelagat buruk para suami di belakang mereka. Namun tetap saja, berulang kali mereka memergoki perlakuan buruk mereka, berulang kali pula mereka tetap memaafkan dan akhirnya membiarkan kesalahan tersebut terjadi berulang kali. Puncaknya adalah ketika Juan terlibat hubungan asmara dengan Lola (Febriyanie Ferdzilla) yang ternyata merupakan istri dari seorang pimpinan gembong mafia bernama Bos Romli (Rony Dozer). Mengetahui bahwa istrinya telah berselingkuh, Bos Romli kemudian menugaskan para bawahannya untuk menculik Lola dan Juan – yang tertangkap bersama dengan dua sahabatnya, Doni dan Alex. Merasa bahwa para suami mereka dalam bahaya, Bella, Mona dan Intan kemudian bersatu dan berusaha menyelamatkan suami mereka.
Phew… menyaksikan 3 Playboy Galau sepertinya akan memberikan banyak mimpi buruk kepada para penontonnya. Pertama-tama, naskah film ini seperti ditulis oleh seseorang yang sepertinya sangat membenci sosok wanita. Bukan karena sosok wanita tidak ditampilkan di sepanjang penceritaan film ini. Namun lebih karena karakter-karakter wanita dalam jalan cerita 3 Playboy Galau lebih sering ditonjolkan seperti sosok dengan derajat yang sangat rendah yang hanya dihadirkan untuk dieksploitasi bentuk tubuhnya atau digunakan sebagai pemuas nafasu para karakter pria. Selain itu, naskah cerita 3 Playboy Galau juga seperti ditulis tanpa kehadiran sisi rasional cerita. Ditulis dengan seenaknya untuk menghadirkan unsur komedi – yang gagal! – atau berusaha tampil dramatis dengan menghadirkan unsur romansa – sangat gagal!. Adalah sangat mudah untuk menyatakan bahwa naskah cerita 3 Playboy Galau ditulis oleh orang-orang dengan intelejensia yang hampir diragukan keberadaannya dan dengan pengetahuan yang mungkin sama sekali absen dalam hal penulisan sebuah naskah cerita film.
Oh, tentu saja, jajaran pengisi departemen akting film ini juga memberikan kontribusi yang sama besarnya dalam menghasilkan kualitas yang sangat menyedihkan dari 3 Playboy Galau. Seluruh jajaran pemeran film ini – yang seharusnya di masa yang akan datang mendapatkan larangan seumur hidup untuk tampil dalam sebuah film – sama sekali tidak memiliki kemampuan dalam berakting. Pada kebanyakan bagian, mereka hanya terlihat berusaha tampil melucu dengan membacakan dialog-dialog yang diberikan kepada mereka… yang bahkan mereka lakukan dengan kualitas pembacaan dialog yang sangat menyedihkan. Jangan tanyakan mengenai kualitas tata produksi film ini. Hampir sama tidak irasional-nya seperti kualitas penulisan naskah dan penampilan akting film ini.
Disaat kepercayaan penonton film Indonesia mulai bangkit kembali terhadap kualitas film-film yang dihasilkan oleh anak bangsanya sendiri, jelas adalah sangat menyedihkan untuk melihat kualitas yang dipresentasikan oleh 3 Playboy Galau. Tidak ada satupun unsur filmis dalam film ini yang sepertinya benar-benar dibuat untuk menghasilkan sebuah film yang berkualitas. Mulai dari naskah ceritanya yang misogynist serta sangat kacau dengan deretan karakter dan dialog yang begitu bodoh dan terkesan merendahkan intelejensia penonton, para jajaran pemeran yang jauh dari kesan dapat memberikan penampilan akting yang meyakinkan hingga tata produksi yang begitu menyakitkan untuk dilihat dan didengar. Dan tentu saja, pengarahan dari seorang sutradara bernama Dede Ferdinand yang bahkan diragukan memiliki kemampuan untuk mengarahkan sebuah jalan cerita film. Untuk menyebut 3 Playboy Galau sebagai sebuah film adalah murni sebuah penghinaan terhadap arti film itu sendiri. Sampah!
Rating :