Dengan naskah cerita yang ditulis sendiri oleh Titien Wattimena, Hello Goodbye berkisah mengenai pertemuan antara seorang wanita yang bekerja di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Busan, Korea Selatan bernama Indah (Atiqah Hasiholan) dengan seorang pelaut asal Indonesia bernama Abi (Rio Dewanto). Layaknya banyak kisah drama romansa lainnya, pertemuan awal Indah dan Abi tidak berlangsung dengan mulus. Pertemuan keduanya dimulai ketika Indah ditugaskan untuk menjaga dan mengawasi Abi – yang terpaksa diturunkan oleh kapten kapalnya karena menderita penyakit jantung yang tidak memungkinkan dirinya untuk melakukan perjalanan laut lebih lama. Awalnya, Abi terlihat sebagai beban tugas yang begitu menyulitkan bagi Indah. Namun, secara perlahan, Indah mulai menyadari bahwa Abi adalah sosok perbedaan dalam hidupnya yang selama ini telah begitu ia nantikan kehadirannya.
Hello Goodbye sepertinya merupakan sebuah debut penyutradaraan yang sempurna bagi seorang Titien Wattimena – yang sebelumnya lebih dikenal sebagai penulis naskah bagi film-film seperti Mengejar Matahari (2004), In the Name of Love (2008), Minggu Pagi di Victoria Park (2010) dan Tanda Tanya (2011). Struktur penceritaan drama romansa ini tidak memiliki alur maupun konflik cerita yang begitu kompleks untuk dijabarkan. Pun begitu, mengarahkan sebuah drama romansa untuk dapat terlihat meyakinkan, menarik dan berhasil memberikan sebuah koneksi emosional kepada para penontonnya jelas merupakan sebuah tanggung jawab yang berat. Di bagian inilah, Titien mendapatkan tantangan yang sebenarnya.
Jika ingin memberikan perbandingan, dalam Hello Goodbye, Titien terlihat ingin mengikuti pola penceritaan yang identik dengan apa yang selalu diterapkan Sofia Coppola dalam film-filmnya: mengisahkan mengenai orang-orang yang merasa kesepian dan terasing dari hiruk-pikuknya dunia luar. Titien bahkan mengadaptasi beberapa bagian Lost in Translation (2003) untuk diterapkan dalam penceritaan Hello Goodbye. Bukan suatu hal yang buruk. Untuk mengakali jurang yang terbentuk antara penonton dengan karakter-karakter yang terlihat begitu susah dalam mengekspresikan sisi emosionalnya, Titien membangun deretan dialog intens yang bernuansa puitis yang mampu menjadi jembatan utama bagi penonton agar dapat menyelami perubahan emosional yang secara perlahan terbentuk dua karakter utama tersebut.
Sayangnya, disaat yang sama, Titien gagal menghadirkan sosok karakter dengan latar belakang kisah yang menarik untuk dapat tetap mempertahankan perhatian penonton dalam mengikuti kisah mereka. Ini yang membuat Hello Goodbye terasa tidak pernah mampu untuk hadir dalam kapasitas emosional yang memuncak (baca: menyentuh) terlepas dari hadirnya chemistry yang erat antara Rio Dewanto dan Atiqah Hasiholan maupun kehadiran gambar-gambar indah yang berasal dari keindahan alam sekitar kota Busan, Korea Selatan. Karakter-karakter pendukung dalam jalan cerita Hello Goodbye juga tampil sama datarnya. Tidak ada satu karakter pendukung-pun yang mampu dihadirkan dengan porsi cerita yang kuat maupun menarik untuk menambah daya tarik jalan cerita film ini.
Menggunakan kota Busan, Korea Selatan sebagai latar belakang lokasi terjadinya jalan cerita Hello Goodbye, Titien juga mampu menghindari dirinya dari ‘mengeksploitasi’ keindahan alam sekitar kota tersebut secara berlebihan demi mendapatkan sederetan gambar-gambar yang indah bagi filmnya. Seperti yang dilakukan Lola Amaria lewat Minggu Pagi di Victoria Park, Titien justru memanfaatkan lokasi ceritanya sebagai penambah atmosfer gloomy dan kesepian mendalam yang dirasakan oleh dua karakternya. Ditambah dengan tata musik arahan Ramondo Gascaro dan sinematografi arahan Yunus Pasolang, tata produksi Hello Goobye berhasil memberikan suplai energi emosional lebih kuat bagi jalan penceritaan film ini yang memang terlihat sedikit datar di berbagai bagiannya.
Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, akting dua pemeran utama Hello Goodbye, Atiqah Hasiholan dan Rio Dewanto, menjadi kekuatan utama sekaligus daya tarik dari film ini. Chemistry yang tercipta antara keduanya – meskipun memerankan sosok karakter dengan penampilan emosi yang kurang terpancar – begitu kuat dan tampil sangat, sangat meyakinkan. Para jajaran pemeran pendukung juga berhasil tampil baik dalam memperkuat kualitas departemen akting film ini walaupun sama sekali tidak dapat dikatakan mampu mencuri mengingat tidak ada satupun karakter pendukung yang mampu dikembangkan dengan baik porsi penceritaannya.
Pembatasan penampilan sisi emosional dari kedua karakter utama dalam jalan cerita Hello Goodbye mungkin akan memberikan ruang yang cukup besar bagi para penikmat drama romansa Indonesia untuk merasa terhubung dengan jalan penceritaan film yang menjadi debut penyutradaraan dari Titien Wattimena ini. Pun begitu, Titien mampu mempersempit jurang tersebut melalui kehadiran dialog bernuansa puitis nan romantis, penampilan akting yang sangat kuat dari Rio Dewanto, Atiqah Hasiholan dan para pengisi departemen akting Hello Goodbye lainnya serta keberhasilannya dalam memanfaatkan latar belakang keindahan alam kota Busan, Korea Selatan, untuk menambah dalam atmosfer gloomy yang sepertinya memang ingin ditonjolkan Titien dari jalan cerita film ini. Sebuah debut penyutradaraan yang cukup solid.
Rating :