Setelah V for Vendetta (2006) dan Ninja Assasin (2009), The Raven menandai kali pertama sutradara James McTeigue bekerja jauh dari pengawasan duo Lana dan Andy Wachowski – yang kini lebih dikenal sebagai Wachowski Starship. Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Ben Livingston dan Hanna Shakespeare, McTeigue mencoba untuk menggarap sebuah thriller fiksi yang didasarkan pada hari-hari terakhir kehidupan salah satu penulis dan pujangga terbesar Amerika Serikat, Edgar Allan Poe. Diatas kertas, ide mengenai seorang pembunuh berantai yang menggunakan deretan karya sastra sebagai inspirasinya untuk melakukan tindakan pembunuhan memang terdengar sangat menarik. Sayangnya, naskah yang medioker dan pengarahan McTeigue yang lemah menjadikan The Raven kehilangan begitu banyak momen emas yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk menghadirkan ritme penceritaan yang menegangkan.
Berlatar belakang waktu pada abad ke-19 di daerah Maryland, Amerika Serikat, The Raven dibuka dengan sederetan pembunuhan sadis yang terjadi pada beberapa warga di kota tersebut. Pada awalnya hanya dianggap sebagai sebuah pembunuhan acak yang dilakukan oleh seorang yang mengalami gangguan jiwa, Inspector Emmett Fields (Luke Evans) lalu menemukan adanya kesamaan motif antara satu pembunuhan dengan yang lain, yakni mengikuti deretan pola kematian yang digambarkan oleh penulis Edgar Allan Poe (John Cusack) dalam berbagai cerita yang ia tulis. Tak pelak, Poe kemudian menjadi tersangka utama dalam kejahatan tersebut.
Poe, yang digambarkan sebagai seorang pemabuk dengan kondisi keuangan (dan kepribadian) yang sangat menyedihkan, tentu menyangkalnya dengan memberikan alibi yang kuat. Pihak kepolisian kemudian menyimpulkan bahwa Poe memang bukanlah pelaku pembunuhan namun karya-karya yang ia tulis telah memberikan inspirasi bagi seorang pembunuh untuk merancang setiap pembunuhannya. Ketika korban terus berjatuhan, polisi meminta bantuan Poe untuk memberikan prediksi tindakan sang pembunuh berdasarkan jalan cerita yang ditulis oleh Poe. Namun, sang pembunuh ternyata memiliki sebuah jalan pemikiran lain. Ia kemudian menculik kekasih Poe, Emily Hamilton (Alice Eve), dan meninggalkan deretan teka-teki yang harus dipecahkan Poe sebelum akhirnya sang pembunuh memutuskan untuk mengakhiri nyawa Emily.
Di tangan sutradara yang lebih berpengalaman – sebut saja seperti errr… David Fincher – The Raven mungkin akan berhasil menjadi sebuah thriller yang benar-benar mampu tampil misterius dan berjalan dengan menegangkan dalam setiap sudut penceritaannya. James McTeigue sayangnya belum memiliki kemampuan tersebut. McTeigue masih belum mampu mengelola ritme penceritaan dengan begitu baik. Hasilnya, The Raven seringkali terlihat terlalu bertumpu pada penyajian adegan-adegan sadis dan berdarah untuk memberikan penontonnya momen-momen yang dapat memacu adrenalin mereka. Di luar daripada itu, The Raven jelas terlihat sangat menjenuhkan. Usaha karakter Edgar Allan Poe dan Inspector Emmett Fields untuk memecahkan teka-teki yang ditinggalkan sang pembunuh berantai guna menyelamatkan nyawa karakter Emily Hamilton disajikan dengan begitu datar: tanpa pernah mampu membuat usaha pemecahan teka-teki tersebut berjalan dengan cerdas maupun digambarkan dengan intrik yang kuat.
Well… sejujurnya, kesalahan juga tidak dapat dibebankan pada McTeigue begitu saja. Naskah arahan Ben Livingston dan Hanna Shakespeare memang harus diakui hanya mampu terlihat cerdas ketika berdiri sebagai sebuah potongan premis cerita saja. Ketika premis tersebut dikembangkan menjadi sebuah jalan cerita panjang oleh Livingston dan Shakespeare, premis tersebut gagal dalam memenuhi harapan untuk menjadi sebuah jalan penceritaan yang menarik. Kegagalan tersebut kebanyakan datang karena Livingston dan Shakespeare memasukkan terlalu banyak intrik –romansa antara karakter Poe dan Emily Hamilton, intrik masalah antara karakter Poe dan ayah Emily, masalah pekerjaan dan kepribadian Poe dan sebagainya – yang kemudian gagal untuk dikembangkan dengan baik. Alih-alih untuk menambah kompleksnya jalan cerita The Raven, deretan konflik mini tersebut justru terlihat sebagai penghalang bagi kisah utama yang ingin disampaikan film ini untuk dapat berkembang dengan sempurna.
Livingston dan Shakespeare juga gagal menghadirkan deretan karakter yang mampu tampil menarik untuk diikuti kisahnya selama 111 menit durasi film ini berjalan. Karakter Edgar Allan Poe digambarkan tak lebih dari seorang pemabuk yang miskin dan hampir tanpa kemampuan apa-apa. Penunjukan bahwa karakter Poe adalah seorang penulis dan pujangga hanya dilakukan dengan cara membuat karakter tersebut seperti berpuisi dalam setiap dialognya – yang sejujurnya, terdengar menggelikan. Begitu juga dengan karakter-karakter lain. Tidak ada yang menarik dan tak satupun yang berhasil digali dengan baik. Karenanya, wajar jika John Cusack, Luke Evans, Alice Eve hingga Brendan Gleeson terlihat tampil dalam kapasitas akting yang jauh dibawah kemampuan dan talenta akting yang sebenarnya mereka miliki.
Momen-momen paling menarik di sepanjang penceritaan The Raven adalah ketika melihat James McTeigue berusaha menampilkan adegan-adegan sadis dan berdarah dalam jalan cerita ini – yang ditampilkan sesuai dengan inspirasi yang didapat dari berbagai jalan kematian yang dihadirkan Edgar Allan Poe dalam tulisannya. Cukup mampu tampil menegangkan… dan hal itu tidak terjadi terlalu sering. Jadi… sudah dapat dibayangkan bagaimana sisa dari 111 menit durasi film ini tanpa kehadiran adegan-adegan berdarah tersebut. Sebuah premis yang diatas kertas sangatlah menarik. Namun sayangnya kemudian ditangani oleh penulis naskah dan sutradara yang kurang mampu untuk mengelolanya untuk menjadi sebuah sajian yang benar-benar menggigit.
Rating :