Masih ingat dengan cita-cita Anda ketika hendak beranjak dewasa dahulu? Berbeda dengan Anda – atau kebanyakan anak-anak lainnya, Agus (M. Syihab Imam Muttaqin), karakter utama dalam film Cita-Citaku Setinggi Tanah yang merupakan seorang pelajar sekolah dasar dari daerah Muntilan, Jawa Tengah, memiliki sebuah cita-cita yang sangat sederhana. Ketika tiga sahabatnya, Jono (Rizqullah Maulana Dafa), Puji (Iqbal Zuhda Irsyad) dan Sri (Dewi Wulandari Cahyaningrum) ingin menjadi seorang tentara, berharap ingin menjadi seseorang yang dapat membahagiakan orang lain dan bermimpi menjadi seorang bintang sinetron, Agus justru bercita-cita ingin makan di restoran Padang – sebuah cita-cita yang jelas kemudian dianggap remeh oleh teman-temannya.
Namun, cita-cita sederhana Agus sendiri bukannya datang tanpa sebab. Agus datang dari latar belakang keluarga yang sangat sederhana. Pekerjaan ayahnya (Agus Kuncoro) yang bekerja di sebuah pabrik tahu telah membuat dirinya ‘harus’ mengkonsumsi tahu hampir di setiap kesehariannya. Bagi Agus, makan di sebuah restoran Padang adalah sebuah kemewahan yang menuntutnya harus berusaha terlebih dahulu sebelum dapat mewujudkannya. Dan ketika teman-temannya hanya dapat terus berharap bahwa suatu saat cita-cita mereka dapat tercapai, Agus telah memulai berbagai usaha agar dapat meraih mimpinya untuk dapat makan di restoran Padang.
Walau sekilas terlihat sebagai sebuah variasi lain dari kisah persahabatan antara beberapa anak yang berasal dari sebuah daerah di Indonesia, Cita-Citaku Setinggi Tanah sebenarnya memiliki jalan penceritaan yang lebih sederhana. Film ini murni hanya menceritakan mengenai bagaimana sang karakter utama berusaha untuk mewujudkan cita-citanya yang sederhana, berbagai tantangan yang harus ia hadapi hingga akhirnya ia mampu menyadari apa sebenarnya arti dari cita-cita itu yang sebenarnya. Sederhana, dan sama sekali tidak pernah hadir dengan konflik yang rumit sehingga mampu membuat jalan cerita Cita-Citaku Setinggi Tanah begitu mudah untuk dicerna setiap penontonnya.
Di sisi lain, kesederhanaan jalan cerita Cita-Citaku Setinggi Tanah, dan fokus utama ceritanya yang terus-menerus mengarah pada karakter Agus, kemudian tidak memberikan kesempatan bagi karakter-karakter lain untuk berkembang. Kisah persahabatan antara karakter Agus dengan tiga temannya menjadi terlihat hanya sekedar tempelan belaka ketika jalan cerita Cita-Citaku Setinggi Tanah tidak mampu menghadirkan elemen kuat dari arti persahabatan yang terjalin antara keempat karakter anak tersebut. Karakter ayah Agus juga terlihat begitu minim digali sehingga seringkali terlihat sebagai sosok ayah yang tidak begitu peduli pada anaknya – walaupun sebenarnya dimaksudkan untuk tampil sebagai sosok ayah yang tegas bersikap. Bukan masalah yang besar, sebenarnya, mengingat sutradara Eugene Panji mampu menggali karakterisasi Agus dengan begitu baik, termasuk dengan berbagai konflik pribadi yang ia miliki. Hanya saya kehadiran karakter-karakter tersebut, yang dapat saja memberikan tambahan warna pada jalan cerita Cita-Citaku Setinggi Tanah, menjadi terbuang dengan percuma.
Sebagai pemeran karakter utama yang memegang penuh alur dan ritme emosional jalan cerita, Eugene Panji berhasil mendapatkan penampilan yang begitu sempurna dari aktor muda, M. Syihab Imam Muttaqin. Dalam penampilan M. Syihab, karakter Agus berhasil menjelma menjadi sosok yang begitu mudah untuk disukai. Tiga pemeran muda lainnya, Rizqullah Maulana Dafa, Iqbal Zuhda Irsyad dan Dewi Wulandari Cahyaningrum juga mampu tampil dengan baik dalam memerankan karakter mereka. Pun begitu, chemistry yang terjalin antara keempat aktor muda ini ketika sedang dalam satu adegan masih terasa kurang begitu kuat untuk mencerminkan sebagai empat sahabat akrab –yang mungkin timbul akibat pengaruh kurangnya penggalian karakter dan cerita dari beberapa peran pendukung. Pemeran pendukung lainnya, seperti Agus Kuncoro, Nina Tamam, Iwuk Tamam serta Donny Alamsyah juga semakin memperkuat kualitas barisan departemen akting film ini.
Di sisi teknikal, Eugene Panji juga mampu merangkai Cita-Citaku Setinggi Tanah dengan kualitas produksi yang sama sekali tidak menemui masalah. Gambar-gambar yang dihasilkan oleh Arya Teja dan Aga Wahyudi mampu menangkap keindahan alam sekitar daerah Muntilan, Jawa Tengah dengan begitu sempurna dan menjadi sebuah pelengkap yang sangat tepat bagi jalan cerita film. Begitu juga dengan arahan musik karya duo Endah N Rhesa serta Bumble Bee Studio yang berhasil menciptakan iringan musik maupun lagu yang mengisi tepat setiap momen emosional yang dibutuhkan oleh film ini.
Kesederhanaan memang menjadi kunci utama dari jalan cerita Cita-Citaku Setinggi Tanah. Tidak ada yang istimewa dari naskah cerita yang ditulis oleh Satriono, namun dengan pengarahan yang tepat dari Eugene Panji, kesederhanaan film ini mampu dimanfaatkan dengan baik untuk menghantarkan sisi humanis dan inspiratif dari jalan cerita filmnya. Didukung oleh penampilan yang sangat baik dari para jajaran pemerannya, khususnya penampilan pemeran utamanya, M. Syihab Imam Muttaqin, serta kualitas produksi yang sangat memuaskan, Cita-Citaku Setinggi Tanah adalah sebuah film inspiratif dengan jalan penceritaan yang kuat namun disampaikan dengan begitu membumi. Sebuah presentasi yang sangat menyegarkan!
Rating :