Nama Rob Cohen jelas bukanlah salah satu nama sutradara Hollywood yang karya-karyanya banyak dinantikan pada saat ini. Sukses dengan The Fast and the Furious (2001) serta xXx (2002), karir Cohen secara perlahan mulai mengalami penurunan setelah mengarahkan Stealth (2005) – yang gagal total baik secara kritikal maupun secara komersial – serta The Mummy: Tomb of the Dragon Emperor (2008) – yang sukses menghasilkan pendapatan sebesar US$400 juta dari peredarannya di seluruh dunia namuan mendapatkan kritikan tajam dari banyak kritikus film maupun penggemar franchise The Mummy sendiri. Empat tahun berselang, Cohen kembali ke kursi penyutradaraan untuk mengarahkan Alex Cross, sebuah film yang mengadaptasi seri novel popular karya James Patterson berjudul Cross. Well… dengan kualitas yang dihantarkan Cohen pada Alex Cross, sepertinya tidak ada seorangpun yang akan merindukan kehadiran karya Cohen jika ia memutuskan untuk tidak menyutradarai film apapun lagi dalam waktu empat tahun mendatang. Atau lebih.
Jika pada Kiss the Girls (1997) dan Along Came a Spider (2001) karakter Alex Cross diperankan oleh Morgan Freeman, maka kali ini karakter tersebut diperankan oleh Tyler Perry. Alex Cross berkisah mengenai seorang detektif sekaligus dokter, Alex Cross (Perry), yang bersama sahabat sekaligus rekan kerjanya, Tommy Kane (Edward Burns), sedang menghadapi kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh seorang pria misterius (Matthew Fox). Penyelidikan yang dilakukan kedua detektif tersebut akhirnya mampu mengungkap identitas sang pria misterius sekaligus siapa yang akan menjadi korban selanjutnya. Usaha pengejaran pun dilakukan… namun gagal untuk menangkap sang pembunuh. Sadar kalau dirinya kini menjadi target pengejaran, sang pria misterius akhirnya berbalik mengejar Alex dan Tommy serta berusaha untuk menghancurkan kehidupan pribadi mereka.
Naskah cerita Alex Cross diadaptasi oleh Marc Moss dan Kerry Williamson. Sayangnya, meski Moss pernah terlibat dalam penulisan naskah Along Came a Spider yang juga melibatkan karakter Alex Cross dalam jalan ceritanya, Moss sepertinya tidak dapat menghasilkan sesuatu yang berarti bagi pengembangan karakter maupun naskah cerita Alex Cross. Film ini diisi dengan begitu banyak adegan klise khas film-film crime thriller Hollywood, dialog-dialog yang begitu menggelikan hingga karakter-karakter yang bahkan tidak dapat dimengerti apa posisi dan kegunaan mereka sebenarnya di dalam jalan cerita, termasuk deretan karakter utamanya.
Lihat saja bagaimana Moss dan Williamson menggambarkan karakter rekan kerja Alex Cross, Tommy Kane, yang begitu dangkal dan hampir tidak memiliki kegunaan selain untuk menemani karakter Alex Cross di berbagai adegan. Karakter psikopat yang diperankan oleh Matthew Fox juga tidak kalah dangkal penggambarannya. Di sepanjang film, karakter psikopat tersebut digambarkan sebagai sosok yang sama sekali tidak memiliki ketakutan terhadap rasa sakit. Seorang psikopat murni yang senang menyaksikan penderitaan setiap korbannya. Namun, sayangnya, terlalu bodoh untuk selalu meninggalkan jejak yang dapat diendus oleh pihak kepolisian. Jangan tanyakan bagaimana posisi karakter-karakter pendukung seperti Monica Ashe (Rachel Nichols), Leon Mercier (Jane Reno) atau Daramus Holiday (Giancarlo Esposito) yang digambarkan dengan begitu seenaknya dan kehadirannya dapat saja muncul ataupun lenyap secara tiba-tiba dalam jalan cerita film ini.
Tidak melulu menyalahkan penulisan naskah Moss dan Williamson, pengarahan Rob Cohen pada film ini juga sangat terasa lemah. Cohen sepertinya bukanlah seorang sutradara yang begitu memiliki bakat dalam mengatur penceritaan di dalam sebuah film. Alex Cross hadir dengan struktur cerita yang terasa kebanyakan melompat kesana-kemari. Pengarahan Cohen kepada para jajaran pengisi departeman akting film ini juga tidak terlalu terasa keberadaannya. Kebanyakan para aktor dan aktris yang berada dalam jalan cerita film ini terlihat hanya mengucapkan dialog mereka, tanpa pernah sekalipun berusaha menampilkan emosi maupun chemistry yang seharusnya ada dalam karakter yang mereka perankan.
Matthew Fox boleh saja melatih tubuhnya sedemikian rupa sehingga tampak meyakinkan sebagai sesosok psikopat yang menakutkan. Atau Tyler Perry yang berusaha sekuat mungkin untuk tampil serius sebagai seorang detektif dan dokter yang cerdas sekaligus cekatan. Namun tidak dapat disangkal, keduanya gagal untuk memiliki kharisma yang kuat untuk mampu menjaga rasa ketertarikan penonton dalam mengikuti kisah yang coba mereka hantarkan. Sementara itu, berkat penulisan karakter yang begitu amatir, talenta Edward Burns, Giancarlo Esposito hingga Jean Reno terbuang dengan percuma dalam film ini. Menyedihkan.
Alex Cross jelas adalah salah satu film yang paling membosankan yang pernah dirilis oleh Hollywood di sepanjang tahun ini. Dengan plot cerita klise yang terkesan mencoba mengadaptasi berbagai plot cerita crime thriller khas Hollywood lainnya, Alex Cross sayangnya kekurangan begitu banyak energi yang mampu membuat jalan ceritanya tampak menarik dan layak untuk diikuti. Begitu pula dengan penulisan dialog dan karakter film ini yang jelas telah membuat banyak jajaran pengisi departemen akting film ini – yang sejujurnya harus diakui memiliki bakat akting cukup mumpuni – menjadi sia-sia kehadirannya. Bersiaplah untuk melihat Alex Cross di banyak daftar film terburuk di sepanjang tahun ini.
Rating :