“Potong Bebek Angsa” adalah film kedua yang disutradarai oleh Alyandra setelah sebelumnya menghasilkan “Xia Aimei”. Berbeda dari film sebelumnya, kini Alyandra berusaha menghadirkan film dengan genre yang jarang hadir di Indonesia – sebuah film aksi komedi. Meminjam inspirasi dari film-film seperti “Dude Where’s My Car” (2000) dan “The Hangover” (2009), “Potong Bebek Angsa” berusaha memadukan humor dan petualangan seru dalam satu paket. Bagaimanakah hasilnya?
Cerita “Potong Bebek Angsa” berpusat pada tiga karakter utama. Tokoh pertama adalah Sasha (Olivia Jensen Lubis), seorang gadis cantik yang sedang berbahagia karena dirinya akan segera mewujudkan impiannya dengan berangkat ke Paris untuk kuliah. Kakaknya, Masen (Boy William), adalah seorang calon dokter yang overprotektif dan pemarah. Sahabat Masen, Otong (Ricky Harun), adalah sosok anak muda yang santai dan slenge’an. Otong sendiri diam-diam memendam rasa cinta pada Sasha meski tidak disetujui oleh Masen.
Menjelang keberangkatan Sasha ke Paris, ia mengajak Masen dan Otong untuk menghadiri pesta perpisahannya yang diselenggarakan oleh temannya, Ivan. Ketiganya pun berangkat ke pesta kostum ini dengan pilihan baju masing-masing. Otong menjadi pocong, Masen mengenakan kostum bebek, dan Sasha menjadi angsa putih. Tetapi, ketika mencari rumah yang menjadi lokasi pesta, mereka salah alamat dan justru tersasar ke sebuah pesta lain yang diselenggarakan seorang gembong mafia.
Karena sembarangan mengambil minuman dalam pesta tersebut, ketiganya tanpa sadar mengkonsumsi sampel minuman keras milik sang gembong mafia yang kemudian membuat mereka mabuk berat. Di pagi harinya, Masen, Otong, dan Sasha terbangun di sebuah pantai tanpa ingatan apapun tentang kejadian dalam pesta semalam. Selain itu, mereka pun terdampar di pantai dengan mobil milik orang lain.
Bertekad mencari mobil mereka yang hilang dan mencari tahu apa yang sebenarnya telah terjadi semalam, ketiganya pun mencoba untuk mengumpulkan petunjuk apapun yang dapat mereka temukan. Namun, di tengah kebingungan ini, mereka mendapati bahwa bagasi mobil yang mereka tumpangi ternyata berisi obat terlarang dan senjata api. Mobil siapa yang mereka tumpangi? Dan mengapa mereka kemudian dikejar oleh dua gembong mafia dengan penampilan sangar? Kuncinya ada pada ingatan mereka tentang semua hal yang terjadi dalam pesta semalam.
Dari segi ide cerita, apa yang dicoba untuk ditawarkan oleh “Potong Bebek Angsa” sebenarnya menarik. Tapi, premis yang atraktif tanpa eksekusi yang baik jelas sia-sia belaka. Inilah yang kemudian terjadi dalam film ini. Baik naskah, akting, maupun penyutradaraan yang dihadirkan sungguh sangat mengecewakan.
Sebagai sebuah film komedi, “Potong Bebek Angsa” masih banyak bergantung pada komedi slapstick dan gagal menampilkan momen yang benar-benar lucu. Naskah yang ditulis oleh Hilman Mutasi dan Away Martianto tak mampu menghadirkan lelucon yang sanggup mengocok perut. Aksi yang dihadirkan pun tidak menarik sehingga tak mampu mendongkrak kadar keseruan filmnya.
Soal logika cerita? Jangan ditanya. Banyak keputusan yang diambil oleh para karakter dalam film ini yang terasa sangat konyol dan tak masuk akal. Apalagi, geografi filmnya pun sangat kacau karena Sasha, Masen, dan Otong bisa dengan cepat berpindah-pindah lokasi dari pantai, ke pinggir kota, sampai tengah kota dalam waktu sangat singkat. Dengan penceritaan yang serba tanggung dan punya banyak lubang logika ini, “Potong Bebek Angsa” pun jatuh menjadi sebuah film yang garing dan sungguh membosankan.
Akting ketiga pemeran utamanya pun sama sekali tidak membantu performa filmnya. Penampilan Ricky Harun yang terlalu berlebihan terasa sangat tak imbang dengan Boy William yang minim ekspresi dan lebih banyak menyampaikan emosinya dengan berteriak-teriak. Olivia Jensen sendiri berada diantara keduanya. Meski aktingnya tak seburuk dua rekannya yang lain, karakter Sasha yang diperankannya terlalu dangkal dan manja sehingga tak menarik simpati.
Dari segi teknis, “Potong Bebek Angsa” juga mengecewakan. Pergerakan kamera terkadang membuat pusing. Tuturan visualnya juga seakan hanya ingin membuat filmnya terkesan asyik. Tapi apa yang ditawarkan tak lantas membuat filmnya bertambah baik. Adegan seperti perkelahian ala game dan efek-efek spesial yang ditampilkan hanya sekadar jadi tempelan saja. Yang patut menjadi catatan, beberapa adegan dalam film ini mungkin kurang cocok disaksikan penonton yang masih sangat muda. Karena itu, pertimbangkan lagi apabila Anda ingin mengajak anak Anda yang masih kecil untuk menonton film ini.
Secara keseluruhan, “Potong Bebek Angsa” merupakan paket yang serba tanggung dan kurang menghibur. Sayang sekali, karena saat ini, film-film Indonesia tengah kembali menjadi sorotan dan mulai kembali dipercaya penontonnya. Dengan hasil yang mengecewakan seperti ini, “Potong Bebek Angsa” mungkin tak akan dapat memanfaatkan momen dengan maksimal dan meraih penonton dalam jumlah besar seperti film-film lokal lainnya yang saat ini sedang beredar.
Rating :